Achtung Drei

Galau hampir sepekan yang akhirnya tuntas. Setidaknya hingga menjelang kick off semester tiga. Semester 3 ya?
Semester yang sedaaaaappp banget tantangannya.
*fyi: semester dua itu ibaratnya masakan ayam betutu

Bentrok yang paling ditakutkan antara TKTI dengan DMBI akhirnya ditamatkan dengan memilih TKTI, matkul yang sold out 3 jam pertama masa-masa input IRS. Alhasil di luar dugaan MR dan BE jadi opsi yang di luar digaet oleh aaya akhirnya.

Mata kuliah pling sakral itu akhirnya diambil. Sesuatu yang setahun lalu tidak direncananan. Tapi satu dan lain hal akhirnya mengarahkan KA diambik semester
Sejauh ini stiker #SalamDuaTigaFebruari patut dipajang.

Bismillah...
Achtungg...
Dreiii

SFC Riwayatmu Kini

Sriwijaya FC, klub dengan unik, baik dari sisi sejarah (tengoklah Persijatim), hingga kostum yang unik (pelopor kain khas di dalam jersey). Klub ini patut dilabeli sebagai klub papan atas yang cukup ababil. Ketika awal perjuangannya tahun 2005, Sriwijaya FC masih bercokol di papan tengah, tepatnya peringkat 9 dari 14 klub wilayah Barat Ligina XI. Begitu pula di tahun 2006 alias Ligina XII dimana capaian Sriwijaya FC adalah peringkat 6 dari 14 klub wilayah Barat. Capaian yang sebenarnya agak "mendingan" karena di era Persijatim dan Persijatim Solo FC (10 edisi Ligina sebelumnya), mereka sempat degradasi. Musim 2007, target mulai dinaikkan, yaitu lolos 8 besar. 8 besar sendiri merupakan capaian tertinggi Persijatim di musim 2000 saat masih diperkuat Gendut Dony dan Michael Pao. Skuad yang agak heboh menjadi modal di tahun 2007 dimana nama-nama beken menjejali Sriwijaya FC. Sosok Rahmad Darmawan, eks pelatih Persipura yang juara di tahun 2005 sempat memboyong Persipura connection dalam wujud Christian Warobay dan Christian Lenglolo, ditambah sosok-sosok yang pernah dan sedang menghuni timnas seperti Isnan Ali, Firmansyah, Charis Yulianto, Ferry Rotinsulu plus legiun asing berupa Zah Rahan Krangar, Renato Elias, hingga Anoure Obiora. Double winner dicaplok di musim itu, musim yang diperpanjang dari tahun 2007 saja menjadi plus 2008. Saya sendiri mulai menyenangi klub ini justru gara-gara jersey-nya yang menyertakan songket.
<br>
Dua musim berikutnya Sriwijaya FC mengalami kemerosotan di peringkat akhir klasmen ISL 2009 dan 2010, yaitu 5 dan 8. Prestasi konsisten di ranah Copa Indonesia tidak menghalangi dilengserkannya coach RD di akhir musim 2010. Pasang surut secara berturut-turut memayungi klub satu ini. Sebuah prestasi juara ISL 2012 sempat ditorehkan oleh Sriwijaya FC di tengah konflik PSSI-KPSI. Di luar itu, harus diakui bahwa Sriwijaya FC masih bisa disebut agak ababil mengingat setelah juara, justru SFC kembali melorot di peringkat 5 dan 6. Walau demikian, yang perlu dicatat dari kurun waktu 10 tahun ini adalah warna konflik serta status "kuburan" bagi sejumlah pemain adalah sisi kelam Sriwijaya FC.
<br>
Konflik antara 4 orang pemain dengan sekelompok suporter menjadi konflik terdahsyat yang benar-benar memunahkan nyaris semua skuad di musim 2010. Padahal sebelum terjadi konflik, hubungan antara manajemen dengan staf kepelatihan sedang memburuk. Tak ayal, lengsernya coach RD seolah membabat habis skuad SFC saat itu. Konflik dahsyat juga bergulir di akhir musim 2013. Status juara bertahan ternyata menjadikan tuntutan manajemen semakin tinggi terhadap pemain. Di sisi lain, hak-hak pemain berupa gaji mengalami keterlambatan. Padahal klasmen Sriwijaya FC sendiri kian melorot. Bentrok kepentingan inilah yang menjadi pangkal mogok massal hampir seluruh pemain di laga-laga akhir SFC. Uniknya, suporter justru lebih bersuara lantang mempertanyakan keseriusan manajemen daripada menanyakan komitmen pemain. Manajemen yang kalang kabut pun melakukan genoside terhadap status pemain termasuk melego Ferry Rotinsulu (loyalis dari era Persijatim Solo FC), serta duo kapten Ponaryo Astaman dan Firman Utina, yang dianggap sebagai motor aksi mogok massal. Musim berikutnya, Sriwijaya FC lebih memilih pemain-pemain yang secara nama belum bersinar, namun yang menjadi tanda tanya bukan pada kualitas, namun lebih ke arah alasan manajemen yang menyebut komitmen sebagai alasan pemilihan pemain. Alasan yang disebut banyak orang sebagai alibi atas buntut insiden mogok massal tersebut.
<br>
Bagaimana dengan status kuburan? Silakan cek nama-nama besar yang pernah mengenakan kostum Sriwijaya FC. Ada yang benderang ada pula yang mengalami getir mendalam. Siapa yang tidak mengenal Ilham Jayakusuma, pemain terbaik Ligina VIII sekaligus top scorer dari klub Persita di musim itu, plus top scorer Piala AFF 2004. Ada yang kenal Aliyudin, sosok yang disebut sebagai partner terbaik Bambang Pamungkas di Persija. Nama besar Rahmat Rivai, maskot Persiter dan Persitara, Maman Abdurrahman, pemain terbaik Ligina XII dari PSIS Semarang. Jangan lupa pula dengan nama-anam seperti Oktavianus Maniani, Jajang Mulyana, Rizky Novriansyah, Mahadirga Lasut, dan Syamsir Alam, para pemain muda Indonesia yang digadang-gadang sebagai bintang masa depan Indonesia di tiap periode saat masuk SFC. Belum lagi sosok pemain asing seperti Dzumafo Herman, legenda PSPS, Diogo Santos, bintang Timor Leste, Erik Lewis Weeks, icon Persiwa.  kesamaan nama-nama di paragraf ini? Semuanya justru terpuruk karirnya di Sriwijaya FC.
<br>
Satu hal yang mungkin menjadi PR terberat Sriwijaya FC, khususnya jika berhadapan dengan Persib Bandung dan Persipura Jayapura. Siapa sih bintang asli Sumsel di Sriwijaya FC. Nyaris sulit ditemukan. Sosok Rizky Novriansyah malah redup dan dilego, sedangkan legenda timnas bernama Ilham Jayakusuma yang asli Palembang juga hilang dari peredaran. Musim lalu, nama Rizky Dwi Ramadhan dan Jeki Arisandi mulai diperhitungkan, semoga menjadi titik cerah.
<br>
Kini suasana terasa seperti membuka lembaran baru. Pelatih matang bernama Benny Dollo dipercaya menukangi Sriwijaya FC. Nama-nama papan atas pun sukses digaet, yaitu Titus Bonai,  bintang naik daun asal Persipura, Pattrick Wanggai, pemain muda yang lumayan sukses merantau di Malaysia, hingga pemain terbaik ISL 2014, Ferdinand Sinaga. Suasana penuh optimis mulai tersaji di SCM Cup lalu, walau harus sad ending karena SFC mengalami kenaasan lantaran tumbang di final versus Arema Cronus. Tantangan SFC cukup berat di musim depan. Target juara atau peringkat berupa belum dicanangkan. Hanya saja dengan skuad yang ada, tentu aroma ambisius wajar saja diumbar para suporter. Belum lagi jika mengendus nilai kontrak yang sudah pasti membludak. Saya sendiri optimis Sriwijaya FC mampu masuk 3 besar. Alasannya?
<br>
Kembalinya nama-nama yang pernah/sedang menikmati kostum timnas. Memang sejak tahun 2007, gelaran AFF Cup 2014 kemarin merupakan turnamen yang kedua kalinya tidak ada pemain Sriwijaya FC di dalamnya. Turnamen Asian Cup 2007, AFF 2006, AFF 2008, World Cup-qualfication 2010, AFF 2010, Asian Cup-qualfication 2011, World Cup-qualfication 2014, dan Asian Cup-qualfication 2015, pasti ada setidaknya seorang pemain SFC. AFF Cup 2012 memang pengecualian karena ada konflik PSSI-KPSI.  Jelas agak nyelekit karena di lapangan masih ada sosok M. Ridwan, Supardi, Firman Utina, Ahmad Jufriyanto sebagai punggawa timnas sekaligus punggawa Persib yang jaura ISL musim lalu.
<br>
Ada putra daerah
nama Rizky Dwi Ramadhan dan Jeky Arisandi merupakan modal untuk membangkitkan kepercayaan diri dari masyarakat Sumsel yang haus idola asli putra daerah Sumsel.
<br>
Saingan SFC, jika dilihat dari kesiapan dan kedalaman skuad maka nama Persib, Arema, Persija, dan Pesipura patut diperhitungkan. Sosok kuda hitam macam Mitra Kukar dan Persela juga patut diwaspadai.

(re)Branding Terminal, hmmmm

Apa yang ada di benak Kawan ketika mendengar kata terminal?
Seram, tidak ada yang bisa dipercaya, kotor, lelet
Wah mungkin (atau malah pasti) yang timbul adalah kosakata-kosakata yang bermakna negatif. Kira-kira kita yang terlalu berlebihan atau gimana ya? Rasanya tidak karena memang begitulah kenyataannya. Kita menganggap terminal adalah tempat yang seram dengan berbagai kasus kriminal, pencopetlah, tukang palaklah, calolah dan masih banyak lagi. Keberadaan orang-orang yang (secara subjektifnya kita) dianggap kurang baik itulah yang menjadikan terminal sebagai tempat yang sulit dipercaya. Banyak orang memilih berlapar dan kehausan daripada mengonsumsi sajian di terminal. Takut sudah kadaluarsa, khawatir berformalin, riskan sudah membasi dan ah entahlah. Mungkin terkait juga kesan kotor. Jika bukan kepepet, ornag pun memilih menahan kebelet ketimbang pipis di toilet terminal.
<br>
Bukan hal yang mudah untuk mengubah kesan-kesan tadi. Boleh jadi kita membandingkannya dengan kondisi stasiun yang mulai sukses menanggalkan kesan kumuh menjadi elegan. Namun jangan lupa bahwa waktu yang diperlukan PT KAI beserta pemangku kepentingan terkait sangat lama, mulai dari pewacanaan, perancangan strategi, hingga penerapan dan tentunya pengawasan. Jangan lupa pula bahwa jumlah stasiun di Indonesia yang relatif sedikit dibandingkan terminal. Walau demikian, tidak alasan untuk membiarkan terminal suasananya stagnan seperti itu.
<br>
Permasalahan pangkal terletak pada dua kata kunci, yaitu kebersihan dan keamanan. Dua kata kunci ini merupakan faktor yang dibutuhkan kualitasnya oleh masyarakat. Konsistensi, pengawasan, dan kepedulian juga patut dimunculkan untuk melahirkan kebersihan dan keamanan. Bukan rahasia bahwa banyak oknum yang (sok) menjadi mafia dengan berbagai pungutan liar dan pengomersilan segala layanan. Ketika memasuki terminal kita kerap dikerubuti oleh orang yang kemudian menggiring kita ke sebuah bus. Tentu bukan jasa yang gratis dan snagat menggerogoti kenyamanan. Kadang ketika kita menolak dan menghindari justru umpatan yang dilontarkan. Ngeselin memang, namun yaudah sih, nggak ada manfaatnya juga diladenin. Calo juga menjadi aktor yang suit diberantas karena jaringannya yang sudah terlalu kuat.
<br>
Dalam beberapa kasus tertentu kita sering menyaksikan kerumunan calon penumpang di luar terminal. Ternyata kerumuman ini merupakan penumpang yang lebih memilih tempat duduk sisa, atau bahkan lebih ihlas berdiri, asalkan kita ikut menjadi korban percaloan. Maka tidak heran Pasar Rebo menjadi terminal tidak formal karena ya gitulah... Butuh keberanian untuk memangkas adanya oknum-oknum nakal di terminal. Jaringan yang solid menjadikan mereka masih bisa lestari dan mengkader oknum-oknum baru.

