Tentang Takhiyat Akhir

Apa yang terpikir saat takhiyat akhir?

Senang kareana kembali ke segala wujud duniawi yang menggiurkan

Bersyukur karena diberi kesempatan oleh-Nya dapat menunaikam sholat dengan lancar

Bengong karena sepanjang rokaat hanya bengong melamun

Sedih karena perjumpaan dengan-Nya selesai

Cemas karena tak tahu apakah sholat ini bernilai ibadah

Biasa saja karena ya biasa aja...

Banyak kemungkinan yang mengisi benak kita saat takhiyat akhir
Semua itu kembali pada cerminan seberapa kita memaknai sholat

"Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu' "(2:238)

#selfReminder

Direktori Lokal untuk Potensi Regional

Kalau di sebelum mengupas ide tentang direktori di lingkup kampus, kali ini coba "melambaikan" ide serupa di lingkup daerah, baik kota/kabupaten maupun provinsi. Emang bisa gitu?

Secara diplomatis tentu jawabannya "kalau ada niat pasti dimudahkan". Namun realitanya bukan hal mudah jika bermodal niat, harus ada ketrampilan berkomunikasi, bahkan tanpa maksud mengerdilkan peran programmer dan desainer, ada tanggung jawab lebih dalam hal relasi.

Kenapa dibutuhkan keahlian yang melebihi programming dan designing? Hal ini tak lain karena tantangan terbesar untuk mewujudkannya adalah emngkomunikasikannya kepada pihak-pihak terkait.

Bagi birokrat pemerintah daerah, ide semacam ini bukan hal menarik. Pesimis? Mungkin :) Hal ini dikarenakan budaya mengakomodasi ide dari masyarakat (khususnya mahasiswa ataupun praktisi industri) masih sangat lemah. Birokrasi saat ini didominasi oleh kepentingan untuk mengalirkan anggaran untuk hal-hal yang sifatnya formalitas, turun-menurun, seremonial. Sangat jarang ada inisiasi menggelar sebuah karya kreatif yang bisa mendapat dukungan penuh, apalagi jika sifatnya inisiatif (kalau karyanya sudah gede barulah diajak kerja sama). Terlebih jika mengerucutkan pertanyaan ke arah "mau pemerintah daerah yang bagian mana?" Kalau di lingkup nasional, konsep perdirektorian ini akan nyambung dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Pemuda dan Olah Raga. Nah kalau di lingkup daerah? Perlu strategi melalui lidah-lidah lihai agar ide menciptakan direktorat ini dapat terwujud dengan dukungan pemerintah daerah.

Bagi pelaku industri kreatif yang menjadi sasaran untuk ditampilkan di dalam direktori ini. Bukan hal yang mudah pula agar mereka agar mau berpartisipasi di dalamnya. Tentu mereka bertanya-tanya apa bedanya dengan to*ko*ba*gus, kask*us, ataupun forum jual beli online lainnya. Di sinilah sebelum berkoar kepada pelaku industri, "tim penggerak" harus memiliki ide bagaiman menciptakan daya tarik

Eh bentar-bentar, tadi disinggung tentang "tim penggerak", harus ada ya? Yupsss...tentu saja

Tim penggerak, secara umum bertugas menggerakkan tak hanya untuk hari ini melainkan berpikir jauh ke depan.

Tantangan yang perlu dihadapi di ide ini adalah proses aktivasi. Ketika direktori ini dirilis bukan berarti sudah selesai rencana ini, sebaliknya, justru tantangna sebenarnya dimulai dimana perlu menarik pengguna internet untuk berkujung, bagaimana caranya mempertahankan konsistensi pengunjung, bagaimana caranya memuncukan ide-ide abru aga pengguna direktori memiliki keinginan untuk terus mempergunakannya, bukan sekedar formalitas.

Dan tak lupa faktor uniqueness jug amenjadi hal perlu disadari. Kenapa? Bisa jadi menjadi sebuah keuntungan ketika kita bisa memperoleh uniqueness sehingga dapat menggaet pengunjung namun jika uniqueness tersebut lemah maka keberadaan direktori ini tinggal menghitung hari.

Apa saja sih manfaat direktori lokal ini?
Dari sisi pengguna internet, dia dapat mengetahui apa saja yang bisa dikunjungi terkait industri kreatif di suatu daerah. Bahkan ada keuntungan khusus seperti:
- Bila pengunjungnya merupakan calon investor, dia bisa mengetahui apa yang jadi potensi di daerah itu dan berpeluang besar berkembang sehingga bisa berinventasi lebih yakin
- Bila pengunjungnya merupakan pelaku bisnis yang membutuhkan rekanan, khususnya terkait supplier maka ini merupakan informasi yang berharga.
- Bila pengunjungnya merupakan seorang pemula yang ingin belajar berwirausaha, maka dia memperoleh contoh-contoh yang patut diikuti ide-ide dengan ide-ide lain yang tak mau kalah tentunya

Dari sisi kepemerintahan, akan dapat diektahui persebaran potensi daerah sehingga dalam menyusun strategi pengembangan industri lokal dapat lebih terarah.

Sebuah pertanyaan untuk kita semua (termasuk saya)
Siapa sih yang mau jadi pengisi di tim penggerak tersebut?
Maukah kita menjadi bagian dari tim penggerak tersebut?
Lho kenapa gue?
Sudah berkuliah jauh-jauh merantau, punya banyak inspirasi di tanah rantau, apa nggak ada secuil pun ide yang bsia diterapkan di tanah asal?
Apa nggak ada keinginan memajukan industri kreatif di daerah asal?

Kala Jersey (utama) Bukan dari Bendera

Timnas Indonesia, Timnas Brazil, Timnas Prancis, Timnas Uruguay, Timnas Argentina punya kesamaan lho... Apa ya? mmm, juara dunia? kejauhan...saat ini sih belum...apa ya? Coba deh lihat warna jersey-nya yang home/utama.
Indonesia merah, Brazil kuning, Prancis biru, Uruguay biru muda, Argentina biru muda-putih. Biasa saja tuh?
Sepintas memang biasa saja, namun dalam konteks persepakbolaan, warna jersey lebih dari sekedar pembeda dengan warna jersey lawan. Kenapa? Karena jersey merupakan sebuah kebanggaan tim, nilai identitas yang penuh filosofi, sekilas lebay, tapi itulah kenyataannya hehee..
Apalagi jika dipadukan dengan unsur nasional atau kebangsaan berkebanggaan, tentu bukan sekedar penghias mata. Ada identitas negara di situ. Kebetulan pula filosofi agak mirip ditemukan pada pemilihan warna bendera suatu negara. Karena itulah (umumnya) negara-negara di dunia mempergunakan warna yang mengadopsi bendera mereka ke dalam jersey sepak bolanya. Ada yang warna dominan bendera, ada pula yang warna minor, namun secara garis besar ada ikatan kuat antara warna jersey dengan warna bendera. Misalnya ya itu tadi, selain itu? Lihat merahnya Turki, merahnya Vietnam, hijaunya Arab Saudi, ungunya Qatar, kuningnya Ukraina putihnya Honduras, hingga yang paling unik kotak-kotak merah-putihnya Kroasia.

Tapi....jika lebih jeli lagi, fenomena itu ternyata tidak berlaku bagi sejumlah negara dengan alasan yang tak kalah filosofisnya, siapa saja mereka??



Italia dengan jersey biru (warna bendera: hijau-putih-merah)
Republik Italia mempunyai hubungan erat dengan predesesornya yaitu kerajaan Savoy yang memiliki warna khas biru.

Belanda dengan jersey orange (warna bendera: merah-putih-biru)
Seperti Italia, faktor sejarah kerajaan pendahulu jadi alasan dimana Kerajaan Oranye-Nassau dengan khas oranyenyalah yang menjadi inspirasi.

Jerman dengan jersey putih (warna bendera: hitam-merah-kuning)
Banyak versi yang dikaitkan dengan sejarah. Yang paling dipercaya adalah bendera Republik Weimar sebagai predesesor Jerman yang memiliki unsur warna hitam-putih-merah dan putih yang dipilih sebagai kaos dan hitam untuk celananya.

Australia dengan jersey kuning-hijau (warna bendera: biru-putih-merah)
Kali ini terkait dengan branding dimana hijau dan kuning (emas) merupakan warna yang ditetapkan oleh pemerintah Australia sebagai warna khas olah raga di negeri kanguru tersebut.

Slovenia dengan hijau (warna bendera: putih-biru-merah)
Inspirasinya dari pegunungan yang hijau sebagai ikon khas negeri itu. Agak mirip dengan Indonesia yang kerap memakai ornamen hijau karena memiliki alam yang hijau hehee.

Selain itu masih ada beberapa negara lagi seperti Irlandia Utara yang hijau (bendera putih-merah), Jepang yang biru (bendera: merah-putih), Ghana yang putih (bendera: merah-kuning-hijau-hitam)

Referensi: http://www.wsc.co.uk/forum-index/34-world-cup-2010/399033-why-do-slovenia-wear-green

Direktori Lokal Entrepreneur Kampus

Contoh virtual booth dari http://waterworld.com

Melihat web Indonesia Kreatif di bagian direktori (directory.indonesiakreatif.net) dan web ITPB (URL-ny masih rahasia karena belum launching ^^) jadi dapat inspirasi bikin direktori buat mahasiswa yang jadi lagi jadi entrepreneur di kampus. Wah...badhe kunaon ieu ??
Konsepnya sederhana...:)
Bisa diinisiasi oleh BEM, bisa pula himpunan ataupun ormawa lain yang terkait kewirausahaan.

Diawali dengan menyediakan sebuah website yang isinya itu virtual booth. Weh..opo meneh kui??
Virtual booth ya bisa dibilang booth alias stand alias outlet yang sifatnya digital (agak gaib hehee). Kemudian disajikan ke dalam wujud pameran/ekshibisi yang tampil di monitor.

