Penyebaran Ajaran PKI, Kita (masih) Tertinggal

Tenang, ini bukan PKI yang mengudeta pemerintahan di era Orde Lama. Ini tentang Public Key Infrastructure, sebuah konsep pengelolaan informasi secara rahasia, sesuai fungsi, dan terpercaya dimana ada entitas di dalamnya yang bertugas memeprtahankan tiga pokok keamanan informasi, yaitu availability, integrity, confidentiality, plus non-repudiation. Barangkali masih ngawang dengan definisi ini, maka simak definisi berikut dari Net Security Training:

"A Public Key Infrastructure (PKI) is a series of processes and standards used to ensure the electronic transfer of information can be carried out securely; it is an industry standard approach used for e-commerce, internet banking, confidential email and a range of other network activities. A PKI environment provides and manages public-key encryption and digital signatures to establish a secure network environment for electronic transactions or data transfers and comprises 3 main features: authentication, encryption and non-repudiation."


Salah satu paparan implementasi PKI di Inggris bagian CP


Web portal informasi tentang PKI di Jepang

Dengan objektif, walau menyakitkan, harus diakui bahwa negara Indonesia tertinggal dibanding negara lain yang sudah mampu mengembangkan PKI sebagai sebuah sistem yang menghubungkan seluruh negaranya. Di Indonesia PKI masih berjalan sendiri-sendiri dengan keasyikan kultur internal tiap organisasi. Belum ada gebrakan yang "memasyarakatkan PKI dan mem-PKI-kan masyarakat". Padahal negara lain sudah banyak yang menerapkannya. Tidak perlu jauh-jauh membandingkan dengan negara-negara di Uni Eropa. Tetangga kita bernama Malaysia, Singapura, dan bahkan Filipina sudah sukses menerapkannya. Tentu bukan mengenakan konsep "aji mumpung", melainkan persiapan yang matang dan tentunya dukungan pemerintah.

Bahkan Filipina pun sudah lama menerapkan PKI

Jika menengok potensi masyarakat Indonesia pengguna Internet, jelas penerapan PKI akan menemui kebutuhan yang sangat menggiurkan, apalagi sudah jelas bahwa Indonesia adalah negara populasi 'raksasa' dimana aktivitas e-government dan e-commerce-nya sedang tumbuh. Era globalisasi dimana batas antar negara semakin absurd, jelas akan menjadi pendorong eksternal bahwa PKI juga harus segera diterapkan di Indonesia. Jika tidak? Siap-siaplah digempur habis-habisan dengan ketertinggalan perkembangan teknologi yang (sudah) terjadi. Dari publikasi melalui kanal resminya di kominfo.go.id, iklim positif mulai didongkrak dimana Kementerian Komunikasi dan Informatika berkeja sama dengan KOICA untuk memulai legalisasi dan implementasi KPI untuk Indonesia. Semoga menjadi inisiasi yang terus berkembang dan memberi pengaruh positif bagi masyarakat Indonesia



Qatar, negara yang cukup pesat perkembangannya dalam satu dekade ini pun ternyata juga menerapkan PKI dalam menyambut era digital

Arab Saudi, sebagai negara kaya "emas hitam" alias minyak bumi tentu tidak mau ketinggalan mengembangkan PKI


Web Pemerintahan Cita Rasa Elegan

Setiap negara memiliki kultur berbeda, kultur tersebut direpresentasikan dalam bentuk produk TIK-nya. Kultur suka sistem otomatis mendorong produk TIK di Eropa banyak mengadopsi konsep otomasi yang melibatkan sedikit operator. Kultur sulit menerima perubahan mendorong penerimaan sistem TIK baru di Indonesia agak macet. Terlepas dari faktor sukses tidaknya proyek pembuatan produk TIK, karakteristik proses bisnis, UX, UI, dan konten di sebuah website pemerintahan tentunya berorientasi pada karakteristik segmen penggunanya. Boleh jadi ada website pemerintahan dianggap menjemukan oleh warga negaranya sendiri, padahal si warga negara itu justru lebih mengagumi website pemerintahan dari luar negeri. Barangkali situasi tersebut yang saya alami, bukannya tidak nasional, ini penilaian objektif. Toh, masyarakat Indonesia sendiri sangat majemuk sehingga range segmen yang terbangun juga beragam. Kebetulan saja website pemerintahan yang saya temukan ini cocok dengan selera saya. Bukan berarti website pemerintahan milik Indonesia jelek.


Screenshot website gov.uk



Sedikit kilas balik, website pemerintahan luar negeri yang pernah saya "selami", bukan sekedar numpang lewat, adalah website gov.uk. Dari namanya sudah ketebak itu website apaan, "gov" mengacu ke "government", dan "uk" adalah domain sekaligus inisial khas Inggris. Konsep halaman awalnya pun sederhana. Web ini tidak bertele-tele menyombongkan program kerja terkini. Mereka malah menyediakan form satu baris ukuran cukup lebar sebagai tempat mengetikkan informasi apa yang ingin dicari. Ya, konsep sebagai web portal yang menghadirkan konsep "satu resepsionis" ke berbagai entitas kementerian, khususnya kementerian. Singkat cerita, brand yang terbangun adalah kesederhanaan dalam menyediakan informasi. Kadang memang kita nggak terlalu tahu sebuah masalah tertentu adalah domain instansi mana, nah di website itu, kita cukup menanyakan ke "resepsionis" tersebut dan dia akan mengarah harus ke instansi yang mana.