KAP: Kajian Ketahanan Keluarga (25/1)

Disarikan dari Kajian Ahad Pagi di MUI, 25 Januari 2015
Peran Suami

  • Memberi nafkah kepada keluarga
  • Membina keislaman istri, anak-anak serta asisten rumah tangga
  1. komitmen dengan norma dan adab-adab Islam
  2. membangun kecintaan kepada Allah dan rasul
  3. membiasakan untuk selalu menyukai kebaikan/kemuliaan dan membenci kehinaan
  4. menumbuhkan ruh keberanian, kesungguhan dan kesabaran
  5. menanamkan loyalitas terhadap IslamMelindungi keluarga dari unsur-unsur perusak dari dalam dan luar
  • Sikap baik terhadap istri An Nisa 19




Teamwork suami istri

  • Berbagi peran
  • Saling menghargai (4:19)
  • Sholat berjamaah
  • Makan bersama
  • Menjadi teladan bagi anak-anak


Nasihat ulama untuk kita semua

  • Jangan terlalu fokus pada sebab-sebab materi untuk mencapai kemenangan tapi kurang pada Robbul asbaab, yaitu Allah sebagai pemilik segala sebab
  • Jangna terlalu fokus dengan manajemen dan perencanaan tapi kurang fokus dalam hak-hak Allah. Perencanaan dan manajemen efektif jika dilakukan oleh tangan-tangna yang basah air wudhu, kening yang banyak sujud, jiwa yang khusyu, hati yang tenang dan tunduk kepada Allah
  • Senjata yang utama ada dua, yaiitu hubungan baik kepada Allah SWT dan akhlak kepada manusia

BEM dan HIMA itu Sekuler?

Pernah di suatu ketika menyaksikan debat kebijakan yang dibuat oleh pengurus BEM di sebuah kampus dimana dibantah oleh mahasiswa yang bukan pengurus. Debat berakhir dengan sebuah statement dari si mahasiswa yang bukan pengurus "ah dasar organisasi sekuler sih, seenak gitu bikin kebijakan". Kebetulan mahasiswa ini sebelumnya sudah mengklaim diri sebagai perwakilan organisasi eksternal yang mengatasnamakan keagamaan. Nah pertanyaan bagi saya? Apakah organisasi berwujud BEM, ataupun yang serumpun macam DPM, HIMA (himpunan mahasiswa), BPM, hingga unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang tidak berlabel suatu agama tertentu maka otomatis patut dikategorikan sebagai sekuler?

Menengok Definisi
Sebelumnya, ayo simak definisi sekuler di KBBI, yaitu "bersifat duniawi atau kebendaan (bukan bersifat keagamaan atau kerohanian)". Tak lupa sedikit mencomot artikel dari wikipedia Indonesia berikut: Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama tertentu.

Melirik Sisi Formalitas
Berdasarkan definisi itu maka tanpa perlu mengupas dasar, asas, falsafah, dll dari suatu organisasi maka bisa dilabelkan sekuler. Mengapa? Dari nama saja sudah bisa dipahami bahwa organisasi tersebut tidak berurusan dengan agama tertentu. Sekalipun ada BEM Universitas Muhammadiyah, BEM Universitas Katholik Parahyangan, tetap saja nama organisasi yang tidak mengacu ke agama tertentu maka bisa dikategorikan sebagai sekuler, tentunya mengacu ke definisi pada paragraf sebelumnya. Namun, jangan pula selesai menilai hanya dari nama. Vonis sekuler atau tidak perlu dilihat pula dari identitas formal pada Anggaran Dasar - Anggaran Rumah Tangga (terutama bagian asas, landasan, falsafah, sifat) maka kita dapat mengetahui apakah organisasi tersebut (baca: KBM, KM, Rema, IKM, BEM, HIMA dkk) tergolong sekuler atau bukan. Sebagai contoh ada beberapa BEM yang mencantumkan asas "Ketuhanan" di dalam semangat berorganisasinya, bahkan saat asasnya bersifat jamak atau beberapa maka asas tersebut diletakkan di nomor paling atas. Artinya secara formal organisasi tersebut mengakui secara terang-terangan bahwa semangat beraktivitas mereka akan selalu menepati perintah agama dan tidak bertentangan dengan agama.

Namun dua paragraf terakhir tadi sifatnya hitam di atas putih. Bagaimana jika kita membaca situasi di lapangan? Dan bagi saya sebagai muslim, apakah BEM, HIMA, dan sejenisnya itu sekuler?

Membaca (Situasi di) Lapangan
Definisi dan formalitas sifatnya teoritis, sedangkan situasi di lapangan sifatnya konkret. Tidak banyak yang ingin saya utarakan di sini. Karena...

Bagaimana anehnya organisasi yang mengklaim punya asas ketuhanan namun rekruitasinya tidak memperhatikan aspek agama?
(OK yang bagian barusan tentu memancing perdebatan. Tentu dasar dalam rekruitasi sebuah organisasi yang bukan LDK harusnya ya asas profesionalitas. Ya saya sepakat dengan keharusan untuk berprofesional, namun profesional yang ada tentunya harus sesuai dengan asas yang dimiliki organisasi. Jika organisasinya sudah mengklaim menempatkan ketuhanan sebagai organisasi maka proses rekruitasi perlu mempertimbangkan religi si calon pengurusnya sebagai salah satu aspek, bukan keseluruhan aspek. Sekarang jika yang menjadi pengurus (maaf) atheis, apa bukan ironi namanya? Dan menyertakan syarat religi jelas berbeda sekali dengan memilih berdasarkan latar belakang LDK atau bukan, karena kita tahu yang ikut LDK belum tentu lebih baik dari yang tidak ikut LDK)


Bagaimana anehnya organisasi yang mengklaim punya asas ketuhanan namun kegiatannya sangat jauh dari norma agama?
Emang ada? Ada ternyata, bahkan dari hal yang sepele. Contohnya mengabaikan hak-hak personal untuk beribadah, bahkan kegiatannya mengganggu orang lain yang sedang menunaikan ibadahnya.

Bagaimana anehnya organisasi yang mengklaim punya asas ketuhanan namun pura-pura nggak tahu tentang masalah terkait agama yang terjadi di masyarakat?
Kontribusi tetap bagi masyarakat dimana permasalahan agama, hanya memang perlu dibedakan antara kontribusi dengan ditunggangi.

Bagaimana anehnya organisasi yang mengklaim punya asas ketuhanan namun alumninya jauh dari agama?
Lho, bukannya tujuan di organisasi ini 'kan bukan untuk mencetak da'i. Udah gitu 'kan kalau sudah keluar ya masa masih dikontrol gitu, aneh banget lah. Hehee, bukan begitu gaes (gaya Pak BR). Maksud di sini adalah peran sebuah organisasi dalam membentuk karakternya secara jangka panjang (walau keterlibatan aktif di organisasi hanya sebentar). Beberapa orang kece memakai istilah "kaderisasi", ya pada intinya "pendidikan". Ciri kaderisasi yang sukses (secara jangka panjang) adalah tetap lestarinya nilai-nilai positif yang ada di organisasi tersebut, yang tentu bersumber dari asas yang dimilikinya. Dan jika ketuhanan merupakan (salah satu) asas organisasi tersebut, maka nilai berketuhanan menjadi hal yang patut diwujudkan. Maka ketika di kemudian hari alumni organisasi tersebut jauh dari nilai-nilai organisasi itu, salah satunya ketuhanan, maka ada indikasi kaderisasi kurang efektif (gw nyoba nggak bilang gagal hehee, upsss)

Secara pribadi, saya punya beberapa opini tambahan terkait tudingan apakah BEM dan HIMA (plus organisasi serupa) patut disebut sekuler atau tidak.

Sebagai muslim, sebenarnya pemisahan antara aktivitas berorganisasi dengan aktivitas religi agak membingungkan. Dan secara pribadi, yang saya kenal adalah amalan yang bersifat hablumminallah (vertikal kepada Allah) serta amalan yang bersifat hablumminannas (horisontal kepada sesama manusia). Kedua jenis amalan itu adalah ibadah dan wujud nyata sebagai muslim yang mana jelas sekali bahwa identitas muslim akan melekat kemana pun melangkah (kalau kata RAN, "bagai detak jantung yang kubawa kemana pun kupergi"). Ketika diamanatkan sebagai pengurus sebuah organisasi maka status muslim tetap berlaku. Segala perilaku akan dicatat oleh malaikat, dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti (kalau pengurus HIMA palingan dicatat ama Badan Legislatif Mahasiswa lalu di-LPJ-kan trus udah bubar beres :v). Maka ketika diamanatkan sebuah tanggung jawab, niatkan sebagai ibadah, tunaikan sebagai ibadah, dan tanggung jawablah.

Credit photo from: mba Rahma Djati

Namun tentu saja ada rambu-rambu untuk menjaga perasaan rekan-rekan yang berbeda keyakinan. Menghormati perbedaan sebagaimana ayat terakhir Al Kafirun merupakan suatu kewajiban "lakum dinukum waliyadin".

Akhir dari opini saya adalah:

  • Organisasi itu benda mati, mau dilabeli agama tertentu atau tidak ya dia tetap benda mati, mau ditulisi asas ketuhanan atau tidak ya dia tetap benda mati. Perilaku manusia di dalamnyalah yang menghidupkan karakter si organisasi.
  • Jangan banyak berdebat yang tidak penting, terutama jika tujuannya hanya sombong.
  • Identitas sebagai muslim tidak akan tanggal walaupun ada di organisasi yang tidak mengacu ke agam tertentu ataupun anggotanya berbeda keyakinan. Apa yang kita lakukan akan selalu dihitung sebagai amalan serta ibadah. Namun hormatilah perbedaan yang ada dengan bersikap toleran sesuai aqidah.