Di sini setidaknya diperlukan 3 kekuatan:
  • Pertama programming untuk mengubah ide-ide menjadi produk "astral" yang lebih manusiawi. Masa iya semua booth-nya dituangkan begitu saja tanpa ada fitur-fitur yang membuat nyaman pengguna? Perlu berbagai rekayasa coding-an agar pengguna dapat mengetahui mana lapak yang mengupas kuliner, mengulas jasa public speaking, membahas ATK. Ini baru contoh, yang lain? masih banyak :)
  • Kedua design yang menjadikan konsep sederhana ini dibalut keindahan yang menawan. Kalau cuma kotak-kotak berisi logo tentu sangat datarrr. Mungkin bisa divariasikan pintu masuknya berupa pintu, ataukah matriks, ataukah tematik yang unik
  • Ketiga relation yang menghimpun keunggulan virtual booth ini menjadi sebuah paket kerja sama yang menarik bagi pengisi virtual booth serta pengunjungnya.
Ngomong-ngomong kerja sama, bagaimana konsep income-nya? Ada dua opsi.
  • Satu, jalankan secara gratis, hehee, ya itung-itung CSR-nya BEM/himpunan lah... :v
  • Dua, komersilkam fitur-fitur di dalamnya. Plot durasi, plot layout, hingga fitur-fitur lain yang bisa jadi kelebihan dari virtual booth yang disediakan
Kalau di directory.indonesiakreatif.net masih simpel, pasti ada desainer dari mahasiswa mampu lebih kece :)

Terus timbul pertanyaan kenapa harus ada virtual booth ataupun direktori beginian? -_-" dagang ya dagang aja sana...
Guys...wirausaha itu sebuah keinginan yang sangat mulia. Tentu potensi yang luar biasa dan sangat mungkin terus berkembang. Ketika ada mahasiswa yang memerlukan bantuan dan kesempatan untuk mengembangkan wirausahanya tentu jadi panggilan bagi BEM ataupun himpunan atau juga ormawa yang terkait:)
Selain itu, bagi ormawa yang ingin menyelenggarakan sebuah kegiatan dan membutuhkan topangan sponsor, keberadaan virtual booth ini tentu akan membantu karena dapat memperoleh informasi mahasiswa mana yang bisa diajak bekerja sama, entah itu menopang logistik, jasa dll.
Bagi mahasiswa yang biasa namun ingin belajar dari mereka yang telah merintis jalan, tentunya keberadaan virtual booth ini menjadi inspirasi yang sangat membantu
Tak lupa bagi mahasiswa pemilik virtual booth, dia memperoleh kesempatan ingin memiliki sebuah ruang digital tempat promosi, galeri produk, unjuk portofolio, membuka lowongan kerja, menawarkan kerja sama, berekspresi kreatif dalam berwirausaha, ahhh pokoknya banyak dah.. :)

Semoga menginspirasi :))

Monggo yang mau diskusi *nggakjugagapapa*

Yuk Diskusi

Diskusi kerap identik dengan adu argumentasi dan kesan eksklusif yang hanya bisa diikuti oleh orang-orang "pilihan". Padahal budaya berdiskusi yang "sehat" merupakan indikasi intelektualitas dalam kehidupan kampus.

Mengobrol memang hal yang asyik, saking asyiknya kadang sering lupa waktu, tentunya hanay perlu sedikit pemantik maka terucaplah berbagai ide plus curhat terhadap masalah yang dibahas, entah itu terkait akademik, hobi (misalna prediksi skor pertandingan bola nanti malam), lingkungan masyarakat, hingga urusan negara #ciee Nah, tentu bakal asyik, menarik, dan eksentrik jika obrolan-obrolan tadi menghadirkan sebuah paket berisi menu-menu solutif.

Forum Group Discussion, alias FGD, memang menjadi istilah yang agak asing, padahal intinya mengobrol hanya saja "terarah", lha emang ada gitu obrolan yang terarah? bukannya yang peting enak mengalir? kok dibikin repot sih? Yupss, mulut itu berjarak satu kilan dari otak, namun berjarak 2-3 jari dari hidung, maka wajar saat sesak nafas lebih mengutamakan yang penting ngomong daripada kecerdasa otak..eitssss, kok argumentasinya aneh ya? nggak logis banget... Nah itulah ketika tidak mengedepankan esensi satu pemabahasan maka yang terjadi adalah argumen yang tidak nyambung. Maka perlu suatu pengarahan agar arah obrolan bersifat produktif :)

FGD sebagai medan saling memahami
Beda pendapat dengan orang lain? Ah tentu itu hal yang wajar. Masa iya bisa terus-terusan memiliki ide yang sama? Hehee... Nah di sinilah peran sebuah budaya berdiskusi yang "sehat" :)
Melalui budaya berdiskusi yang sehat kita dapat mengetahui keragaman berpikir antar-entitas, bahkan individu. Dalam mendiskusikan sebah hal yang krisual dan memberi efek besar bagi banyak entitas, misalnya pandangan dalam kenaikan BBM, pandangan tentang peraturan norma bermasyarakat, pandangan tentang kurikulum, memang lebih gampang ketika hanya mengundang/menyertakan pihak yang cenderng setuju dengna opini kita, yang kayaknya beda pendapat nggak usah diajak. Nah 'kan gampang plus enak tuh...
Eitsss, justru diskusi yang sehat akan terbangn ketika seluruh entitas yang dilibatkan dalam diskusi bersifat lebih luas dan merpakan pihak yang memang berkaitan dengan topik diskusi, urusan beda pendapat itu lain cerita. Memang bakal lebih alot, tapi dari situ segala unek-unek berkaitan dengan topik diskusi akan lebih dapat dipaparkan lebih gamblang, dan boleh jadi berbagai info baru akan diperoleh. Misalnya diskusi mengenai bagaimana arah kurikulum sebuah program studi. Tatkala hanya menghadirkan dosen yang mengajar maka hasil diskusi hanya akan bagus dari sudut pandang dosen. Akan lain cerita saat mahasiswa, alumni yang telah bekerja, perwakilan DIKTI, hingga praktisi bidang terkait jaga diundang. Menyatukan pendapatnya memang sulit, tapi di sinilah medan untuk saling memahami :)

FGD sebagai langkah kematangan berpikir
Ada yang bilang mahasiswa kaum intelektual yang cekatan, walau kata "cekatan" sering berganti menjadi "grusa-grusu" alias tergesa-gesa. Hal ini sering dialamatkan ke mahasiswa karena dalam tempo satu malam sudah bisa merencakan sebuah aksi berwujud demo. Sepintas memang menunjukkan kelihaian dan jam terbang yang keren, namun di sisi lain timbul pertanyaan bahwa apakah rencana ersebut sudah matang, apakah isu yang digusung memang layak didukung/dikontra, atau juga emang itu satu barisan udah kompak apa cuma ikut-ikutan
Melalui diskusi, harusnya mahasiswa dapat meningkatkan kematangan berpikir. Lhe? Emang bisa?

  • Pertama menghargai waktu. Label "jam ngaret" sering ditempelkan ke pundak mahasiswa karena ya gitu jam berapa undangannya jam berapa mulainya. Melalui diskusi, maka sudah seharusnya bisa menyadari bahwa berharganya waktu. Semakin matang pula untuk menyadari bahwa yang hadir dalam diskusi juga punya agenda lain, maka jangan mengulur-ulur waktu
  • Kedua mempersiapkan agenda dengan baik. Memang cepat identik dengan yang bagus. Namun akan ada saatnya dalam sebuah diskusi disusun agenda yang relevan berupa pembagian sesi dalam berdiskusi. Misalnya di sesi 1 pengumpulan daftar masalah, sesi 2 pengumpulan daftar potensi, sesi 3 permusan solusi tiap masalah, sesi 4 penyusunan agenda penerapan solusi berjangka waktu. Tentu hal ini akan menjadikan kesiapan bertindak lebih matang.

FGD sebagai bekal di "dunia sebenarnya"
Dunia pasca-lulus dihiasi berbagai warna yang beragam. Ada yang berkutat dengan asyiknya ber-entrepreneur, ada yang sibuk membenahi birokrasi, ada yang menggemari riset, ada pula yang menyelami karir sebagai praktisi, ahh...macam-macamlah. Garis besarnya satu, mengoptimalkan peran sebagai makhluk sosial. Makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan sesama. Interaksi ini direpresentasikan dalam berbagai aktivitas berkomunikasi. Tentunya komunikasi yang berakaitan dengan bagaimana caranya mengembangkan potensi dan mengatasi permasalahan, baik dalam lingkup organisasi, korporasi, hingga kenegaraan. Dengan demikian, kemampuan berdiskusi secara produktif, ilmiah, dan sistematis merupakan sebuah keahlian yang perlu dibina dari bangku kuliah. Memang bukannya tidak mungkin, namun akan ada kesulitan untuk memecahkan permasalahan lingkungan di sebuah provinsi, jika tidak pernah berdiskusi bagaimana cara memecahkan masalah sampah di kampus. Tentu akan jadi bekal berharga bagi seseorang jika pernah mendiskusikan strategi membangun sistem informasi yang berguna dalam mengatasi masalah keamanan di kampus, kemudian kemampuan tersebut diadopsi untuk memecahkan masalah keamanan di suatu kota. Kemampuan berkomunikasi seperti mengatur emosi, fokus pada topik, dan mempergunakan argumentasi yang relevan, akan jadi bekal untuk memunculkan peran yang optimal dalam bermasyarakat.
Semoga bermanfaat dan selalu terbka untuk masukan, kritik, dan diskusinya :)

Happy Wedding our PM

24 Mei 2014...
Barokallah mas Riyanto feat. mba Ratih Kusuma Dewi

Nglingker FGD CBEKI

Hari yang inspiratif mengupas kuliner..

Ciee...makan makan donk...
Kagak... :( mengobrolkan kuliner tapi gak pake makan..
Tapi yg lebih penting dapet banyak pengetahuan tentang kuliner.