Minta maaf bila ada kalimat yang kurang berkenan

Observasi Web Klub ISL 2015

Menjelang ISL 2015 bergulir mendadak ramai berbagai turnamen dan uji coba di berbagai penjuru Indonesia. Di pantai Barat Pulau Sumatera dihelat Piala Wali Kota Padang dengan Persib Bandung menjadi penguasa di tanah Urang Awak, sementara itu turnamen penuh tradisi dari Timur Jawa, yaitu Piala Gubernur Jatim menampilkan Persik Kediri sebagai kampiun. Disusul SCM Cup dengan 4 semifinalis, yaitu Sriwijaya FC, Arema Cronus, Persela Lamongan, dan Persebaya Surabaya. Dan di pusat negeri ini, PSSI sedang sibuk memverifikasi klub-klub ISL. dua klub sudah tumbang dari percaturan sebelum kompetisi dimulai, yaitu Persiwa Wamena dan Persik Kediri dengan faktor infrastruktur dan keuangan sebagai alasan. Masih tercatat pula nama Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, Pelita Bandung Raya, Arema Cronus, dan Gresik United yang masih terancam untuk dijegal karena isu tunggakan gaji. Jika untuk kasus Persiwa dan Persik langsung lengser, maka sanksi yang menggentayangi 6 klub tadi adalah embargo pemain asing. Jelas pukulan telak bagi mereka yang kebetulan menyandang setidaknya satu bintang di atas logo klubnya sebagai tanda pernah juara Liga Indonesia atau ISL sejak 1994, termasuk PBR tatkala masih berwujud Mastrans Bandung Raya ataupun Gresik United saat berupa Petrokimia Putra.


Sebagai bocah yang juga menggemari bidang IT, saya ingin mengulik sisi lain klub ISL, yaitu pengelolaan konten website-nya. Penelitian di depan laptop yang gampang-gampang sudah. Gampang karena tidak ada tekanan untuk salek pada suatu pola pikir penilaian. Toh tidak ada "titipan sponsor" dan tidak ada reward bagi klub terbaik versi website-nya. Bukan hal yang mudah mengingat tidak semua klub memiliki website-nya. Apa saja parameternya akan diulas di paling bawah nanti. Tujuh diantara 18 klub ISL 2015 tidak memiliki website, yaitu Pelita Bandung Raya, Persiba Balikpapan, Bali United Pusam, Persela Lamongan, Perseru Serui, PSM Makassar, dan Gresik United. Sebagai catatan, penilaian saya ini melihat aspek-aspek berikut ini.



Berita
Kegunaan website bagi sebuah klub tentu berita terkini tentang aktivitas klubnya, baik yang bersifat kompetisi di lapangan maupun hal-hal lain yang bersifat interaktif dengan pengguna internet. Cukup membanggakan karena 9 dari 11 klub yang ber-website memiliki berita yang update. Ada yang mengulas aktivitas di pra-musim ini ada pula yang masing memasang berita di akhir tahun lalu. Namun agak menyesakkan karena Sriwijaya FC dan Persiram Raja Ampat masih belum memasang berita terbaru di website masing-masing. Khusus Sriwijaya, apakah grasak-grusuknya di transfer musim ini plu tren positif di SCM Cup kurang layak sebagai berita? Dan khusus Persiram, mengapa justru di website Liga Indonesia galeri aktivitas latihannya lebih lengkap dibanding di website Persiram?


Tim
Siapa lagi komponen utama sebuah klub jika bukan timnya alias para pemain yang menghuni klub. Penyajian profil pemain jelas memerlukan teknik khusus agar enak dipahami. Ada klub yang menuliskan apa adanya profil pemain tnapa penataan layout, ada pula yang lebih memanjakan pemain lewat tampilan yang elegan. Ini aspek ini sendiri patut ditinjau lagi 2-3 bulan ke depan untuk mengetahui tingkat mutakhir list pemain yang disajikan. Setidaknya hampir semua klub memajang foto dan profil pemainnya, baik musim lalu maupun menjelang musim paling gres ini.

 

Jadwal
Pertanyaan terbesar mengenai agenda klub tentu kapan pertandingannya. Maka, keberadaan jadwal pertandingan menjadi harga mati di sebuah website. Untuk parameter ini, seluruh 11 klub telah menayangkan jadwal terdekat yang akan dihadapi. Memang ada yang masih menghamparkan jadwal ISL musim lalu, ada pula yang lebih memilih menempel jadwal pertandingan pra-musimnya.

Sejarah
Kekayaan yang harus dibanggakan dari klub sepak bola di Indonesia adalah sejarah yang panjang dan berliku. Sebagai contoh, fenomena Persija Timur (Jakarta Timur), Putra Mahakam (Samarinda), Pelita Jaya (Jakarta Pusat), Niac Mitra (Surabaya), yang masing-masing kini bertajuk Sriwijaya FC (Palembang), Bali United Pusam (Denpasar), Pelita Bandung Raya (Kabupaten Bandung), dan Mitra Kukar (Kutai Kartanegara), jelas merupakan perjalanan yang panjang. Bahkan dari sisi kompetisi pun jelas betapa Perserikatan, Galatama, Ligina (dengna berbagia sponsornya), Indonesia Super League, Liga Primer Indonesia, Liga Nusantara, ah bakal kompleks cerita yang tersaji. Jangan lupakan dualisme yang sempat melanda Arema, Persebaya, dan Persija. Jelas sejarah pahit patut diingat sebagai peringatan ancaman perpecahan. Selain itu prestasi bersejarah klub juga banyak yang dilupakan. Seingat saya, hanya Persipura dan Persebaya yang manayangkan detail pencapaian tiap musimnya. Malah Sriwijaya FC yang mengklaim sebagai tim paling produktif piala juga luput dalam menayangkannya.

Galeri
Dengan aktivitas utama berupa pertandingan di lapangan maka jelas keberadaan file-file multimedia yang disusun rapi menjadi daya tarik yang penting, dan itulah galeri. Maka sudah jadi barang wajib tiap website klub sepak bola menghidangkan galeri pertandingan, atau bisa jug aaktivitas klub lain. Selain membuktika bahwa klub masih hidup, pendukung juga dapat memperoleh foto-foto resmi dari klub dengan kualitas yang bagus.

Manajemen
Kenapa harus ada manajemen? Sebagai klub profesional tentu kita perlu tahu siapa saja yang menjadi penggerak kebijakan klub. Selain itu profil manajemen merupakan penggambaran seberapa serius klub dalan menarik pihak sponsor.


Sponsor
Di era industri sepak bola, sponsor memegang peranan yang signifikan di dalam keberlangsungan sebuah klub. Nah, maka tidak heran space tertentu di sebuah website pun juga "diperdagangkan" kepada sponsor sebagai paket dari kerja samanya. Keuntungan bagi sponsor adalah penambahan pintu popularitas. Bagi klub? Tentu brand sebagai lembaga yang profesional akan didapat. Permasalahannya adalah jangankan memasang di website, deal kerja sama pun susahnya minta ampun. Padahal keberadaan website (tentunya yang didukung kecantikan desain dan tingkat visitor yang tinggi) merupakan paket yang menggiurkan bagi calon sponsor. Lebih dari itu, sponsor juga tidak sekedar numpang ditempel logonya, namun juga diperkenankan mengisi rubrik secara kreatif sehingga website makin hidup.


Kontak
Sepintas keberadaannya sederhana, tapi percayalah bahwa fungsionalitas kontak masih terlalu penting bagi sebuah website. Bagaimana penggemar baru ingin mendaftar sebagai anggota, bagaiamana calon investor ingin ikut berkontribusi, atau dari yang paling sederhana bagaimana seorang pengunjung internet harus menghubungi siapa jika ada pertanyaan. Intinya kebutuhan interaksi website masih memerlukan kontak.

Social Media
Kolaborasi social media dengan website juga merupakan tren yang tengah berkembang. Maka, eksistensi fitur social media pun harus diterapkan di sebuah website. Bisa berada di home sebagai link menuju alamat social media, dan bisa juga berupa share button yang terletak di tiap berita. Khusus website, keberadaannya akan memudahkan user untuk menyebarkan konten berita di sebuah website secara cepat.


Responsif
Mengingat pengguna mobile phone yang tinggi di Indonesia, maka tuntutan untuk menyediakan akses website yang bersifat responsive jelas menjadi kebutuhan. Sayangnya tidak semua klub sadar untuk mengakomodasinya.



Dari penilaian sederhana tersebutlah, akhirnya tampil klasmen di atas. Khusus berita, galeri, jadwal, dan tim mempunyai skala 2 dimana 0 berarti tidak ada, 1 berarti ada namun tidak update, dan 2 berarti kontennya update. Social media juga memiliki skala 2 dimana 0 berarti tidak ada, 1 berarti hanya ada social media di home, dan 2 berarti ada socia media di home plus share button di tiap berita. Sedangkan parameter lainnya masih mempunyai skala 1 dimana 1 berarti ada dan 0 berarti tidak ada.



Siapa saja 5 besarnya?
Selama bagi Persib Bandung, Arema Cronus, Persebaya Surabaya, Persipura Jayapura, dan Mitra Kukar. The best rising star patut disematkan pada Pusamania Borneo FC. Tentu klasmen ini akan saya updatebeberapa bulan ke depan dengna perluasan skala dan lingkup pengamatan.

Menghalau Murung

(Al-Mā'idah:105)
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

ISL: Dari 2014 ke 2015 [1]

Review ISL 2015
Kompetisi yang melelahkan ISL musim menyisakan berbagai kenangan yang terlalu manis untuk dilupakan.

  • Pertama kalinya ISL dihelat dengan format dua wilayah plus skema 8 besar.
  • Perjalanan menuju ISL 2014 sendiri sudah berlangsung sangat "panas". Dua kompetisi yang digabungkan yaitu ISL 2013 dan IPL 2013 mengalami pergolakan yang bertensi tinggi dan kontroversi terkait penentuan siapa yang layak berlaga di ISL 2014. Sebenarnya wacana penggabungan kompetisi IPL (saat itu masih bertajuk LPI 2011) dengan ISL 2011 sudah digulirkan sejak 2011 namun penggelumbungan jumlah peserta serta ketidaktransaparan sehingga membuat sebagian klub memboikot dan melanjutkan ISL versi mereka sendiri. Nah ketika kompetisi ISL 2013 mampu melahirkan Persipura diikuti 14 klub lainnya yang menghuni peringkat 1-15 serta LPI yang secara berantakan menghasilkan kompetisi penuh play-off (dan WO) dimana klub yang lolos pada akhirnya adalah Semen Padang, Persiba Bantul, Persijap Jepara, dan PSM Makassar. Di penghujung playoff, dua klub yang meraih pucuk klasmen, yaitu Pro Duta Lubuk Pakam dan Persepar Palangkaraya dieliminasi karena tidak lolos verifikasi. Sebagai catatan final LPI antara Pro Duta dengan Semen Padang sendiri tidak pernah terwujud karena jadwal yang terus mulur.
  • Tradisi tim non-Persipura yang berhasil juara di musim setelah tim Persipura juara.
  • Final Liga Indonesia/ISL yang dihelat di luar Senayan/Gelora Bung Karno dimana Gelora Sriwijaya Jakabaring menjadi stadion ketika yang menggelarnya setelah Stadion Klabat, Kota Manado (LI V 1999) dan Stadion Si Jalak Harupat (LI XII 2007/2008). Menariknya klub lokal penghuni ketiga stadion tersebut, Sriwijaya FC, Persma Manado, Persikab Bandung (Persib saat ini masih memakai Stadion Siliwangi) sedang terpuruk di kompetisi domestik.
  • Sebenarnya pemilihan venue final agak berat sebelah bagi Persib, mengapa? Kita tengok dari Persipura yang boleh jadi masih trauma dengan insiden  final Copa Indonesia 2009 serta sejak tahun 2007 menjalin rivalitas dengan Sriwijaya FC, penghuni stadion ini. Bagaimana dengan Persib? Hubungan dengan Sriwijaya FC bisa dibilang datar-datar saja, bahkan agak romantis mengingat beberap akali mereka "bertukar pemain". Selain itu sosok M. Ridwan, Supardi, Ahmad Jufriyanto, Firman Utina, Abdurrahman, dan Tantan merupakan (mantan) kesayangan publik Jakabaring karena pernah berkostum songket khas Sriwijaya FC, bandingkan dengan Persipura yang hanya punya Lim Jun Sik. Jangna-jangan faktor akrab dengan stadion ini pula yang menjadikan M. Ridwan sukses menceploskan gol di malam itu, Supardi dan Ahmad Jufriyanto sukses menjalan tugas segai algojo penalti, dan akhirnya Firman (bersama Atep) mengangkat trofi?
  • Keberhasilan Persib Bandung jaura ISL 2014 tentu mengingatkan pada keberhasilan Persib tahun 1994/1995 dimana ada persamaan diantara keduanya, yaitu juara di kompetisi gabungan, yaitu Perserikatan-Galatama sedangkan ISL 2014 merupakan merger dari ISL dengan IPL.
  • Menyaksikan komposisi 8 besar dimana Semen Padang sebagai pemegang tiket dari IPL dikeroyok 7 tim lain yang berasal dari ISL musim sebelumnya (plus Divisi Utama ISL), yaitu Pelita Bandung Raya, Persib, Mitra Kukar, Persebaya (tiket dari DU ISL), Persipura, Arema Cronus, dan Persela Lamongan. Artinya Semen Padang gagal mengikuti jejak Persib Bandung sebagai wakil Perserikatan satu-satunya dimana mampu mengangkangi 7 tim Galatama di babak 8 besar.
  • Masih seputar komposisi tim 8 besar yang sukses mempertemukan 8 tim dari 4 pulau, yaitu Sumatera (Semen Padang), Papua (Persipura), Kalimantan (Mitra Kukar) serta Jawa (klub lainnya). Kejadian yang sukses menyaingi babak 8 besar Ligina VI yang mampu meraup 4 pulau, yaitu Sumatera (PSMS Medan), Kalimantan (PKT Bontang), Sulawesi (PSM Makassar), dan Jawa (Persija, Persijatim, Pelita Solo, dan Persikota).
  • Djanur sebagai pelatih Persib menjadi insan sepak bola pertama "mengawinkan" gelar juara sebagai pelatih dengna gelar juara sebagai pemain
  • Derby Provinsi cukup marak di ISL kali ini, tercatat  Pelita Bandung Raya dengan Persib di Jawa Barat; Mitra Kutai Kartanegara, Persiba Balikpapan versus Putra Samarinda di Kalimantan Timur; Persipura Jayapura versus Perseru Serui di Papua; serta tentunya pergulatan Jawa Timur yang terbagi menjadi wilayah Barat antara Arema Cronus, Gresik United, dan Persik Kediri lalu wilayah Timur antara Persebaya Surabaya, Persela Lamongan, Persepam MU.
  • Rivalitas Persija dengan Persib ternyata masih berani dihadapi oleh kepolisian dibandingkan dengan Persebaya versus Arema, bahkan sejujurnya permasalahan bukan menyangkut empat tim itu melainkan suporternya. Maka jangna heran Persija dan Persib masih satu grup di wilayah Barat tapi Persebaya dipisahwilayahkan.
  • Sosok yang patut disorot di dalam kompetisi ini salah satunya adalah Bambang Pamungkas, legenda Persija yang membela Pelita Bandung Raya di ISL 2014 ini. 3 dari 9 golnya dilesakkan ke gawan Persija dimana pada perolehan akhir Persija sukses dilompati Pelita Bandung Raya di wilayah Barat. Belum cukup di situ, Bambang Pamungkas juga turut andil sebagai pencetak gol bunuh diri yang menjadi milik Persib, rival Persija, di babak 8 besar.


Tentang Hujan, Banjir, dan Lingkungan

Disarikan dari Kajian Ahad Pagi tentang Ilmu Bumi di Masjid Ukhuwah Islamiyah 

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan, dan pohon kayu keluar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan pemakan makanan bagi orang-orang yang makan. Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan, dan di atas punggung binatang-binatang ternak itu dan (juga) di atas perahu-perahu kamu diangkut. (Al Mu'minun:17-22)
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa penciptaan semesta meliputi berbagai hal/objek, yaitu langit, bumi dimana tersedia di dalamnya tanaman, air, ternak. Secara khusus dijelaskan pula bahwa penciptaan (penurunan) air berdasarkan suatu ukuran dan terlokasi sebagaimana perintah Allah.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Al Imran:190-191)
Sedangkan di ayat-ayat ini, dijelaskan bahwa kebesaran Allah meliputi penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam.

Dengan demikian, patut disadari bahwa keberadaan hujan (proses diturunkannya air ke bumi di saat-saat tertentu) merupakan rahmat Allah sekaligus kebesarannya. Kita tentu memahami siklus air dari hujan, meresap ke tanah, lalu mengalir di bawah dan di permukaan bumi menuju ke laut, lantas menguap dan menjadi awan sehingga jadilah sumber hujan, begitulah siklus itu berlangsung. Lantas bagaimana bisa terjadi bencana alam yang secara fisik dikarenakan hujan dan jumlah air yang berlebihan?

Hal tersebut dikarenakan adanya berbagai perilaku yang menyebabkan penyimpangan terhadap lingkungan (isu lingkungan) pada area-area yang menjadi aliran siklus tersebut. Perilaku tersebut antara lain pengrusakan, alih fungsi, pembangunan rumah dan jalanan di daerah resapan, serta kurangnya kemampuan pemerintah dalam mengatur dan mengawasi pemanfaatan lingkungan.

Solusi yang perlu dilakukan

  • Perbanyak bertaubat pada Allah
  • Memperbaiki kerusakan yang telah terjadi
  • Mengembalikan fungsi daerah-daerah resapan
  • Mengisi pemerintahan dengan kebijakan-kebijakan yang peduli lingkungan dan baik dalam pengawasannya
  • Memperbaiki perilaku dan kesadaran masyarakat


Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(Al A'raf:56)

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?".(Al Mulk:30)

wallahualam ^^

Keberanian yang Terencana

Era saat ini dimana pemikiran Eropa menjadi poros tentu perayaan tahun baru dianggap hal yang sangat wajar. Saking latahnya, terkadang masyarakat Indonesia pun sudah mulai menjadikan perayaan tahun baru sebagai ritual yang wajib dimeriahkan dengan berbagai agenda. Tiup terompet dengan berbagai pletak-pletuk mercon merupakan rutinitas yang jika kita tidak ikut malah dianggap nggak gahol. Setidaknya pengalaman merantau di Jakarta dan Bandung membuktikan hal tersebut. Bahkan pernah suatu ketika saya yang kebetulan sedang di pinggir Kota Bandung malah menyaksikan Kota Bandung nampak berawan persis di detik-detik pergantian tahun baru. Awan ini bukan awan yang menumpahkan hujan, namun setumpuk asap hasil ledakan mercon.

Nah, iseng-iseng membaca berbagai berita malah nemu beberapa artikel menarik tentang instruksi untuk meniadakan segala hal yang berkaitan dengan selebrasi tahun baru di Kota Banda Aceh. Jelas fenomena yang janggal jika dibandingkan dengan berbagai kota besar lain di Indonesia. Namun jika saya ingat-ingat belum pernah mendengar liputan di televisi mengenai perayaan tahun baru di Banda Aceh. Biasanya di televisi saat memasuki jam 10 malam WIB akan ada liputan detik-detik tahun baru di daerah WIT yang sudah memasuki jam 12 malam WIT seperti di Jayapura. Kemudian ketika jam 11 malam WIB maka giliran daerah WITA yang telah memasuki jam 12 malam WITA bergiliran diliput, terutama pusat keramaian di Pulau Bali. Sedangkan ketika menjelang jam 12 malam WIB maka liputannya tentu Jakarta, kalaupun ada liputan kota lain maka tentunya Bandung. Tidak pernah mendengar liputan mengenai semarak tahun baru di daerah Sumatera, khususnya Banda Aceh.

Ternyata memang penerapan syariah yang konsisten juga diwujudkan dengan meniadakan perayaan tahun baru mashehi. Lho bisa ya emangnya? Bagaimana caranya? Jujur saja ketika membaca artikel-artikel berikut ini agak sulit membayangkannya dan memang kesulitan itu karena terbiasa hidup di Jakarta dan Bandung yang sudah terinvasi kultur kebaratan.



Bagi masyarakat Aceh, hal tersebut mampu dijalankan karena kerja sama antarpihak yang sudah sepemahaman dan juga budaya Islam yang sudah terbangun dari lama. Aturan meniadakan selebrasi tahun baru jelas sulit diwujudkan jika dilakukan secara tiba-tiba dan tidak didukung lingkungan. Yups, lingkungan yang religi dimana (menurut cerita dari beberapa teman asal Aceh) tidak ada diskotik, bar, dan sejenisnya, bahkan bioskop pun sudah punah. Interaksi antarjenis pun cenderung dibatasi untuk menghindari fitnah dan khalwat.

Artinya komitmen untuk menerapkan suatu kebijakan akan lebih bisa diterima masyarakat jika direncanakan sejak lama dan didukung lingkungan yang budayanya seirama. Salut dengan keberanian yang terencana ini. :)

Tahu tapi Menolak

Disarikan dari kajian di Masjid Nurullah Kalibata

Syahadat merupakan rukun Islam yang pertama. Namun sering diabaikan, khususnya bagi yang sudah menjadi muslim sejak lahir. Padahal terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai syahadat, yaitu mengenai orang yang zalim. Orang yang zalim adalah orang yang tahu mengenai kebenaran akan keesaan Allah SWT namun enggan mengamalkan dan tidak mau pula mempelajarinya. Bisa dibilang "cukup tahu tapi tidak ada 'action'".

Syahadat harus diikuti dengan kemauan untuk belajar dan mengamalkan. Kenapa? Karena ada konsekuensi di dalam syahadat sebagaimana diulas di dalam rukun syahadat di bawah. Rukun tersebut menuntut adanya amalan nyata yang tentunya harus disertai ilmu yang sesuai.