Jadi ceritanya diajak ngelingker dalam Forum Group Discussion Cetak Biru Ekonomi Kreatif yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Appan tuh cetak biru? Bisa dibilang rencana jangka panjang yang sistematis. Dan karena sistematis maka dalam pembuatannya harus berdasarkan analisis yang logis. Untuk analisis, tidak sekedar menerawang melainkan mengundang stakeholder terkait, seperti praktisi, akademisi, hingga pemerintah.

Berbagai argumentasi diadu tanpa lupa spirit keilmiahan. Menarik ada hal-hal sepele yang ternyata memberi dampak yang luar biasa, misalnya mengupas kesadaran memakai produk lokal.

Khusus kuliner, dikusi sempat galau kegika menyamakan persepsi kuliner dari sudut pandang mana, kenapa? Karena kuliner bisa dilihat sebagai industri kreatif, bisa juga warisan budaya, pun dengan sudut pandang lain.

Diskusi kali ini banyak mengupas tentang analisis SWOT industri kreatif subsektor kuliner. Penasaran apa saja potensi dan tantangannya?



Udah H- berapa ini?

Ramadhan...tidak sekedar terdiri dari 3 suku kata...tidak pula berkutat pada dilema 29 atau 30...tidak juga semarak sahur dan berbuka...

Tinggal tiga puluh sekian hari lagi. Bukan waktu yang relatif lama. Hasil pengmatam hilal belum terlihat tapi hasil introspeksi sudah menampakkan berbagai ketermangutan.

Ibarat grafik..di sebuah Ramadhan kita memasuki pondok yang "menggodhok" kita jadi mukmin yang berkualitas, bukan sekedar tangguh menahan lapar. Maka kadar kualitas iman kita "seharusnya" meningkat dibanding sebelum kita memasuki Ramadhan. Dan kualitas iman di Ramadhan pula yang menjadi standar bagaimana kualitas kita pasca-Ramadhan.

Namun kalimat terakhir paragraf sering salah kaprah.

Standar di sini berarti standar minimal kualitas iman kita pasca-Ramadhan. Bukan malah standar yang membuat kita gampang maklum "ah wajar..bukan bulan Ramadhan..normal kok kalau ibadahnya malas". Dua hal yang efeknya tentu berbeda.

Saat pasca-Ramadhan iman yang meningkat dan terus meningkat tenrunya menjadi standar di Ramadhan berikutnya agar bisa lebih meningkat. Dengan demikian Ramadhan kali ini lebih dahsyat dari Ramadhan lalu dan Ramadhan yang akan datang lebih baik dari Ramadhan ini. Tentu indikasi orang yang beruntung :))

Sebaliknya jika iman merosot pasca-Ramadhan dan hanya dibiarkan hingga Ramadhan berikutnya tentu sudah bisa ditebak kisaran kualitas Ramadhan berikutnya seperti apa. Kemungkinan besar nggak jauh-jauh dari Ramadhan yang sekarang. Lho...ga bisa move on donk...udah gitu menjadikan kita malas berlomba-lomba dalam kebaikan saat Ramadhan.

Dan pertanyaannya adakah usia kita di Ramadhan mendatang?

Tampilan Web Parpol

Iseng-iseng ngamati tampilan website-website partai politik di Indonesia. Menarik juga menilik teknik mereka masing-masing dalam menata informasinya, karena boleh jadi keseriusan dan kematangan dalam mengelola website merupakan cerminan mereka dalam mengelola pemerintahan nantinya. Dan sebagai catatan, pemanfaatan IT merupakan isu yang nyaris tidak terdengar dalam berbagai visi, misi, dan program kerja parpol saat ini. Pemakaian IT hanya identik dengan penguasaan social media :p

Partai Nasional Demokrat di partainasdem.org

Tampilan homepage bagian header penyambutannya simpel namun elegan. Beberapa ide kecil namun memberi kesan unik seperti 3 lingkaran berisi paparan untuk bergabung yang background-nya berupa warna gradasi. Namun memasuki scroll-down kesan yang timbul agak anjlok, dimana ada berbagai artikel yang kurang jelas apa kategorinya. Memang ada sebuah icon biru-putih di sebelah kiri, namun kurang deskriptif. Untungnya penempatan seluruh artikelnya tidak saling beradu. Keberadaan sidebar belum dioptimalkan karena hanya ada dua box, yaitu box ajakan bergabung serta profil caleg, malah di box profil caleg, hanya ada kotak "Profil caleg" yang harus di-klik tanpa ada deskripsi ataupun gambar yang memancing perhatian.

Partai Kebangkitan Bangsa di pkb.or.id
 Hijau ada dimana-mana walau kali ini perlahan tapi pasti warna merah mulai memberi peran, apakah ini "sinyal"? Entahlah. Oh ya, pemilihan konsep akordeon dalam menyampaikan informasi menjadi lebih ringkas merupakan pilihan yang tepat sehingga tidak memperamai konten yang sudah tampil. Proporsi gambar dan tulisan di web ini relatif lebih baik. Pemilihan font juga sudah OK.

Partai Keadilan Sejahtera di www.pkspiyungan.org
Terlalu ramai, baik tulisan maupun gambarnya. Bahkan menu bar yang memang hanya satu justru terkesan ada tiga baris lantaran  berbagai tambahan yang agak aneh placing-nya. Menenai beritanya cenderung memihak ke salah seorang kandidat tidak akan saya bahas hehee. Yang pasti keramaian konten malah membuat pembaca bingung apa yang harus dilakukan pertama kali jika membuka homepage ini. Uniknya beberapa artikel yang lebih esensial ditempatkan di bawah, itu pun tanpa excerpt alias cuplikan tulisan, hanya judul, berbeda dengan artikel yang ada di paling atas sehingga kesan pragmatis dalam mengarahkan pandangan pembaca timbul.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Bingung mencari di Google, dilanjut mencari URL-nya di Twitter resmi PDIP, diperolehlah pdiperjuangan.org, namun kenapa isinya redirect ke notes.pdiperjuangan.org. Jadi, tidak ada komentar apapun

Partai Golongan Karya di partaigolkar.or.id
 Porsi elemen di dalamnya rapi dan seimbang. Pemilihan hurufnya pun ringan dan mudah terbaca. Tentang pembagian konten ke dalam kategori yang ada sudah terstruktur. Menariknya warna khas kuning hanya terdapat pada background dan header, untuk box-box rubrik warna hijau sebagai warna kedua lebih diolah. Selain itu, entah terkait atau tidak, tidak ada wajah ketua umum yang menghiasi ornamen web ini, malah di tengah rivalitas JK-JKW vs PS-HR, keduanya memperoleh kesempatan "numpang beken" di web Partai Golkar. Kombinasi web dengan elemen terkait social media sebenarnya sudah tepat, hanya saja tulisan Facebook fans yang "hanya" 4387 dan subscriber YouTube yang "cuma" 27 malah menjatuhkan image populer.

Partai Gerakan Indonesia Raya di partaigerindra.or.id/
Pemilihan warnanya cerdas dimana background-nya adalah merah-putih tanpa modifikasi sehingga kesan sederhana langsung didapat. Selain itu, warna second kuning menjadi pilihan yang cocok sebagai background inactive menu dimana yang menjadi background active menu-nya adalah merah marun. Sambutan berupa full-width (walau nggak full-screen, tapi full-nya selebar content) berupa gambar monokrom merah-hitam mempertegas kesan klasik dengan tulisan yang menyalak berisi tawaran kepada masyarakat. Di-scroll sekali ke bawah, berbagai box (yang mirip modul OpenERP) jadi pembeda dengan web-web lainnya, berbagai fitur layanan dengan icon sederhana menjadi keunggulan web ini. Meskipun demikian, ketika di-scroll ke bawah, malah agak jomplang dengan berita-berita yang sifatnya masih recent post, bukan categorized-archiving. Sosok ketua umum (yang lagi nyapres) jadi komoditas pemberitaan.

Partai Demokrat di www.demokrat.or.id
Kesan "one man show" agak terpancar mengingat ukuran foto sang ketua yang cukup besar pada header. Kesan oportunis dimana terdapat berita tentang prestasi dan agenda ketua umum di kancah internasional walau jika cermat yang dimaksud di situ adalah sosok presiden, bukan ketua partai. Sebenarnya pembentukan arsip per kategori di dalam homepage partai ini sudah bagus, walau masih ada berita yang "terpaksa" nongol di beberapa rubrik sekaligus. BTW, komposisi tulisan di web ini terlalu banyak sehingga lebih mirip portal berita. Selain itu ada beberapa message box yang penempatannya agak aneh seperti "Klik di sini jika anda ingin menjadi Anggota Partai Demokrat" dan "Edisi ke-8 Majalah Demokrat" yang muncul di sela-sela berita nasional dan internasional dengan rubrik lainnya, tentu membingungkan alur informasi yang ada

Partai Amanat Nasional di pan.or.id
Mungkin karena ketumnya sedang dicalonkan sebagai cawapres maka hampir di artikel selalu ada fotonya -_-". Konsep pengarsipan beritanya seharusnya bagus, namun proses kurasi ke dalam kategorinya kok berasa aneh gitu karena semua berita di dalam semua kategori. Begitu pula komposisi gambar, tulisan, dengan ruang kosongnya. Khusus untuk font, pemilihannya tidak jelek. Yang perlu lebih disoroti adalah penempatan sidebar. Eksistensi box Search di tengah sidebar sebenarnya blunder karena menyulitkan pencarian box Search, boleh jadi menurunkan keinginan memakainya. Kemudian penampilan box berisi daftar organisasi sayap PAN yang lebih mirip tempat advertising.