Apa saja rukun syahadat?

  • Meniadakan segala tuhan selain Allah
  • Menetapkan hanya Allah yang patut disembah sehingga tidak diperkenankan


Rukun wa asyhaduamnmumadrasulullah sebagai kalimat kedua dari syahadat
  • Menaati perintah dan menjauhi larangan
  • Membenarkan dan percaya terhadap apa yang diberitakan oleh-Nya
  • Menjauh segala apa yg dilarang dan dibenci oleh-Nya
  • Ibadah kepada Allah sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW

Sementara itu terdapat dua syarat syahadat, yaitu
  • Berilmu yang menafikan kejahilan
  • Penuh dengan keyakinan dan menafikan keraguan


Al-Ĥujurāt:15 - "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar."

Membumikan Materi Dakwah (Inspirasi dari MUI Depok dan Al Makmur Bandar Baru)

Ada yang menarik belakangan ini kerkait materi dakwah yang diberikan di berbagai tempat. Menarik karena mulai "berani" mendobrak tradisi yang sering bersifat normatif. Dengan menggusung tema-tema yang terkini, seperti kesehatan masyarakat, hingga analisis bencana alam, tentu menghadirkan nafas baru sekaligus spirit baru agar dakwah bisa semakin berseri. Salah satu yang alhamdulillah saya jumpai adalah kajian tentang bumi dari sisi Al Qur'an yang rutin diadakan di Masjid Ukhuwah Islamiyah Depok serta kajian ilmu kesehatan di Al Makmur Bandar Baru.


Mengenai kajian tentang bumi memang sangat menarik dan dibagi ke beberapa sesi mingguan sehingga lebih mudah dicernakan. Sedangkan untuk kajian ilmu kesehatan di Al Makmur Bandar Baru baru satu kali saya jumpai (itupun berbau kebetulan hehee). Sungguh saya menyenangi materi-materi tersebut karena mampu mengungkapkan bahwa apa yang terjadi pada tempat tinggal kita, yaitu bumi, termasuk pula fenomena yang terjadi di bumi ini. Sementara tentang kesehatan tentu saja berarti mengenal lebih dekat tentang tubuh kita sendiri. Dan kedua hal tersebut dikaitkan dengan Al Qur'an sebagai kitab suci umat Islam. Pada akhirnya kita akan menyadari akan kebesaran Allah.

Khusus mengenai kajian kesehatan di Masjid Al Makmur yang sempat saya ikuti mengupas tentang sel. Dijelaskan bahwa sel memiliki karakteristik, antara lain mampu bereproduksi sebagaimana pertumbuhan tubuh selama hidup, mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan, mampu mengalami kematian (secara biologis), dan juga mempunyai fungsi yang unik. Masing-masing karakteristik tersebut dipaparkan dengan bahasa yang enak sehingga masyarakat yang tidak akrab dengan istilah kedokteran (termasuk saya) mampu memahaminya. Dan makin asyik karena itu semua dikaitkan dengan kebesaran Allah. Sebuah cara berdakwah yang mengena.

tentang 5 Perkara itu...

Berawal dari diingatkannya tentang sebuah hadis melalui khotbah Sholat Jumat di Pasar Minggu yang kemudian saya cari.

“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, jilid 10, hal 8, no. 9772 dan Hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 946)

Rasanya jleb banget... Kenapa?

Umur saya buat apa ya?
Aduh terlalu dijejali target tahun segini pengin jalan ke sini, tahun sekian pengin jalan ke sana, tahun berapa mau jadi apa. Dan hanya tertegun ketika menanyakan ke diri sendiri tentang target amalan yang akan mengisi umur ini

Masa muda saya buat apa ya? 
Ngegalau? Kecapean nonton bola? Sok asyik ngoding? Kebanyakan wacana =_=

Darimana harta ini? Buat apa saja?
Alhamdulillah pekerjaan saat ini halal, namun bagaimana menghabiskannya sungguh memilukan diri sendiri karena masih sedikit shodaqoh

Ilmu apa yang telah diamalkan?
Masih sedikit ilmu yang saya punyai dan lebih sedikit lagi yang saya bagi.

Maka solusi terbaik adalah menyusun ulang rencana menghabiskan usia ini dengan amalan yang bermutu. Stop wacana, mulailah bertaubat.




Review Film: Erau Kota Raja

Sebenarnya kurang puas dengan film Erau. Bukan berarti karena ceritanya jelek, tapi memang ada perbedaan antara ekspektasi dengan realitas. Ekspektasi saya ketika melihat trailer film ini adalah budaya dan alam khas Kutai yang berada di Borneo. Sungguh saya tergiur dengan suguhan singkat yang menurut saya bertujuan untuk memantik kepenasaran saya. Dan kebetulan porsi budaya yang disajikan di layar lebar tidak sebagaimana ekspektasi saya.

Sekulik budaya khas Dayak


Cerita Erau bermula dar ekspedisi seorang jurnalis bernama Kirana ke tanah Kutai Tenggarong untuk meliput segala pernak-pernik alam, budaya, serta sosial. Kunjungan dia bertepatan dengan akan diadakannya festival Erau yang merupakan hajatan terbesar di daerah Kutai (raya). Jurnalis asal Jakarta ini ternyata pada akhirnya harus terlibat di dalam cinta segi empat. Sosok Donnie (yang diperankan langsung oleh Donnie ADA Band) turut bersama Kirana karena berniat mempertahankan hubungan mereka. Sementara itu, sosok Reza sebagai pemuda lokal juga menaruh harapan pada Kirana walaupun dirinya tengah dijodohkan dengan Alia. Alur konflik berpusat di situ dengan berbagai sentuhan pihak luar yang terseret konflik dan menjadikan kesan romantika yang sangat realitas dan tidak happy ending, pakem yang jarang terjadi di perfilman Indonesia.

Ada nilai positif namun ada pula nilai negatif (lebih nyaman kita sebut 'kurang positif') di film Erau ini. Nah karena di film ini nggak happy ending, maka pembahasannya dari yang kurang happy dulu lah ya. Hehee. Nilai kurnag positif sebenarnya akan ambigu mengingat karakter seseorang di sebuah film sudah ditentukan oleh skenario sehingga perlu kejelian untuk membedakan alasan skenario, alasan penggambaran yang buruk (bisa jadi ada titipan sponsor untuk menjatuhkan pihak tertentu), alasan penghayatan buruk dan misintepretasi dll. Maka maaf juga jika kritik saya kurang relevan dengan maksud yang disampaikan film tersebut.

Sosok Camat setempat sebagai persinggahan Kirana menghuni daerah tersebut


Apa saja nlai kurang positif di film tersebut?
  • Kekakuan watak Reza yang sangat kaku terhadap nasihat ibunya, tentu bukan teladan yang baik
  • Sifat Ridho yang oportunis memanfaatkan berbagai peluang untuk mereguk keuntungan, padahal dia sangat dekat dengan Reza dan ibunya Reza. Tentu akan menimbulkan sifat curiga jangna-jangan teman baik kita ... 3jrengjengjeng
  • Sifat Kirana yang mengabaikan kesehatan ibunya Ridho dan tetap fokus jalan-jalan dengan Reza. Malahan, dia kurang pandai menempatkan diri di dalam lingkaran konflik
  • Peran Pak Camat yang terlalu membiarkan sosok Kirana dan Reza berduaan padahal sejujurnya hal itu merupakan ancaman terhadap norma adat di daerah tersebut
  • Statement ibunya Reza yang seolah menagih balasan dari Ridho atas pengasuhannya selama ini
  • Durasi yang mengupas festival Erau sangat singkat (menurut gue yang haus film-film yang mengangkat topik budaya lokal)
Ending yang unik dan jarang dipakai pakem ini di Indonesia

Terlepas dari nilai kurang positif tadi, film ini patut diacungi jempol karena menghadirkan berbagai keunikan yang jarang ditemukan film lain
  • Budaya Kutai yang sangat jarang diangkat ke dalam layar lebar
  • Realitas konflik batin antara seorang lelaki yang bimbang antara ibu versus orang lain yang dicintainya, ya bagaimana pun juga dengna berbagai sebab hal tersebut sedang marak
  • Kirana akhirnya memilih menyingkirkan dirinya sendiri setelah sadar bahwa bagi Reza, sosok ibu merupakan prioritas yang tak terbantahkan
  • Reza berlapang dada dengan kepergian Kirana
  • Mengangkat fenomena para pemuda di luar kota besar yang berbondong-bondong membangun karir dengan dengan mengabaikan daerah asalnya
  • Dan ini yang buat saya paling keren, ending yang tidak happy ending. Tentunya definisi happy ending ini adalah pupusnya hubungan Kirana dengan Reza, konsep yang jarang diberanikan di skenario film Indonesia. Dengan ending yang agak ngegantung pun sebenarnya sangat memancing penonton dan juga tim produksi film Erau untuk membuat angan-angan mengenai kelanjutannya

Gelegar festival Erau

Biasanya Mushola, tapi ini Masjid

Kejadian agak unik saya temukan di sebuah masjid di kawasan apartemen dan perbelanjaan di Kalibata, Jakarta Selatan. Kejadian unik ini sebuah masjid yang terletak di basement yang bisa dibilang tingkat kemakmuran dan keaktifan patut di-alhamdulillah-i. Mengapa demikian?

Masjid yang bernama Nurullah ini memang sepintas agak nyempil dimana untuk menuju ke situ kita perlu menyusuri food court serta berseberangan dengan area parkir. Dengan akses menuju ke masjid (yang awalnya hanya saya kira mushola) tentu nggak terbayang bahwa masjid Nurullah ini sangat nyaman. Areanya luas sehingga daya tampungnya juga sangat mendukung pemenuhan kebutuhan spiritual muslim yang ada di situ. Tempat wudhu yang biasanya penuh antrian mampu diatasi dengna jumlah dan luas yang relevan. Secara fisik masjid ini nyaman (apalagi ada AC-nya #eh #salahfokus).



Nah itu tadi secara fisik, secara "kehidupan"??

Masya Allah di Nurullah suasananya bukan sekedar mushola yang kosong melompong sekedarnya. Di sini ada DKM yang strukturnya sangat rapi (ada di madingnya) dengan kegiatan yang memakmurkannya masjid tersebut. Ada TPQ, ada peringatan hari besar agama, serta yang tak kalah kerennya adalah ada kajian harian dengan pembagian topik per hari serta diisi oleh ustadz-ustadz yang komepeten di bidang tersebut. Ada tentang fiqih, aqidah, dll yang merupakan "santapa penuh nutrisi" bagi muslim yang harus sehat rohaninya. Kebetulan Ramadhan lalu sempat mampir ke masjid ini ketika menjelang Maghrib dan sungguh terharu melihat keaktifan masjid tersebut. Dan lebih terharu karena keaktifannya istiqomah walau sudah tidak Ramadhan.

Semoga menjadi inspirasi

Review: Assalamualaikum Beijing

Assalamualaikum Beijing, sebuah film yang sednag naik daun dan berdasarkan rekomendasi teman-teman akhirnya pun saya tonton. Kali mencoba tempat baru XXI di Metropole Cikin, ya sebenarnya gara-gara abis ngurus berkas di Cikini Bottom (baca: Fasilkom Salemba) dan untuk menghemat waktu akhirnya nyoba di situ deh. Sempat goyah dengan jadwal yang lain namun fokus aja dulu deh (sambil berharap ada rezeki di akhir bulan hehee). Ngomong-ngomong, ada beda yang kentara antara XXI dengan Blitz yaitu porsi iklan versus trailer. Jika di XXI sekitar 10 menit sebelum film diputar maka yang disuguhkan adalah 4-5 trailer film yang coming soon, berbeda dengan Blitz yang hanya 1-3 film dan lebih didominasi iklan-iklan. Soal sound system, nggak terlalu kerasa bedanya sih menurut saya. Nah, fokus ke filmnya, akan saya bagi ketiga bagian, yaitu spoiler/resume, keunggulan, serta kritik. Bagi kawan-kawan yang tidak terlalu suka spoiler atau resume ya mangga di-skip aja beberapa paragraf berikut ini.



Kisah bermula ketika Asma dengan penuh kekecewaan akhirnya membatalkan pernikahannya yang padahal sudah menghitung hari. Sebuah kesempatan terlibat di jurnalistik Indonesia di Tiongkok menggiringnya ke sebuah kota baru bernama Beijing (dan saya baru tahu akhir tahun lalu kalau Beijing itu terletak di Timur Laut, bukan Tenggara yang selama ini saya kira). Di sini sahabatnya Sekar serta suaminya (maksudnya suaminya Sekar) Ridwan menjemput serta menyediakan segala bantuan yang membuat Asma nyaman. Asma sendiri memegang peranan sebagai kontributor mingguan di rubrik "Assalamualaikum Beijing". Tugas sebagai jurnalis membuat Asma harus pontang-panting ke sana kemari mencari sumber liputan. Tugas ini pula yang secara tidak sengaja mempertemukannya dengan Zhongwen, pemuda lokal asal Yunan, di sebuah bus. Pertemuan keduanya berlangusng unik karena Asma yang tidak bisa berbahasa Mandarin kesulitan menanyai sekitar tempat duduknya tentang lokasi halte dan Zhongwen (dengan Bahasa Inggris lho ya, bukan semaphore) memberi tahu lokasi halte tersebut. Zhongwen yang salah menyebut nama (lebih tepatnya sengaja salah lafal) Asma menjadi Ashima membuat penasaran Asma tentang legenda Ashima. Sayang, pertemuan itu sangat singkat karena Zhongwen yang harus turun di sebuah halte dan hanya menyerahkan buku beraksara China yang berisi legenda Ashima.

Ternyata setelah berselang sekian hari, Asma dipertemukan lagi dengan Zhongwen dimana ternyata Zhongwen merupakan seorang tour-guide dimana agensinya  merupakan partner dari redaksi tempat Asma bekerja. Singkat cerita berbahai objek menarik menjadi tempat berjelajah Asma dipandu Zhongwen. Hanya saja Asma akhirnya menyadari bahwa Zhongwen berbeda keyakinan dan jika berpikir jauh ke depan, tantangan itu menjadi hal yang akan dipermasalahkan. Keadaan mulai runyam ketika Dewa, mantan calon suami (udah 'mantan', tapi 'calon' LOL) tiba-tiba datang ke Beijing untuk meminta kembali (ah susah move on loe bro). Alhasil relasi segitiga siku-siku pun terjadi dimana keberadaannya cenderung tidak diinginkan (tuh 'kan, gw bilang juga apa). Diam-diam Asma sendiri mulai sering menglamai pusing kepala yang hebat dan pada akhirnya dia tumbang dan harus pulang ke Indonesia. Dia terkena sindrom apa gitu (yang pasti saya cuma manggut-manggut di adegan dokter menjelaskan penyakit itu) dimana dia bisa saja mengalami penggumpalan darah mendadak dan terancam kehilangan indra penglihatan, kelumpuhan, serta kebisuan. Satu per satu dia mengalami gejala-gejala tadi. Kelumpuhan melandanya sekitar 3 bulan di mendadak dia hilang penglihatan. Di saat dia hilang penglihatan, ternyata si Zhongwen malah berkunjung ke rumahnya bersama Ridwan. Kondisi Asma yang memburuk dimana dia harus mengalami kebisuan walau penglihatannya terselamatkan. Mengapa Zhongwen datang ke Indonesia? Ternyta dia bermaksud menikahi Asma. Walaupun kondisi Asma sudah sedemikian parah, namun Zhongwen bersedia menerima kondisi tersebut karena dia bersyukur atas hidayah yang dia peroleh sehingga masuk Islam melalui Asma. mungkin biar tetap menjaga kepenasaran, sampai di sini saja spoiler-nya.

Nah, jika ditanya apa saja keunggulan film ini, maka berikut saya paparkan nilai-nilai positif maupun kekuatan teknis di film ini

  • Cara berkenalan Asma dengan Zhongwen yang terpisahkan bangku bus (agak miring), bukan sebelahan, sehingga tidak terjadi pertemuan sok-sok dramatis (macam ketabrak, buku jatuh, kesiram air dsb yang aisshhh tahulah gimana) dan Asma menolak uluran tangan Zhongwen, prinsip yang bagus dan patut dihormati.
  • Pasangan koplak antara Sekar yang maniak film-film romantis dengan Ridwan yang garing dan sok serius (yang ini asli saya terpingkal-pingkal karena pemerannya Desta). Keduanya sering adu argumen tapi kok klop banget ya hehee.
  • Sosok ibu Asma yang sangat berperan dalam menegarkan Asma, memberi banyak perhatian, dan juga bersikap bijaksana. Saat Asma harus membatalkan pernikahannya, menghadapi vonis dokter, dll, sosok ibu ini mampu berperan dan bagi saya merupakan pesan terselubung bahwa "peranan ibu, walaupun si anak sudah dewasa, tetaplah penting dan tidak terganti".
  • Islam di Tiongkok, khususnya Beijing, tidak digambarkan sebagai agama yang tertindas walau minoritas. Sebuah sudut pandang yang unik karena di beberapa film lain justru mengambil kondisi minoritasnya Islam yang disertai kondisi tertindas.
  • Sosok Zhongwen di film tersebut tidak dispesifikkan agamanya apa, dia sendiri mengakui bahwa percaya Tuhan namun tidak tahu yang seperti apa (pada akhirnya Zhongwen masuk Islam). Sebuah keputusan skenario yang tepat karena ketika Zhongwen dijelaskan dengan detail apa agamanya tentu sangat mungkin memancing perdebatan dan konflik yang membawa-bawa agama (ya seperti film kontroversi di sebelah itu lho).
  • Bijak sekali cara menempatkan makna hidayah yang diperoleh Zhongwen dimana Asma diakuinya sebagai perantara hidayah dari Allah SWT. Dan Zhongwen sendiri masuk Islam bukan dipaksa oleh Asma, melainkan masuk Islam di tengah pengembaraannya di Beijing. Nilai positif bahwa permualafan itu bukan karena faktor dipaksa ataupun faktor wanita. Hal ini ditunjukkan pula dengan ibadah sholat malam yang dilakukan Zhongwen bukan karena dilihat Asma, Sekar, Ridwan, maupun ibunya Asma. Memang saat Asma siuman dia melihat Zhongwen sedang sholat, tapi itu adalah ketidaksengajaan.
  • Akting yang keren dari Revalina S. Temat plus kualitas make up yang kece banget saat Asma terserang penyakit (yang saya nggak ngerti juga apa namanya). Itu betul-betul menghayati banget.
  • Pesan untuk mengutamakan agama sebagai dasar dalam memilih pasangan. Bagi yang pemuja kebebasan tentu ini isu yang diskriminatif. OK lah, itu kembali kepada bagaimana kita meyakini aqidah yang kita anut, bagi saya pribadi saya sangat setuju dengan statement ini. Bahkan Sekar walau mendukung Zhongwen dengan Asma, dia tetap mengingatkan tentang prioritas agama, begitu pula dengan Ridwan.
  • Suasana panas saat Dewa dan Zhongwen sama-sama mengantar Asma ke rumah sakit diakhiri dengan pulangnya Dewa sembari mengungkapkan kepercayaannya bahwa Asma itu wanita yang tegar dan berharap Zhongwen bisa menjaganya. Sepintas "bendera putih" yang wajar, namun bagi saya itu nggak wajar karena biasanya di film zaman sekarang pasti bakal baku pukul dulu mendramatisisasi suasana.
  • Penempatan kamera yang pandai menempatkan sudut pandang katak alias dari bawah memberi efek kemegahan yang pas.
  • Script skenario yang sungguh memesona, lugas, dan filosofis. Enak banget didengar tanpa mengumbar berbagai gombal.


Terlepas dari keunggulannya memang ada beberapa bagian yang menjadi kritik dan semoga bisa membuat catatan untuk perbaikan ke depannya

  • Beberapa adegan yang ngegantung seperti Asma yang membawa dua buah botol minuman kesukaan Sekar tapi tanpa ditolak Sekar eh minuman itu nggak dibawa pulang Sekar
  • Meskipun digambarkan sebagai sosok yang sudah menguasai Bahasa Indonesia, penyampaian Bahasa Indonesia oleh Zhongwen agaknya terlalu berlebihan dimana logat Mandarinnya sirna dan justru luwes banget memakai Bahasa Indonesia yang tidak EYD, padahal Bahasa Indonesia yang tidak EYD itu sangat sulit dikuasai oleh orang asing.
  • Jawaban Asma yang mengiyakan atas pertanyaan Zhongwen tentang apakah muslimah di Indonesia apakah mengenakan kerudung semua dan apakah di Indonesia tidak pernah ada muslim dan muslimah bersentuhan tangan. Ya jujur saja jawaban yang idealis banget dan utopis karena ya tahu sendirilah. :)
  • Pas Asma menyambut kedatangan Zhongwen dirumahnya kok wajahnya diraba, agak kontras dengan penggambaran sosok Asma yang religius dengna menolak jabat tangan di awal perkenalan.
Well, saya sangat mengapresiasi film bermutu di tengah gempuran film asing dimana di film ini nilai-nilai keluhuran dan keberadaban masih dijunjung. Salut

Sudah Rilis Kok masih Ada Bugs??



Perancangan Kurang
Perancangan aplikasi kerap diremehkan dengan alasan terlalu teoritis, terutama pada proyek yang terburu-buru ataupun kesongongan alias sombong atas jam terbangnya. Sepintas perancangan memang lebih teoritis dan agak tradisional. Namun dalam kenyataannya perancangan sering diabaikan. Perancangna sendiri sebenarnya bersifat sangat luas. Pemilihan perangkat, strategi query, front-end interaction, dan lain-lain. Luas sekali. Karena itulah, sebelumnya melakukan perancangan, yang pertama kali perlu dilakukan adalah membuat ruang lingkup pengerjaan. Tujuannya jelas, agar pemilihan strategi pengerjaan aplikasi tepat dan efektif.