Partai Persatuan Pembangunan di ppp.or.id
Ramai, baik tulisan maupun gambar, sehingga perlu mencerna tujuan masing-masing rubrik di dalamnya. Selain itu ukuran font di cuplikan artikel yang kecil malah menjadikan sulit dimengerti kecuali dibaca dengan seksama. Ngomong-ngomong seksama, sebuah tipo ditemukan, yaitu "tersangak". Pemilihan warna hijau sebagai tradisi dari era 70-am tidak begitu dominan karena justru di berbagai rubrik judulnya dibalut dengan warna merah-putih. Mungkin maksudnya sebagai pertegasan tentang inklusivisme, namun beberapa judul justru kurang terbaca dengan background tersebut.

Partai Hati Nurani Rakyat di hanura.com
Salah satu yang tampil berani dengan menggusung grid-box pada header web-nya. Pemakaian warna oranye/coklat khas partai ini sudah tepat karena tidak terlalu menyilaukan mata. Selain itu kontras warna antara tulisan dengna background-nya klop. Barangkali blunder terbesarnya adalah kategorisasi berita yang masih absurd. Hal ini tentu merupakan kesalahan fatal karena membingungkan pembaca "ini beritanya kok sama semua dimana-mana, apa nggak di-update-update ya?" Apalagi di homepage 90% isinya adalah beritanya, 5% link ke socmed, dan 5% menu bar.

Partai Bulan Bintang di bulan-bintang.org/
 
Pemilihan font sudah sesuai era saat ini dimana jenisnya simpel dengan pembedaan warna hijau untuk judul dan hitam untuk isi. Walau demikian wireframe-nya masih terkesan "manut" pada pakem umum. Malah, kategorisasi berita agak membingungkan bedanya rubrik yang satu dengan yang lain. Benang merah informasi bila ditarik benang merah dari atas ke bawah masih belum terlihat. Kesan "one man show" juga terlihat dengan dominasi wajah dewan pembina sepanjang homepage. Kekuatan web ini terletak pada permainan warna yang teratur sehingga tidak membosankan pandangan mata.

Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia www.pkpi.or.id
 Dominasi warna merah diselingi putih sudah merepresentasikan kekhasan partai ini. Sosok ketua umum langsung nongol di pojok kiri atas seolah mempertegas "one man show" mengingat daya tarik partai ini memang ada di beliau. Salah satu web yang optimis dengan tampilan minimalisnya, walau dengan tingkat popularitasnya masih jauh dari partai lainnya maka harusnya mau lebih menampilkan isi yang lebih "menarik". Termasuk penyampaian kehebohan partai yang belum optimal.

Partai Aceh di www.partaiaceh.com
 
Terlalu ramai tulis berbagai tempat. Beberapa tulisan sebenarnya bisa diwakilkan dengan icon seperti link ke social media. Mengenai grafis secara umum, tampak belum mengedepankan konsep pengarsipan dimana terlihat berbagai rubrik yang tidak berjudul (box visi dan misi calon gubernur Aceh 2012-2017) maupun konten yang terpampang dua kali (13 alasan mengapa memilih (partai Aceh). Bahkan di kolom sebelah kiri atas (yang saya juga bingung ini sekupnya gimana) yang ditayangkan bukan tanggal melainkan jam publish. Pengarsipan yang kurang rapi ini berdampak pada alur penayangan konten yang belum memiliki benang merah ketika dibaca satu per satu dari atas. Pemilihan kontras warna antar elemen sudah baik dimana keterbacaan informasi sukses. Keberadaan dualisme header perlu menjadi sorotan karena menimbulkan keambiguan tentang apa yang tersedia di web ini.

Partai Nasional Aceh di pna.or.id

Warna khas oranye namun warna biru muda yang menjadi latar belakang mayoritas box rubrik menjadi hal yang meragukan terkait brangding-nya. Huruf yang dipilih sudah bagus dan kontras dengan background-nya. Seluruh berita dijadikan satu folder di bagian atas, tentu akan menyulitkan jika suatu saat konten yang harus ditampilkan kelewat banyak. Namun kondisi konten yang masih sedikit tidak dipungkiri menjadi hambatan terbesar website untuk bisa lebih interaktif.

Menarik lagi ternyata tidak semua web tersebut responsif. Saat disimulasikan ukuran mobile phone, hanya web Golkar, PBB, Hanura, PDIP, Nasdem, dan PPP. Bahkan tidak semua web menyediakan fungsi translasi ke bahasa asing, at least Bahasa Inggris selaku bahasa internasional.

Belajar Fana dari Sepak Bola

Salah satu yang paling saya sukai dari olahraga sepak bola (selain sepakbola, tentunya karate) adalah nilai filosofis yang luar biasa. Dan itu terbukti di akhir musim seluruh kompetisi di Eropa (kecuali di Eropa). Dan kali ini yang akan saya soroti adalah tentang kefanaan. Fana alias ketidakkekalan merupakan hal yang melekat dalam sepakbola.

Perah mendengar istilah "dream team"?
Istilah ini kerap disematkan ke sebuah tim yang berhasil mendominasi sebuah atau beberapa kompetisi dalam durasi waktu yang lama tanpa banyak recokan dari klub lain. Namun di balik kengerian dream team, justru itu merupakan sindiran dari sebuah kenyataan tentang kefanaan. Banyak klub yang pernah menjadi penguasa di segala laga yang dilalui namun tibalah saatnya untuk karam. Malah, bagi beberapa klub, istilah dream team ini agak menjurus ke sindiran bahwa tim saat ini tidak sekeren tim yang jaman dulu.

FC Barcelona sebagai dominator tanah Spanyol, Eropa, hingga dunia dengan torehan 14 trofi dalam 4 musim. Namun dalam dua musim setelahnya hanya meraih dua gelar.

Ajax Amsterdam, penakluk Eropa dari tanah bendungan Belanda yang meraih tiga gelar Piala Champion beruntun di awal 70-an kini nasibnya tidak pernah diunggulkan lolos dari putaran grup tiap musim di Liga Champion.

Real Madrid yang berhasil mengunyah 5 gelar beruntun di era 50-an Piala Champion harus menanti hingga akhir 90-an untuk meraih gelar ke-6-nya.

SS Lazio yang pernah mengemban status klub yang disegani di akhir 90-an dan awal 2000-an dengan raihan 4 trofi dalam kurung waktu 3 musim. Namun kini klub tersebut tercecer di papan tengah Liga Italia.

Siapa yang menolak sejarah bahwa ada klub Inggris yang total gelar UCL-nya hanya bisa diimbangi total gelar UCL klub Inggris lainnya? Klub itu juga baru bisa dilewati rekor jumlah juara Liga Inggris-nya 4 musim lalu. Namun gelar ke-18-nya sudah berusia 2 dekade lebih. Klub itu adalah Liverpool.

Dan ngomong Liga Champion pun kita bakal terbelakak ketika menyaksikan ada banyak klub di daftar juara yang saat ini kita juga bingung menyebut peluang mereka lolos ke babak knock-out alias berstatus medioker, misalnya Crvena Zvezda, Steaua Bucharesti, Aston Villa, Nottingham Forest, Feyenoord. Jangankan kembali menjadi aktor penentu laga final. Mencicipi putaran grup di beberapa musim terakhir saja masih jadi "target".

Persis Solo, penguasa kompetisi perserikatan di Indonesia dengan total 7 juara. Namun musim terakhir berkompetisi di kasta tertinggi sepak bola Indonesia ada di tahun 2007. Malah di era Liga Indonesia sebelum ISL, klub ini tidak pernah lolos ke babak 8 besar.

Siapa yang nggak gentar kalau dengar nama Bandung Raya di era Galatama dan awal Liga Indonesia. Klub yang disebut sebagai Persib-nya Galatama ini merengkuh gelar juara Liga Indonesia pada 1995 alias musim kedua Ligina. Namun di awal Ligina V alias berselang dua musim saja, nama mereka sudah tidak ada di seluruh kompetisi Ligina, kenapa? Bangkrut

Kasus sama menimpa Petrokimia Gresik, sebuah klub yang berada di kota satelit, Gresik. Kebo Giras, demikian julukkan, secara dramatis mengenyam gelar juara Ligina 2002. Tapi di 2004, mereka mengundurkan diri karena problem keuangan.

Pernah mendengar siapa lawan Jerman (Barat) di final Piala Dunia 1954? Silakan cek kapan terakhir kali negara itu lolos ke Piala Dunia dan percayalah bahwa negara itu di sebelum laga final sudah menggelar rekor 32 laga tidak terkalahkan.

Hmmm, ternyata sejarah sudah membukti dengan jelas
Tidak ada yang kekal dalam sepak bola
Dalam hitungan jari, kita bisa kehilangan kejayaan yang kita rangkai dan itu hanya dalam waktu sekejap.

5 tahun Pramuka Universitas (IT) Telkom

17 Mei 2014...sebuah tanggal yang menandakan 5 tahun Pramuka di IT Telkom yang kini bernaung menjadi Universitas Telkom

sebelum 17 Mei 2009
Dalam sebuah sesi presentasi praktikum Fisika Dasar, berkenalanlah dua orang Arfive (IF-2008) dan Triyoga (SK-2008) yang ternyata sama-sama eks-Pramuka di SMA-nya dulu. Lantas diperkenalkanlah Yoga dengan Ridwan (TI-2007). Gayung bersambut, ada kesamaan ide untuk membangkitkan keparmukaan di ranah perguruan tinggi IT Telkom. Maka sepakatlah memublikasikan ide tersebut melalui poster mading.

17 Mei 2009
Sebuah pertemuan yang bernuansa sederhana berlangsung di saung IT Telkom dimana Ridwan, Triyoga, Arfive menyambut partisipasi dari Dimas (SK-2008), Eka (TT-x2008), Prima (TT-2007), dan Epi (TT-2008). Tidak ada gelegar kecuali sebuah kesamaan visi untuk mendirikan kepramukaan di IT Telkom. Berselang beberapa hari kemudian, Firdauska (TT-2008) bergabung menjadi perintis.

Senyuman khas anak muda hehee

Latihan perdana berupa mendirikan menara sederhana oleh Eka, Firdauska, Prima, Arfive, dan Triyoga. Sore yang tidak pernah dibayangkan menjadi tonggak sebuah perjalanan yang masih sangat jauh.

Berbaur dengan peserta Jambore Cabang Kwarcab Bandung 2009

Dukungan dari Kwarcab Bandung menjadi sokongan yang berarti. Partisipasi untuk menjadi sangga kerja di Jambore Cabang Kwarcab Bandung di Kiarapayung merupakan inspirasi untuk mengibarkan eksistensi yang tak sekedar ada, tapi memberi manfaat. Akhir 2009 memang memberi warna yang memacu semarak.

2010
Status Organisasi Kemahasiswaan diperoleh dari BK IT Telkom dimana tampil sebagai pembina kak Endang Budiasih dan kak Achmad Rizal. Upaya meng-go public-kan terus digencarkan melalui sebuah talkshow tentang kepribadian. Di tahun ini, aspek organisasian, khususnya kaderisasi dan administrasi benar-benar menjadi tantangan terbesar. Upaya pengajuan sekretariat menemui kendala sehingga status ormawa tanpa sekre harus diterima. Walau demikian tambahan personel-personel tangguhan menjadi kekuatan yang menggebrak dengan berbagai inovasinya.

Talkshow Kepribadian bersama Kak Achmad Rizal dan Kak Saiful

Lesehan pagi membahas perkembangan Saka di Indonesia

Sebuah gelaran untuk Pramuka Perguruan Tinggi pun berhasil diikuti, yaitu yang diselenggarakan di Bumi Wong Kito Universitas Sriwijaya, Kota Palembang. Sebuah sajian manis yang menutup tahun 2010 dengan penuh harapan.

2011
Penyehatan organisasi menjadi sasaran kerja yang diutamakan. Struktur yang lebih solid menjadi harapan walau harus memberi risiko yang cukup keras, yaitu pembentukan struktur organisasi racana putri ditunda dan tata kelola organisasi diselenggarakan dengan bantuan racana putra mengingat jumlah pramuka putri yang minim saat itu.

Menjadi undangan pada Penandatanganan MoU Pembentuka Saka Telematika antara PT Telkom dengan Kwarda Jawa Barat

Suasana pasca Musyawarah Racana 2011 di GSG

Foto bersama pasca-pelantikan Ketua Dewan Racana periode 2011, Triyoga Adi Perdana

Berkunjung ke kediaman Kak Gunawan Haris, penggerak kepramukaan di dalam PT Telkom

Ramainya peserta KMD UPI dimana Racana IT Telkom ikut menjadi peserta di dalamnya


Usia dua tahun ini juga menjadi momen tersendiri ketika sebuah event bernama IT Telkom Scout Championship menjadi inovasi kompetisi Pramuka SMA/MA/SMK se-Bandung Raya. Kemeriahan yang sanggup menyedot atensi dari DKR, DKC, DKD, hingga DKN. Begitu pula perhatian dari rektor selaku Mabigus yang memberi kredit tersendiri.

Sore yang legendaris dimana kompetisi IT Telkom Scout Champioship dihelat dan tak lupa bantuan personel dari Racana Universitas Padjadjaran

Di lingkungan Pramuka perguruan tinggi pun mulai banyak yang mengenali sebuah gerakan kepramukaan dari tatar Bandung, yaitu IT Telkom. Dua event nasional, yaitu TKNP3T di Universitas Gadjah Mada dan PNPPT di Universitas Hasanuddin merupakan pengibaran semangat untuk memekarkan potensi agar bisa memberi kontribusi di kancah kepramukaan nasional.


Berbaur bersama kontingen racana lain dalam TKNP3T di Universitas Gadjah Mada 2011

Di penghujung tahun semangat mulai mengalami penurunan. Banyak personel yang tersedot kegiatan kemahasiswaan lain diiringi penurunan intensitas kegiatan bersama. Alhasil Dian Kurniawan (SK-2010) harus menghadapi tantangan berat untuk mempertahankan eksistensi.

2012-2013
Bisa dibilang dua tahun ini menjadi periode terberat ketika kondisi mengalami "kegersangan" personel. Memang ada personel baru namun tata kelola administrasi serta kaderisasi menjadi tantangan terbesar. Bahkan di dalam proses verfikasi ormawa tingkat unviersitas yang diadakan rektorat Universitas Telkom, Pramuka harus ikhlas menerima kenyataan untuk tidak lolos administrasi.

Suasana JOTA di Batununggal

Pendakian dalam rangka Ordaspram 2012

Kak Dian Kurniawan, sang pekerja keras di 2012-2013 :), saya selalu salut dengan konsistensinya

Meskipun terjadi penurunan intensitas agenda, tidak berarti Pramuka "mati". DI tengah sempitnya kesempatan berkembang ini, justru kerja sama dengan Lab Antena membuahkan penyelenggaraan JOTA-JOTI yang memesona dimana adik-adik dari pangkalan sektiar kampus ikut serta.

DI tengah gersangnya kegiatan, semangat itu akan selalu ada tiada padam

2014
Aksi Peduli Kelud yang dikomandoi oleh Ilham

Harapan itu selalu ada ketika kita mampu menatap langit penuh optimisme.Dimotori oleh Ilham (IF-2011), Agie (TT-2011), dan Indra (IF-2011) kini api semangat terus dikobarkan. Memang tidak mudah karena perlu strategi branding dan pengelolaaan SDM agar Pramuka menjadi Ormawa yang solid.

Great Challenge with OpenERP

OpenERP, sebuah aplikasi yang kini namanya Odoo. Namanya sudah berganti namun saya sebut saja kali ini tetap OpenERP hehehee....

Arghhh....antara seneng dan puyeng dengan tantangan kali ini, yaitu implementasi OpenERP untuk holding company di PAJ, yaitu SWT dengan brand-nya ticket-inc. Pengalaman ERP, mmmm, paling banter ng-install wkwkwkkkk...astaghfirullah, terus kok bisa dapet tantangan ini sih?

Ceritanya COO-nya mau dipersiapkan web untuk Ticket-inc dan karena PIC web apps di PAJ ini saya, mau dipanggillah saya. OK, domain plus hosting sukses diakuisisi, berikutnya ngurusin mau diisi apa web-nya? Nah dimulailah kecambuk tugas ini. Rencana implementasi IT, khususnya pembangunan sistem informasinya ini ternyata riweuh, ada keinginan di website, ada kebutuhan pelaporan transaksi ke konsumen, ada harus rekap transaksi ke maskapai. Dipanggillah saya oleh CTO untuk urun rembug mau bagaimana ini IT-nya. Setelah menimbang-nimbang berbagai aspek, kebutuhan dalam waktu dekat ini adalah pembuatan sistem informasi pencatatan transasksi. Proses bisnisnya kemudian dirancang oleh CTO dengan mengadopsi OpenERP.

Eh eh eh, mendadak saya diminta mempersiapkan meeting kepada tim SWT (plus saya juga) oleh beliau. Heh?? Di situ setelah memperoleh penjelasan, saya ditugaskan mengawal implementasi IT di dalam Ticket-inc. Melalui pergulatan panjang dan belum berakhir, maka mau tidak mau saya harus mempelajari OpenERP.

Memang sudah ada batasan operasional di dalam aplikasinya. Namun tantangannya belum berakhir kawan -_-"

Pertama teknis prosedur masih ada yang perlu ditekan lagi kecepatan dan efektivitasnya.

Kedua masih ada yang perlu diyakinkan bahwa OpenERP menjadi solusi yang tepat maka sebagai Tim IT saya harus lebih dulu tahun manfaatnya OpenERP itu apa

Ketiga, selalu ada kemungkinan salah klik, salah ketik, dan hal-hal lain di luar prosedur yang betul. Maka, mau tidak mau saya harus belajar penanganannya bagaimana

Keempat, saat ToT ada yang belum saya ingat benar prosesnya, sehingga mau tidak mau belajar dari awal lagi

Insyaa Allah ada manfaatnya pembelajaran OpenERP ini :) :) :)

Karena mereka manusia

Tulisan sepulang dari GBK pasca Indonesia vs ASEAN All-star

Sebelumnya cuma membaca kalau pindah ke rival bakal diejek. Cuma membaca doank. Nggak pernah menyaksikan langsung hingga laga (usiran) PSMS Medan vs Persik Kediri awal 2009. Saat itu banyak pemain Persik yang berstatus mantan pemain PSMS musim lalu, misalnya Markus Harris Maulana, Usep Munandar, Saktiawan Sinaga. Dua klub ini bukan rival. Tapi 3 pemain itu harus rela namanya ditambahkan nama fauna oleh oknum suporter PSMS, bahkan saat pembacaan starting-11.

Aku punya a**i** kecil, kuberi nama sakti, dia senang berlari lari sambil bernyanyi nyanyi. Sakti a**i** sakti a**i** sakti t**a**i**

Ko tega ya? Sama sama manusia malah seenak bibir dipanggil fauna. Tiap tiga pemain itu memegang bola, nyaris serempak "wuu" terdengar.

Belum lagi kejadian malam ini saat sejumlah pilar Persib Bandung mengenakan seragam timnas, diantaranya Hariono, Firman Utina, Ferdinand Sinaga, hingga Supardi. Mereka diteriaki "wuuu" plus sejumlah fauna oleh oknum the Jack. HufffthhhPadahal setahu saya rivalitas bodohnya itu dua kubu "oknum" suporter. Kalau kasus ex-PSMS masih agak ngawang esensinya. Nah kalau yang pemain Persib, tampaknya nalarnya sudah digadaikan untuk membeli tiket, kenapa?? Mereka sedang berkostum timnas Indonesia dan lawan mereka all-ASEAN star. Diantara sekian nama di lawan, kayaknya cuma Shahril Ishak yang pernah mencicipi Liga Indonesia bersama Persib dan Medan Chief, apa dia paham kenapa ada pemain timnas dicemooh oleh pendukungnya sendiri? Yo embuh...

Yang pasti tindakan oknum seperti itu mencerminkan tingkat edukasi yang perlu diperbaiki.