Jika boleh jujur, menangani pengembangan aplikasi yang sudah ada itu lebih sulit daripada membuat aplikasi dari nol. Alasannya sederhana, kondisi yang sudah ada harus dipahami lebih dulu dan "dihormati". Dihormati di sini memiliki maksud sebisa mungkin tidak ada pengubahan konfigurasi yang sudah ada, kalaupun harus diubah maka data yang lama harus mampu diakomodasi di konfigurasi terbaru. Sebuah tantangan yang tidak muda. Maka, perlu ditegaskan lagi, perancangan penting.

Kesalahan yang sering terjadi berkaitan dengan perancangan adalah manajemen waktu yang tidak harmonis antar-SDM. Jadwal yang telah disusun sering diremehkan hingga berbagai masalah yang ada menumpuk dan proses pengujian terbatas waktunya.

Teknik Coding
Cara ngoding juga mempengaruhi seberapa banyaknya bugs yang timbul di kemudian hari. Bayangkan saja yang namanya manusia mau seahli apapun, setinggi apapun jam terbangnya, sangat mungkin saat ngoding timbul error yang manusiawi banget. Karena itulah saat ngoding, hal yang penting untuk memperlancar pelaksanaannya ada pada proses dokumentasi. Pertama dokumentasi aplikasi yang sudah ada. Dokumen jenis ini akan memudahkan eksekutor mampu mengenali bagaimana kondisi aplikasi saat ini sehingga ketika dia menjalankan coding-an baru, coding-an sudah lama tidak cocok. Selain itu konsep kemangkusan data yang tidak tepat tentu menggugah berbagai kelemotan saat aplikasi dijalan. Kesalahan yang jamak terjadi dalam teknik coding adalah lupa membuat dokumentasi jenis yang kedua, yaitu catatan pengubahan yang dilakukan. Dokumentasi jenis ini seharusnya dibuat seiring proses dilakukan. Saat ngoding sendirian dan lupa maka pusing ditanggung sendiri, saat ngoding berjamaah miskomunikasi sering terjadi karena dokumen jenis ini lupa dibuat.

Development Beda dengan Production
Proses pengembangan aplikasi dimulai dengan membangun aplikasi di lingkungan pengujian. Lingkungan pengujian ini sering disebut dengan "DEV" alias development. Ketika sudah berjalan sebagaimana mestinya, aplikasi diangkat ke lingkungan sebenarnya atau disebut juga sebagai "PROD". Kesalahan yang sering terjadi adalah error di PROD tapi jalan di DEV. Penyebabnya simpel, yaitu masih ada perbedaan kondisi. Perbedaan demikian menjadikan proses bisnis tidak berjalan dengan sesuai. Solusinya, inspeksi kondisi DEV denga PROD, minimalkan perbedaan (yang boleh beda yang benar-benar perlu). Jangan lupa, sediakan slot waktu yang cukup antara pengangkatan aplikasi ke PROD dengan rencana rilis, sehingga ketika terjadi error di PROD masih cukup waktu untuk perbaikan.

Pengujian Jelek
Ciri-ciri pengujian yang jelek:
  • Dilakukan hanya oleh developer
  • Tidak melibatkan calon pengguna
  • Waktu mepet
  • Hanya memastikan alur yang benar berjalan baik, dengan kata lain segala kesalahan pemakaian tidak diujikan
  • Tidak dilakukan pencatatan/pendokumentasian proses coding
  • Daftar apa saja yang perlu diujikan serta panduan apa yang seharusnya terjadi (rancangan sistem yang benar) tidak ada

Apakah hal-hal di atas kerap terjadi? Jika iya, maka jangan heran ketika aplikasi dirilis ternyata masih banyak bugs.

Supervisi Kurang
Kondisi ini sering terjadi di dalam proyek TI ketika PM alias project manager kurang memahami proses yang berlangsung di dalam pengembangan aplikasi TI. Mungkin karena kurang fokus atau entah bagaimana, proses mengkoordinasikan pihak-pihak yang terlibat di dalam proyek TI kurang berhasil. Supervisi kurang diindikasi dengan:

  • Jadwal yang tidak padu antar-individu
  • Pemantauan progress report diabaikan
  • Meremehkan dan menunda-nunda pengujian aplikasi TI
  • Dokumentasi proyek yang berantakan, atau malah nggak ada ya?


Indikasi "Permainan"
Lha kalau yang ini memang cara licik yang keterlaluan. Ada beberapa kasus aplikasi yang telah diserahterimakan sudah "dilengkapi" bugs. Keberadaannya disadari oleh vendor, bukan karena tidak bisa mengatasi, tapi agar vendor tersebut makin dibutuhkan. Ketergantungan client pada akhirnya menjadikan vendor lagi dan lagi dikerjasamai. Teknik berlangganan yang kurang amanat.

Minimarket Mulai Jualan "Aneh-Aneh"

Baca status seorang adik kelas bahwa di salah satu minimarket di Dayeuhkolot yang nggak ada 100 meter dari kampus mulai terang-terangan menyediakan minuman beralkohol di etalasenya. Rasanya kok gimana gitu... Kesal, sebal, gemes, tapi bisa berbuat apa ya?

Budaya Barat memang menggempur habis-habisan masyarakat Indonesia. Satu per satu produk "aneh" mulai diwajarkan dengan argumen yang nggak banget. Minuman beralkohol dibela dengan alasan ini nggak bikin mabuk. Tatoo dibilang tren, nggak mengganggu orang. Alat kontrasepsi dilindungi alibi mencegah penularan HIV. Biar makin aman, segala teknik ngeles sudah ditebarkan. "Ah elu nggak usah ikut campur urusan orang lain", "itu kembali lagi ke orangnya, kalau orangnya bener ya nggak bakal manfaatin buat yang nggak-nggak", "wah elu ikut aliran apa sih? ekstrim banget".

Alhasil satu per satu produk aneh merajai etalase minimarket, ya minuman alkohol lah, bahkan alat kontrasepsi. Kalau di teori ekonomi ada istilah permintaan dan penawaran. Keduanya menyebabkan terjadinya transaksi. Kenapa jual es nggak laku di wisata gunung? Ya karena nggak ada permintaannya. Namun bisa juga belum ada permintaan, namun karena ditawarkan dengan baik maka timbullah permintaan. Nah jika menengok barang-barang aneh di minimarket, itu kondisinya bagaimana? Apakah masih sekedar penawaran yang belum ada permintaan atau sudah terjadi permintaan yang tinggi? Jika yang terjadi kedua, waduh mama sayangeeee, gawat nih.

Seharusnya, kampus perlu menyadari bahwa lingkungan civitas akademia tidak sekedar dibatasi gerbang kampus, di luar itu #BukanUrusanSaya. Sama saja berprinsip selama anak saya tidak merokok di rumah ya nggak masalah. Kebiasaan merokok di luar akan memberi pengaruh terhadap perilaku si anak saat di dalam rumah. Salah besar jika kampus (dalam hal ini rektorat plus organisasi mahasiswa yang mempunyai "kekuatan politik") menganggap bahwa di luar gerbang tidak termasuk ekosistem yang patut dijaga. Area kos-kosan serta apa yang ada di sekitarnya masih menjadi ekosistem yang mempengaruhi kondisi civitas akademia. Selain itu ingat pula peran "pengabdian sosial" sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kampus (minimal dengan definisi tadi, namun akan lebih sangat bagus jika disertai+didukung pula oleh seluruh civitas akademia) harus aktif memantau ancaman apa yang timbul di masyarakat yang berpotensi menjadi "penyakit" bagi mahasiswa. Salah satunya tentu dagangan yang ada di minimarket di sektiar kampus. "Tenang pak, mahasiswa nggak beli yang gituan kok pak", Lha emang ada yang berani ngasih jaminan? "Lha pak, kalau minimarket di sini nggak jual, kan dia bisa beli di minimarket sana (nunjuk yang radius 50km dari kampus)?" Aisshhh alasanmu banyak. Kampus perlu menekan agar minimarket di sekitar kampus tidak menjual barang aneh-aneh.

Tentu caranya bukan melakukan penggrebekan, razia, maupun demo. Perlu penyamaan pandangan antara mahasiswa, rektorat, serta pemuka masyarakat. Barulah melakukan pendekatan dan perjanjian secara damai dengan pengelola minimarket tentang hal tersebut. Kalau nggak mau? Lakukan propaganda secara "manis" yang berujung pada tekanan sosial. Kunci untuk melakukan itu semua ada pada sikap saling mendukung dan bergerak bersama. BEM mau sendirian? Nggak akan jalan. Rektorat mau bergerak sendirian? Hubungan dengan masyarakat nggak seakrab mahasiswa dengan masyarakat. Pemuka masyarakat mau bersikap? Sulit dilakukan jika mahasiswa masih jadi pelanggan setia minimarket itu, apalagi kalau beli barang-barang itu.

Kenapa Malah Jadi Telenovela

Insiden Air Asia memang memilukan dimana korban jiwa sudah dipastikan ada. Di tengah duka ini, sungguh hanya dua pihak yang patut memperoleh simpati. Pertama tentunya keluarga korban dimana mereka harus menerima kenyataan bahwa pesawat mengalami kecelakaan dan hingga belum ditemukan korban yang selamat, sebaliknya yang ditemukan hingga saat ini adalah korban yang meninggal. Kedua adalah para tim (dari berbagai elemen, baik itu TNI, tim SAR, dll) yang tanpa lelah mencari segala petunjuk, jejak, hingga segala hal terkait keberadaan pesawat. Perlahan mereka mulai membuahkan hasil walaupun harus diakui bukti yang ditemukan menghadirkan isak pilu.

Tapi entah mengapa di tengah suasana serba rumit ini malah ada pihak-pihak yang asyik memelintir bahasa sehingga berbagai tudingan dan sikap menyalahkan terjadi. Ini bermula kunjungan Menteri Perhubungan ke Bandara Soekarno-Hatta. Di situ beliau menemukan kebiasaan terkait penyampaian informasi cuaca kepada pilot oleh maskapai. Nah dari situlah langsung berbagai media menyebarkan berita bahwa Menhub marah-marah. Social media? Ah jangan tanya. Berita pejabat marah-marah adalah sajian lezat untuk melonjakkan traffic dan popularitas brand. Tengok saja bagaimana berita pak Basuk T. Purnama, pak Dahlan Iskan, bu Tri Risma Maharani, pak Ganjar Pranowo, pak Susi Pudjiastuti saat marah-marah mampu menyedot atensi. Penasaran kenapa demen banget ya ngelihat orang marah-marah.

Kontan saja makin ramai jagat media dengan berbagai dukungan, kritik, hingga permintaan kejelasan mengenai berita "marah-marah" tersebut. Jangan lupa budaya menulis surat terbuka yang sedang jadi tradisi masyarakat digital. Surat terbuka kepada Menhub dirilis, lalu dibalas oleh Menhub, dan entah akan berbalas-balas seperti apa. Well, budaya saat ini sangat sensitif dan sangat ca-per.