Manusia ko dicemooh dengan nama hewan???? -_-"

Behind of "Cover" #NolDerajat Episode 2

Nol Derajat, nggak pake Celcius, bukan juga Fahrenheit, dan tidak pula Reamur...
Nol Derajat di sini merupakan sebuah karya kreatif tentang kebahagiaan...
Kebahagiaan yang sederhana...
Ketika berbagi tanpa rasa digurui...........inklusif
Ketika nyaman dalam nuansa ceria.........ceria
Berlomba dalam kebaikan......................bermanfaat

Tidak anehlah segala tantangan itu dari awal tercetus hingga akhirnya rilis menjejali.

Mau seperti apa kontennya sudah dimulai dengan berbagai isu pengin ini pengin begitu. ya persis lagu Doraemon, "aku ingin begini aku ingin begitu, ingin ingin ingin itu banyak sekali". Namun endingnya beda :/ "semua semua tidak dapat dikabulkan" hahahaaa...Dengan mengadopsi trilogi highlight-story-ideas, sebuah framework di news.indonesiakreatif.net, maka digusunglah kerangka pengerjaan yang mulai menemui titik cerah, ya tapi cerahnya itu masih titik, belum garis hehee :)

Dengan menggusung konsep "ini proker bersama Media" maka dilakukanlah pembagian massal. Ada yang menjadi penulis artikel serta desainer visual. Ada yang menjadi salah satunya, ada pula yang dua-duanya.

Singkat kata semua rapi di konsep :) Namun percaya atau tidak, mitos konsep adalah kembang gula yang di kemudian hari menyakiti gigi memang tepat.

Dateline berubah menjadi deadline dan datelie #upsss karena molor di sana sini. Kemoloran merupakan suatu hal yang dampaknya lahir batin karena akan mempengaruhi aktivitas, beban kerja, hingga mental tidak hanya satu orang namun orang lain. Artikel ada yang telat diproduksi, maka durasi pengerjaan desain pun sempoyongan. Kesibukan teman-teman Media yang tidak hanya di FUKI, namun juga di BEM, CompFest, dll (dan lainnya lupa heeheee) makin membuat romantika pembuatan Nol Derajat ini layaknya telenovela Amigos #eaaa

Dan akhirnya di hari Rabu, 14 Mei 2014 hardcopy Nol Derajat episode 2 dirilis dilanjutkan Kamis, 15 Mei 2014 pasca-timbul dirilis versi softcopy-nya.

Penasaran ada apa aja di dalamnya???

Pertama cover depan-belakang yang menjadi senjata terdepan (walau agak pamungkas bikinnya) yang simpel tapi memancing kepenasaranan :)
Highlight merangkum Seputar #CintaMemesona sebagai overview kayak apa sih FUKI di tahun ini
Story mengambil cuplikan tentang bagaimana menjadi muslim yang kece
Ideas sebagai ajakan untuk menjadi muslim yang menebar manfaat
Dan masihhh ada kejutan lain di dalamnya.

Apa Kabar Peran Himpunan [2] dan BEM (juga)

Himpunan selalu menorehkan inovasi
Seolah tiada surut inspirasi dan aktif sebagai tradisi
Saat masih ada yang belum terpenuhi maka di situ pula selalu ada saja solusi
Walau tiada pasti semarak berselebrasi, namun inovasi senantiasa melayani.

Problema yang kerap dijumpai seorang mahasiswa tentu pelik #ceileh. Baik sebagai mahasiswa tahun pertama, tahun kedua, ketiga, keempat, hingga periode ekstensi, masing-masing punya topik tersendiri dalam bergalau. Ada pula krisis yang senantiasa melekat tanpa peduli tahun keberapa?

Mari kita tengok tantangan yang menggelayuti pikiran tiap tahun.

Tahun pertama, kebingungan tentang benarkah prodi yang saya pilih ini sesuai dengan diri ini. Ibaratnya "gue cocok nggak sih di sini?" Di tahun pertama, intensitas bertemu teman sesama SMA tentu menjadikan "eh, gimana kuliah di situ?". Kalau tahun pertama ini lancar, tentu jawabannya berupa senyuman yang memancar cerah, sebaliknya jika galau tentang salah jurusan bakal menjadikan senyuman datar sambil garuk-garuk kepala. Itu baru tentang hati nurani dalam memilih jurusan. Tantangan lain? Salah satunya nasib rantau. Yups, hampir mayoritas perguruan tinggi diisi oleh mahasiswa yang domisili aslinya bukanlah di sekitar kampus. Bahkan di sejumlah kampus seperti Universitas Telkom, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Institut Teknologi Bandung dll, malah berstatus sebagai lumbung "diaspora" sehingga mahasiswa "lokal"-nya hanya menjadi minoritas. Kehidupan sebagai anak rantau yang jauh menjadikan mahasiswa tahun pertama (dan tahun-tahun berikutnya) rawan terhadap godaan yang menggiurkan dari hedonisme. Belum lagi serba-serbi berbagai rekruitasi "terselubung" untuk menjadi kontestan jamaah ini itu yang yaitulah...

Bisa dibilang tantangan terbesar di tahun pertama adalah "keyakinan dalam memahami jurusan/perguruan tinggi" serta "adaptasi di dunia baru"

Tahun kedua, boleh jadi kegalauan di tahun pertama masih melanda yaitu per-salahjurusan-an. Namun intensitasnya sudah berkurang, mungkin karena pasrah atau juga terlanjur bersemangat dengan perkuliahan yang ada. Ini juga menjadi kesempatan terakhir mendaftar di beberapa sekolah kedinasan seperti STAN dan STIS. Tapi badai lama mereda dan muncullah badai lanjutannya, yaitu keasyikan di berbagai organisasi kemahasiswaan. Yups, tahun kedua (dan nantinya di tahun ketiga) merupakan periode gemilangnya seorang mahasiswa berkarir di dalam kancah organisasi kemahasiswaan. Ada yang cukup satu, ada juga yang ber-poliorganisasi. Teorinya mudah, ketika ada agenda bersamaan maka pilih yang sedang memerlukan prioritas, namun kenyataannya?? *mengusah keringat* Dari sisi akademik sendiri, tahun kedua merupakan masa transformasi menuju "core" jurusan/program studi. Bagi informatika, tentu santapan malam hingga malam lagi ialah COA, SE, DBS, dan pastinya ADS. Dan kebanyakan tugas dikerjakan secara berkelompok, dari sinilah softskill tentang bekerja sama versus adu ego akan jadi lakon tiap hari.
Tak salah untuk menyebut bahwa di tahun kedua ini yang menjadi momok adalah "jati diri untuk berekspresi" serta "manajemen waktu"

Di tahun ketiga (bagi S1) merupakan klimaks dalam arti karier di ormawa. Pucuk pimpinan macam ketua, wakil, dan kisaran BPH lazim diemban mahasisw tahun ketiga. Bahkan jabatan koordinator asisten pun identik di generasi tersebut. Dengan kondisi demikian, jelas himpunan dan BEM tidak bisa menutup fakta bahwa mahasiswa di tahun ketiga memerlukan pendidikan yang khusus. Pengelolaan lab dan ormawa ada di pundak mereka, jika hanya membiarkan mereka otodidak atau paling banter belajar dari diskusi dengan seniornya+LPJ maka outputnya tidak jauh-jauh dari orientasi "menambal ban", bukan menggebrak lewat inovasi. Banyak isu strategis yang patut diapungkan, seperti kecerdasan mengambil keputusan, kematangan manajemen waktu, tata kelola administrasi dmbl. Itu baru ditinjau dari keormawaan. Padahal masih ada aspek lain seperti akademik, riset, dan pengabdian masyarakat.
Secara akademik, karakter kejuruan jadi topik yang perlu dikaji. Tentu tidak diharapkan output yang tidak tahu potensinya di bagian mana. Himpunan punya peran besar untuk ikut memberi pencerdasan tentang bagaimana kejuruan di jurusan/prodi tersebut. Masa iya nggak punya info dari dunia kerja ataupun alumni.

Mengenai riset, harus diakui bahwa ini bukan ranah yang sudah lihai dimengerti oleh himpunan dan juga BEM. Bagaimana peran himpunan dan BEM pun kerap kerdil di ranah riset. Alhasil riset tidak menjadi lahan yang disoroti oleh calon ketua himpunan maupun ketua-wakilketua/capres-cawapres BEM.

Himpunan dianggap identik dengan akademik, BEM dengan pengabdian masyarakatnya, dan lab dengan risetnya. Ketiganya seolah yang terpisah dan asyik sendiri-sendiri. Dan tak lupa isu pengabdian masyarakat yang perlu dipantik lagi. Perlu dilakukan kajian tentang seberapa besar (%) partisipasi mahasiswa dalam kegiatan pengmasy. Tahun ketiga tentu sewajarnya si mahasiswa sudah tahu masalah di sekitarnya, sudah tahu potensi di dirinya serta bagaimana mempertemukan dua pengetahuan tersebut.

Hal ini menegaskan bahwa di tahun ketiga, faktor-faktor yang patut dituding sebagai pangkal keramaian adalah kebutuhan profesionalitas pengurus ormawa+lab, pemahaman kejuruan di dalam disiplin ilmu jurusan/program studi, serta partisipasi riset+pengmasy.

Dan di tahun keempat maka topiknya tentu bermuara pada skripsi dan dunia kerja. 
Kondisi saat ini riset didominasi yang berstatus skripsi membuat kualitas sebuah perguruan tinggi sangat dipengaruhi oleh kualitas skripsinya. Prospek di dunia kerja pun tak luput dari kegundahan mahasiswa tingkat akhir. Keasyikan kuliah kerap membuat kesiapan masuk dunia kerja menurun, alhasil pilihan sebagai pengikut arus lebih banyak diambil. Dalam dunia kerja, yang lebih penting bukanlah hardskill, melainkan karakter diri dan konsep karakter diri yang dipergunakan oleh banyak perusahaan adalah MBTI, yaitu dimensi I-E-N-S-T-F-P-J. Banyak mahasiswa yang justru tidak bisa mengidentifikasi karakter dirinya sehingga terombang-ambing dalam merencanakan masa depan.

Di dua hal ini, himpunan (dan BEM juga) patut mengambil peran. Perannya tentu diwujudkan sebagai penggerak yang memberi inspirasi dan pencerdasan di dua hal tersebut, tidak melulu berupa event, namun bisa melalui berbagai bentuk kreatif lainnya.

Itu tadi isu-isu sakral di masing-masing tahun mahasiswa. Lantas apa dan bagaimana himpunan (dan BEM) berperan? Apakah sekedar penggembira? Semua berpulang pada kaderisasi dan kaderisasi yang berwujud apakah

Mari kita ulas di artikel sekuel ketiga ini nanti ^_^

Jersey dari Pulau Papua vs Eropa


Kesehatan Iman Mukmin

Sebuah rangkuman tentang ceramah bada Dhuhur di Masjid UI Salemba 21 April 2014

4 indikator kesehatan iman mukmin
Tenggelam dalam ibadah membuka cakrawal perasaan ketinggian dan memberikan bantuan untuk terlepas dari berbagai kepedihan dan tekanan jiwa serta kesembuhan dari berbagai kegoncangan seperti kegeisahan, stress, depresi dengan berbagai efek fisik lainnya.

Sakanah - Ketenangan hati
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik."(Ar-Ra`d: 28-29)

"Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (Al-Fatĥ:4)

Hamasah - Semangat
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan" (Al-'Anfāl:24)

"Bersemangatlah meraih apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan Allah dan jangan pernah merasa lemah" (HR Muslim dari Abu Hurairah)

Ghirah - Cemburu
"Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. (Al-Mā'idah:78-80)

Al Haya u - Malu
"Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, hendaklah mengubahnya dengan tangannya jika tidak mampu maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hartanya dan inilah iman orang paling lemah" (HR Muslim)

Retorical Waiting


Sevilla...

Sebuah klub klub menjadi bahan pembicaraan tatkala diri ini masih berbalut seragam SMA. Klub asal Andalusia ini merupakan tim sangat disegani di tanah Spanol, bahkan mereka sempat mejadi penguasa Eropa dengan dua trofi UEFA Cup plus 1 Super Eropa dalam kurun 2 musim, sebuah raihan yang fenomenal. Siapa sih nggak merinding melihat duet Frederic Kanoute dan Luis Fabiano. Keduana didukung seorang gelandang flamboyan yang (agak kurang populer) Enzo Maresca. Lebih jauh ke belakang ada duo Brazil bernama Daniel Alves dan Adriano Correira.

Empat klub paling mapan di La Liga, yaitu FC Barcelona, Real Madrid, Atletico Madrid, dan Athletico Bilbao harus sempoyong menerima kehadiran Sevilla sebagai pendobrak keempatnya. Gelar La Liga mungkin tidak digaet, tapi nuansa kompetitif makin kental, apalagi di saat bersamaan Villareal juga sedang naik daun.

Namun faktor sejarah dan konsistensi menjadi awal dari kemunduran perlahan klub yang bermarkas di Ramon Sanchez Pizjuan. Duo Brazil yang disebut terakhir tadi secara bergilir memilih FC Barcelona sebagai klub baru. Beberapa bintang lain seperti Andreas Palop memasuki usia senja. Luis Fabiano pasca menjadi bintang di Piala Konfederasi 2009 langsung anjlok.

Perhelatan Liga CHampion yang sempat dicicipi harus terlewatkan, bahkan untuk menggapai tiket Liga Eropa sudah harus keringat dingin.

Namun di musim ini ada yang berbeda. Memang di La Liga, tiket ke kompetisi benua biru gagal dicaplok. Namun stadion Juventus di kota Torino menjadi saksi bisu keberhasilan mereka melumat Benfica di final Liga Eropa. Dua tim yang sebetulnya sama-sama tidak disangka bakal menjadi kontestan yang masuk ke dua-besar. Juventus, Tottenham, Napoli, Ajax dan Liverpool tumbang.



Memori kemenangan telak 4-0 atas Middlesbourgh dilanjut adu penalti versus Reial Espanyol sudah tentu menajdi inspirasi. Adu penalti pula yang menjadi jalan menuntaskan harapan Benfica yang justru baru kemarin berpesta gelar juara Liga Portugal. Statistik juga mencatatkan Sevilla sebagai penguasa turnamen ini pada rentang 2005 s.d. 2014. Tiga dari 9 musim trofi ini jadi miliki Los Rojiblancos. Praktis hanya ada 5 tim penyela, yaitu Zenit S. Petersburg, Shakhtar Donekts, Atletico Madrid, FC Porto, dan Chelsea FC, lho kok 5? bukannya 6? Karena Atletico Madrid meraih dua kali walau gagal beruntun.

Sekali lagi, selamat Sevilla

(Nyaris) Sehari Bersama Kuasi

Akhirnya hari yang berpekan-pekan direncanakan itu tiba. Sebuah rencana yang (harusnya sih) hebat tentang ngumpul tapi kagak ngomongin proker. Kapan lagi coba bisa dalam suasana macam gini. Acara apaan nih? *siapin semprotan kertas* Team builing Biro Media FUKI 2014 *yeeeeyyy*

Setelah terlunta-lunta di pinggir stasiun Lenteng Agung, akhirnya sampai jugalah kita di Cafe Strawberry. Sebuah tempat yang punya kenikan sendiri  (otak MTI mulai berpikir). Seperti biasa para lelaki paling gagap ketika disodori menu makanan, kenapa? Ya tentu saja terkait kolom harganya. Udah gitu doang? Makan bareng doank? Katanya ampe Maghrib di situ, ngapain donk?

OK jadi gini nih ceritanya brader...
Di cafe ini, kita bisa main sepuasnya, ampe mblenger ampe tahu-tahu udah Maghrib :v
Berbagai game yang awalnya diikuti dengan jaim nan malu-malu akhirnya penuh suasana kocak, cair dan tanpa gengsi walau ktia terpisahkan dua angkatan dan tiga jurusan (,,V,peace).



Untuk man of match terkait kelicikan bermain game ini jatuh pada Arsi yang dengna wajah lugunya selalu memainkan trik-trik yang bikin semrawud teman yang dapat giliran setelahnya. Untuk yang paling kalem, tentu Reyhan yang tidak terlalu frontal, bahkan di game tepok angka, dia (bersama saya hehee) mampu bertahan tanpa jadi loser walau akhirnya kena status loser juga di penghujung ame itu. Terkreatif jatuh pada Sifa yang bikin lintingan kertas (lintingan ekrta lho ya..bukan ganja ataupun mariyuana :/) berisi pertanyaan yang menggelitik sebagai sanksi tambahan bagi yang berstatus loser di tiap permainan.

Harus diakui bahwa kekompakan seringkali diawali dari hal-hal yang non-formal yang acapkali di luar hajatan macam proker.

Kece parahlah kalian Laskar Kuaci, semoga hingga akhir kepengurusan ini 11 akademia ini bisa makin kompak (plus Kabid Nilam feat. sobat PAF Naqi). Tentunya menggelorakan #CintaMemesona


Apa Kabar Peran Himpunan [1]

Himpunan organisasi unik yang memberi banyak kesan. Berbagai isu menggeletik kerap jadi sarapan. Sudah tentu karakternya antik walau kreatifnya sungguh menawan.

Himpunan mahasiswa, baik dari era tingkat jurusan, langsung departemen, fakultas, dan kini program studi memiliki sejarah yang panjang. Berbagai aspek kemahasiswaan jadi tambang berkontribusi. Ada tentang menjalin relasi ke dekanat, menggalang koalisi di luar Dayeuhkolot, memacu kebanggaan berjaket himpunan, acara-acara pemenuh kebutuhan mahasiswa, hingga responsi. Responsi? Yups, kolaborasi dengan berbagai laboratorium membuahkan berbagai responsi yang selalu laris di saat menjelang UTS dan UAS. Walau demiian, peran himpunan seharusnya tidak cukup berpuas dengan responsi ataupun membuat video tutorial. Ada ide-ide strategis ain yang menjadi makanan empuk untuk memberi yang spesial bagi mahasiswa, khususnya tentang akademik.

Pertama, mengenai feedback tentang penyelenggaraan perkuliahan.
Memang tidak salah ketika himpunan menyalurkan complain tentang jaringan internet saat registrasi yang ngadat, jumlah mata kuliah yang mendadak abis, dll. Himpunan harus berani di tataran yang lebih tinggi, yaitu ikut aktif memberikan masukan dan tanggapan terhadap implementasi kurikulum yang ada. Masukan dan tanggapan ini tidak sekedar bercermin pada urusan teknis seperti tadi. Himpunan sebaiknya memahami bagaimana kebutuhan mahasiswa secara akademis dan softskill. Kebutuhan inilah yang patut diperjuangkan. Belum pernah sih himpunan mengadakan analisis tentang standar TOEFL yang 450 saat mendaftar sidang, ataupun ide mengadaan pameran tubes bidang jurusan/prodinya.

Sudah saatnya himpunan mampu mengadakan riset yang ilmiah, bukan riset abal-abal tentang penyelenggaraan pendidikan. Sudah saatnya himpunan menelaah bagaimana program studi di kampus lain, atau bahkan negara lain yang bisa memberi efek positif. Punya akses internet yang bagus harusnya bisa dimanfaatkan untuk menjadi relasi dengan kampus lain (termasuk negara lain), bukan sekedar menggalau lantaran tubes menyiksa.

Himpunan tentu mempunyai relasi yang kuat dengan alumni/veteran. Manfaatkanlah kuatnya hubungan ini mengumpulkan masukan tentang perbaikan kurikulum. Boleh jadi sudah saatnya programming di platform smartphone jadi trend yang tidak bisa ditawar sehingga harus diajarkan di perkuliahan.