Sementara itu berbagai isu lainnya juga bergulir. Bahkan isu tersebut meluncur tanpa ada kejelasan dari pihak yang berwenang. Isu pilot yang terlibat narkobalah, isu ada penumpang yang menyalakan HP-lah, hingga isu itu adalah jadwal penerbangan yang ilegal. Well, jika saya menjadi humas/PR Air Asia, tentu saya bakal pusing bukan karena proses evakuasi tapi mengklarifikasi isu-isu yang entah itu dihembuskan dari mana. Oh iya, era saat ini terlalu komersil sehingga sering terlontar ujar-ujar "udahlah yang penting publish (terbitkan) saja artikel itu, pakai judul yang bombastis ya, kalau salah ya tinggal edit atau tarik dari website". Segampang dan semurah itukah harga validitas berita?

Saya jadi teringat kasus yang menimpa Anies Baswedan dengan Ustad Yusuf Mansur. Kala itu statement dari Anies selaku seorang menteri dipelintir seolah-olah hendak melawan pendidikan Islam. Ustad Yusuf Mansur yang kecewa dengan isu tersebut lantas menyampaikan unek-uneknya di social media. Kontan saja ramailah social media. Kekecewaan tersebut benar-benar menjadi komoditas media dan benar-benar langsung dikaitkan dengan konspirasi liberalisasi Indonesialah, presiden salah pilih menteri, dan berbagai stigma setengah otak lainnya. Alhamdulillah keduanya segera melakukan komunikasi japri dimana keduanya menemukan adanya kesalahpahaman dan segera meluruskan informasi. Ending yang melegakan namun jarang ditemukan pada kasus serupa lainnya.

Review: Doraemon, Stand by me

Film satu ini sudah digembar-gemborkan sejak awal tahun 2014 ini. Bahkan jujur saja sukses list-to-watch saya, tentunya selain Rurouni Kenshin. Alasannya sederhana, ini versi series-nya sudah terlalu legendaris, bahkansedari jaman SD hingga sekarang kerja ya masih saja gigih si Nobita. Jelas penasaran apa yang terjadi dan membuat spesial di movie ini. Apalagi dari previe-nya terlihat bahwa ini menjadi ajang perpisahan Doraemon dengan Nobita. Ya, tema perpisahan menjadi prediksi saya karena sudah beredar banyak "bocoran" tentang ending dari series Doraemon dimana dia mengalami error sehingga memory-nya harus di-reset dan membuat dia amnesia atas kenangan yang selama ini terjadi.



Tapi ternyata tema persahabatan ini harus kalah bersaing durasinya dengan tema "cinta". HUfff, saya sendiri bingung kenapa malah lebih dominan kegalauan Nobita terhadap Shizuka? Mungkin topik itu dijadikan pemantik yang menyebabkan Doraemon menjadi totalitas untuk membantu Nobita, tapi tetep saja kurang bangetlah. Kalau boleh jujur juga, penggambaran karakter ibu dan ayahnya Nobita plus pak guru juga urang memuaskan di film ini. Sosok ibu digambarkan sebagai sensitif untuk membentak, ayah yang pasif serta guru yang terlalu gemar mengancam. Nggak bangetlah menurut saya.

Maka, hanya fragmen yang paling saya nikmati tentunya yang fokus pada persahabatan Doraemon dengan Nobita. Selain itu merupakan ekspektasi awal saya, adegan yang berlangsung pada topik itu lebih natural alias alami. Secara umum, film ini patut direkomendasikan bukan untuk usia U-17 karena porsi cinta yang agak berlebihan. :)

Tren Desain Website 2015

Flat design and Limitation Color
Pertanda malas? Pertanda ilmu bikin web-nya udah menthok segitu? Salah. Justru website dengan desain yang flat alias sederhana (sebenarnya terjemahannya sih "datar") akan menjadikan informasi lebih fokus dan mudah dicernakan. Pengguna juga tidak terburu-buru dalam mempergunakan. Transfer data yang lebih kecil otomatis berdampak pada pemakaian "pulsa" mengaksesnya. Penggunaan warna juga tidak lagi asal jetak yang membuat website terlihat norak. Warna akan lebih dibatasi dan bagi Kawan-Kawan yang ingin tahu warna ini cocok dengan apa saja, bisa akses halaman ini pallete.adobe.com.

jQuery and JavaScript for Transition
Sepintas tren ini agar berlawanan dengan tren sebelumnya. Jadi yang bener yang mana donk? Well, pemakaian jQuery dan JavaScript akan lebih dimainkan pada saat transisi konten dan hover-effect, bukan saat didiamkan. Misalnya transisi pergantian halaman, transisi scrolled-page, hingga loading. Khusus untuk loading, perlu diperhatikan bagaimana pengelolaannya. Loading sendiri merupakan fase yang sangat mendebarkan, jangan-jangan download gagal, kok lama banget sih, dan ujung-ujungnya emosi lebih terpancing saat masa-masa menunggu (ya iyalah, siapa juga mau digantung). Nah, dengan efek visual yang menyenangkan, emosi yang terjadi akan lebih bersifat positif (baca: mlongo kagum ama efeknya yang keren) ketimbang bersifat negatif (misuh-misuh)

Simple Font
Era saat ini, jenis huruf/font dengan bentuk sederhana menjadi pilihan yang paling manusiawi. Tidak perlu ada kelebayan layaknya Monotype Corsiva. Justru huruf seperti Open Sans, Helvetica, Kelson, Kozuga, dan berbagai jenis huruf yang sederhana lebih membuat mata nyaman sehingga cepat mencerna informasi dan ketika tulisannya panjang, mata tidak cepat lelah. Permainan huruf juga akan lebih minimal, akan sangat jarang dalam suatu halamn memakai huruf lebih dari 3 jenis. Bahkan sebuah huruf pun tidak terlalu banyak dipermainkan ukurannya.

Full width image
Barangkali tren satu ini agak unik. Pemakaian gambar mulai mengabaikan ukuran pixel. Mungkin pada dendam ama matematikanya ya? Hehehee. Terlepas dari asas praduga (yang tidak ilmiah itu) full-width image menjadi suatu metode untuk menampilkan kesederhanaan dalam mengelola tampilan website. Full width tidak berarti membuat layar ramai karena tidak semua gambar cocok dijadikan full-width. Biasanya gambar tertentu yang tidak terlalu ramai dan lebih "mengademkan" pengunjung website. Jenis full-width bahkan ditampilkan di homepage berupa full-screen, artinya selebar layar dan setinggi layar pula gambar itu ditayangkan. Keberadaan jenis image seperti ini memang menjadikan segala tulisan tidak terlalu banyak dibutuhkan, cukup elemen-elemen yang dianggap perlu. Alhasil kesederhanaan dapat diperoleh oleh designer dan developer.

Ini website sebuah perguruan tinggi. Lihat... Sangat elegan bukan, sederhana dengan latar belakang full-screen

Less article more picture
Keterbatasan waktu menjadi seorang pengguna werbsite, khususnya yang mengonsumsi berita digital, tidak akan sudi berlama-lama menghabiskan wkatu di depan laptop amupun gadgetnya hanya untuk membaca berita yang puanjuaaaanggge polll. Karena itulah, harus disadari bahwa pengelola website perlu menghemat konten yang berupa artikel yang memperbanyak gambar sebagai pendukung artikelnya. Dengan pemangkasan panjangan artikel, artinya ada PR bagi desainer untuk membuat komposisi yang enak dilihat walau artikelnya sudah "disunat".

Lebih menarik bukan sajian seperti ini??

Infographics
Masih berkaitan dengan more picture. Salah satu strategi untuk mengefisiensikan konten sembari mempertahankan bahkan meningkatkan daya tarik terhadap informasi yang akan disampaikan, adalah melalui infografis. Infografis akan merangkum segala hal-hal yang menjadi inti dari berita, baik yang kuantitatif maupun kualitatif. Untuk urusan ini, pengelola website perlu peran seorang desainer yang mengerti bagaimana menayangkan inforgrafis yang bermutu di media monitor PC dan gadget.

Related post
Berlama-lamanya pengunjung merupakan salah satu harapan yang ada di tiap pengelola website. Suguhan berupa sebuah artikel tentu akan kurang "josss" karena sangat mungkin pengunjung langsung pergi ketika selesai membaca artikel yang ada. Keberadaan related-post maupun others-content menjadi fitur yang berpotensi meminimalkan kebiasaan pengunjung yang langsung pergi. Harapannya pengunjung kepo artikel lain dari judulnya, lantas dia berputar-putar asyik membaca artikel satu demi satu dan tak terasa statistik website tersebut sudah menggembung.

Sudah jadi barang wajib bahwa website berita harus ada social media button serta related-posts


Social Media button
Siapa yang tidak mengenal tren social media sebagai jalur penghubung antarmasyarakat. Tempat debat iya, tempat ngasih saran iya, tempat yang walah beragamlah. Era saat ini pun telah menciptakan koneksi antara social media dengan website, khususnya portal berita dan CMS. Koneksi ini berupa share konten melalui social media dan kesuksesan sebuah konten pun kini diukur dari seberapa konten itu di-share melalui social media. Cara tradisional dalam menyebar konten adalah meng-copy URL mampu paste di social media. Tapi cara seperti itu sudah mulai ditinggalkan karena kurang efektif. Metode terbaru adalah membangun button share dimana pengguna klik button tersebut lalu menambahkan caption versi dirinya. Cara simpel yang menuntut desainer dan developer menyediakan button share di dalam website yang dikembangkannya.

One page scrolling
Kesederhanaan pada akhirnya menciptakan sebuah tren baru berupa one-page scrolling. Tren ini berupa sebuah website yang menayangkan seluruh informasi yang dimilikinya ke dalam sebuah halaman yang panjang dan navigasi konten yang berputar-putar sepanjang halaman tunggal tersebut. Biasanya konsep ini banyak diadaptasi oleh perusahaan yang memang kontennya cenderung dinamis dan perlu keringkasan dalam menyajikan informasi.

How Mobile Display??
Yang ini jangan ditanya. Sebagai perbandingan, di salah satu proyek yang pernah penulis tangani, pengakses via PC versus mobile (plus tablet) adalah 3:1. Andaikan saja jika kita punya 1.000.000 pengakses dan kita menyajikan tampilan web yang jelek di mobile. Artinya kita sudah mengecewakan 250.000 pengakses. Potensi kegagalan dan ketidaklakuan di masa depan? Yoii bos.. Maka ketika akan membuat sebuah website, saat ini diperlukan minimal 2 desain, yaitu versi desktop dan versi mobile. Kenapa harus dibedakan? Perilaku penggunanya berbeda, ukuran layarnya juga beda, jelas perlu penanganan yang berbeda pula agar pengakses di kedua media tersebut nyaman.

Inspirasi:
http://graphicdesignjunction.com/2014/08/web-design-trends-2015/
http://thenextweb.com/dd/2015/01/02/10-web-design-trends-can-expect-see-2015/2/
http://www.smartarts.co.uk/blog/web-design-trends-my-6-predictions-for-2015
https://medium.com/@LetsAlign/web-design-trends-for-2015-ade6aab94624