Kedua, himpunan juga mampu tampil memberikan suplemen kebutuhan terkait penyelenggaraan pendidikan. Contoh singkat tentang responsi. Lebih jauh lagi? Lagi-lagi himpunan harus mau dan mampu mengadakan penelitian yang ilmiah tentang potensi apa yang bisa dimanfaatkan himpunan untuk berkontribusi di dalam akademik sebuah jurusan/program studi. Cobalah analisis konsep kurikulum yang sedang diterapkan, cocokkan dengan kondisi nyata tentang apa yang perlu diperbaiki. Ketika telah ditemukan apa yang perlu diperbaiki, komunikasikan bagaimana himpunan bisa mengisinya.

Dengan dua fungsi tersebut, maka himpunan perlu cerdas dalam mengambil sikap.
Tidak menjadi lembaga yang dengan seenaknya menyampaikan keluhan mahasiswa tanpa logika.
Tidak menjadi lembaga yang selalu menyalahkan kualitas pendidikan di jurusan/program studi
Dan punya kalender pembangunan kurikulum yang berjangka panjang.

Pada dasarnya himpunan menjadi senjata bersama untuk mewujudkan visi, jurusan/program studi, fakultas (dan kampus) dimana mahasiswa menjadi aktor kreatifnya.

Membangun Roadmap

Artikel lama yang pernah dimuat di dimarla.net

Membangun sebuah bisnis memang memerlukan kecakapan untuk membaca peluang. Namun membaca peluang tidak sama dengan pasif terhadap kondisi yang ada. Untuk mewujudkan bisnis, dalam hal ini direpresentasikan dengan start up, memerlukan kejelian dalam menyusun strategi. Dan ketika banyak start up sukses menjamuri bisnis nasional, penentu keberlangsungannya ke depan terletak pada seberapa kuat pondasi yang dimilikinya. Pondasi tersebut berada dalam sebuah rencana bertajuk ROADMAP.

Roadmap bukan sekedar mimpi
Roadmap tidak sekedar celotehan mimpi ataupun kata-kata manis. Roadmap merupakan gambaran apa yang harus dicapai dalam tempo waktu berjangka lama. Roadmap merupakan gambaran akan menjadi seperti apa start up kita di tahun kesekian. Menempatkan sebuah target di dalam roadmap berarti membuat sebuah komitmen moral yang penuh optimisme untuk mencapai.

Roadmap merupakan core business
Roadmap menampung rencana pergerakan yang bersifat tarik ulur antara spesialisasi dan generalisasi. Oleh karena itu, dapat dijumpai korporasi yang dalam roadmapnya, memilih menjadi spesialisasi di bidang tertentu. Misalnya sebuah software developer yang menransformasikan dirinya sebagai game developer merupakan bukti adanya keinginan untuk fokus di bidang tertentu. Ada pula korporasi yang justru memilih memperlebar ruang bisnis, baik yang masih berkaitan langsung maupun yang tidak. Ketika sebuah perusahaan IT merencakan membuat online ticketing tentu masih ada korelasi dibandingkan dengan perusahaan IT yang membuka restoran. Boleh jadi keputusan untuk mempersempit lingkup atau sebaliknya justru memperluas lingkup memperoleh respon positif dari masyarakat, boleh jadi pula tidak. Hal itu akan merupakan kebebasan masyarakat untuk bersikap. Meskipun demikian, terdapat kesempatan bagi start up untuk mengendalikan pandangan masyarakat melalui branding yang ditanamkan. Pencitraan di sini meliputi bagaimana arahan perubahan disampaikan secara elegan dan bertujuan positif sebagia bentuk layanan yang memanjakan kebutuhan masyarakat, bukan sebagai bentuk kerakusan terhadap laba.

Acuan terhadap gap analysis
Pekerjaan berat bagi pimpinan start up adalah menangkap adanya berbagai gap analysis serta solusi pencapaiannya. Gap analysis merupakan perbedaan antara kondisi saat ini sebagai realisasi dengan rencana masa depan sebagai ekspektasi. Diperlukan penjabaran mengenai bagaimana cara untuk mencapai rencana tersebut secara detail. Akan lebih baik setelah dibuat roadmap, dilakukan rencana tindak lanjut berupa pengurai langkah-langkah kecil yang diperlukan untuk mendekati ekspektasi tersebut perlahan-lahan.

Nilai jual terhadap investor
Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa salah satu acuan calon investor untuk mau mensponsori sebuah start up adalah dengan menengok bagaimana roadmap-nya. Tentu hal ini bertujuan untuk mengenali apakah start up tersebut hanya sekedar pengisi waktu luang atau memang merupakan komitmen yang serius. Prospek masa depan juga menjadi penawaran yang menarik ketika roadmap dipaparkan dengan jelas dan realistis.

Penopang identitas di tengah dinamisnya trend
Sebenarnya yang lebih tepat bukanlah mengikuti trend, melainkan menyesuaikan diri terhadap trend. Kedua hal tersebut berbeda dimana menyesuaikan diri berarti masih mempertahankan identitas asli, bukan menghilangkannya. Masyarakat bebas untuk mengubah apa yang menjadi keinginan (secara mayoritas), tak heran ketika apa yang menjadi trend saat ini boleh jadi tergusur esok hari. Kondisi inilah yang menyebabkan banyak start up yang aji mumpung malah mengalami lesu ketika trend berganti. Dengan adanya roadmap, sebuah start up dapat menemukan potensi pasar yang menghubungkan antara core business yang termuat di roadmap-nya dengan apa yang sedang trend di masyarakat.

Roadmap bisa dijabarkan ke dalam BSC
Konsep Balance Scorecard (BSC) mencakup empat dimensi, yaitu dimensi internal business, financial, customer, dan learning and growth (Norton dan Kaplan, 1999). Keempat dimensi ini dapat dipergunakan untuk menjabarkan bagaimana caranya menggerakkan roadmap secara jelas beserta pemain yang berperan penting di situ. Tentu diperlukan pembagian tugas serta target jangka pendek sebagai  penjabaran roadmap tersebut. Hal ini akan menguntungkan tiap entitas di dalam start up untuk mengetahui kapan dan bagaimana dia bisa memberikan kontribusinya.

Pemahaman Tim
Seringkali dalam sebuah start up mengalami pecah kongsi karena perbedaan, baik yang sifatnya teknis maupun konseptual. Di sinilah diperlukan pemahaman bersama oleh seluruh anggota tim start up atas roadmap yang telah disusun. Ketika telah terbangun kesepahaman, maka konflik mengenai arah pengembangan start up dapat diminimalisasi.

Evaluasi Berkala
Roadmap walau sudah disepakati dan ditetapkan, perlu dilakukan evaluasi secara berkala. Tujuannya adalah menyesuaikan apa yang menjadi ekspektasi dengan realita terkini, termasuk juga berbagai produk hukum yang berlaku. Untuk mempermudah evaluasi, di awal pembuatan roadmap, jangan lupa untuk menyusun indikator keberhasilan roadmap secara kuantitatif. Hal ini menjadi patokan apakah pencapaian roadmap sudah memenuhi target ataukah tidak.

Mengelola Perubahan dalam Proyek

Sebuah artikel yang pernah dimuat di dimarla.net. 

Tantangan terbesar yang kerap terjadi dalam sebuah proyek adalah adanya perubahan kebutuhan atau requirement. Hal ini bukan suatu hal yang asing dalam pengerjaan proyek yang melibatkan vendor ataupun pihak ketiga, baik dalam konteks proyek IT, proyek desain grafis, dll. Pada dasarnya perubahan merupakan potensi yang memang sangat mungkin terjadi. Permasalahan pun dapat timbul dengan adanya perubahan di tengah pelaksanaan proyek, khususnya terkait tiga hal:

  • Kesesuaiannya dengan tujuan dan ruang lingkup proyek
  • Efek yang terjadi terhadap item-item lain yang sudah disepakati
  • Potensi perubahan kebutuhan SDM, dana, hingga waktu pelaksanaan proyek


Namun, perubahan di dalam proyek tidak berarti harus dikonotasikan dengan suatu yang sifatnya jelek. Ada kalanya, perubahan kebutuhan justru memberikan nilai positif sehingga perlu analisis yang mendalam dalam memutuskan diterima atau tidaknya proyek tersebut. Mekanisme yang mengatur bagaimana permintaan untuk mengubah kebutuhan harus didefinisikan dari awal untuk memfilter nilai positif ataukah negatif yang timbul dari perubahan tersebut. Bahkan, ketika proyek sudah memasuki tahap implementasi, segala permintaan mengubah kebutuhan proyek sudah tidak bisa lagi diterima.

James Persse (Project Management with CMMI, Seven CMMI Process Area) mengungkapkan 5 aktivitas penting yang perlu dilakukan dalam menghadapi perubahan kebutuhan di dalam pengerjaan proyek, yaitu:

  • Know that requirement will change
  • Control with baseline
  • Honor your customers’ needs
  • Assess proposed changes
  • Incorportae change in an orderly manner


Vendor atau pihak ketiga penyedia jasa/produk perlu membuat sebuah dokumen yang mendefinisikan dengan jelas apa yang menjadi kebutuhan dari klien. Dokumen ini dimulai dengan menangkap kebutuhan yang bersifat umum dna biasanya bersumber dari short briefing yang diberikan oleh klien. Seiring waktu berjalan, dokumen ini semakin merincikan kebutuhan secara detail sehingga segala potensi ambiguitas dapat dihindari.

Selain itu, komunikasi yang intens mengenai laju perkembangan proyek dapat meminimalisasi perubahan secara teknis. Apabila muncul permintaan untuk mengubah kebutuhan proyek, maka hal tersebut harus didokumentasikan. Kemudian segala keberlanjutan permintaan tersebut, baik disetujui ataupun ditolak, juga harus didokumentasikan sehingga runutan penyelenggaraan proyek dapat diketahui segala faktor yang mempengaruhi performanya.