Website Ministry of Science, ICT, and Future Planning


Cerita sedikit berbeda saya temukan di web milik Ministry of Science, ICT, and Future Plan (MSIP) milik Korea Selatan. Berbeda dari lazimnya website pemerintahan dimana isinya justru lebih menyerupai "keanggunan" web-web perusahaan. Karakter lazimnya pemerintahan yang formal justru dibantah dengan halus lewat tampilan website yang cerah, fun, dan banyak mengumbar bahasa sederhana. Tulisannya sedikit, malah kontennya didominasi oleh infografis-infografis yang "merangsang" kekaguman tentang bagaimana mereka sangat bangga dengan karya mereka. Salah satu hal yang menarik adalah pemilihan kata yang sederhana, kebetulan dalam Bahasa Inggris. Selain itu, cara menyajikan alignment alias keselarasan arahan bisnis dari visi, misi, hingga turunan-turunannya sangat tajam dan konkret. Singkatnya, saya kagum dengan cara pengungkapannya yang sederhana namun efektif. Terus terang memberi banyak inspirasi.

Where am I in Creative Economy Subsectors?

Lama tidak menulis tentang ekonomi kreatif. Kebetulan lagi mabok mempelajari doktrin-doktrin tentang penyebaran PKI, maksudnya Public Key Infrastructure lho ya. Kali ini saya ingin mengulas tentang favorat saya terhap subsektor yang ada, tentunya dengan melihat juga pengalaman bersentuhan dengan sukektor ini hingga intensitas mengamati perkembangannya.


Sumber gambar: RPJMN Ekonomi Kreatif
Seni Pertunjukkan
Seumur-umur ikutan pentas hanya sekali dan tidak pernah lagi, yaitu saat Raimuna Cabang V Kwarcab Tegal. Agaknya memang tidak punya bakat yang layak dilestarikan ke jenjang yang lebih serius. Ciee. Walau demikian, saya sejak semester 1 sangat menggemari pentas pertunjukkan budaya, baik itu Minang, Jawa, Bali, dll. Kebetulan memang UKM kesenian di kampus IT Telkom (sekarang Telkom University) saling berebut jadwal pentas alias sangat aktif dalam menggelar seni pertunjukan. Nice (y)

Film, Video, Fotografi


Musik
Bagi saya pelajaran seni musik sewaktu SMP cenderung horor karena kepayahan saya bernyanyi, bahkan hingga saat ini hanya hanya sebatas bisa tanpa terlalu mahir memainkan gitar dan seruling. Alat musik macam biola, piano, hingga harpa belum pernah saya kuasai. Namun urusan menggemari sajian musik, ah ini nih rutin, pake kata banget lagi. Bukan sekedar penghilang ngantuk, tapi spirit bermusik juga kerap menginspirasi saya membuat sajak dan mengamati konsep team work.

Periklanan
Bagi saya ini adalah subsektor yang menggebrak. Kenapa nggak, di sini komoditas utamanya adalah ide-ide gokil, terlepas apakah iklan tersebut berupa media cetak, elektronik, atau bahkan sekedar konsep pemasaran. Yang pasti persaingan subsektor periklanan sangat ketat, bahkan di Indoensia sendiri pun (ya maaf juga nih) iklan paling jor-joran kreativitasnya (dan frekuensi tayangnya) justru iklan rokok. Mungkin karena mereka harus melawan kenyataan bahwa bagaimana mengiklankan produk tanpa menunjukkan produknya. Subsektor ini perlu ditinjau dari berbagai sisi agar bisa sukses, bisa dibilang idealisme berpikir lepas harus dibenturkan dengan kerasnya selera masyarakat dan juga target finansial. Justru di sinilah kecenya.

Televisi dan Radio
TV nggak punya, olus nonton cuma pas tanding bola. Begitu pula radio yang terakhir entah kapan. Bisa dibilang ini adalah subsektor paling nggak saya akrabi.


Desain
Nah, yang ini merupakan hobi yang alhamdulillah bisa terus berkembang dan bermanfaat di berbagai lapak, baik sosial maupun komersial. Kebetulan memang saya ini tipikal orang visual, sehingga butuh waktu berjam-jam mencerna jurnal IEEE tapi bisa cepat menangkap maksud sebuah infografis. Hehee. Selera saya banyak berkaitan dengan desain-desain sederhana yang mengutamakan permainan warna dan geometri. Faktor selera tersebut didorong pula oleh keterbatasan RAM laptop yang tidak kuat untuk berleha-leha dengan berbagai aplikasi grafis macam AI, Corel Draw, hingga yang macem-macem namanya.

Permainan Interaktif
Penyakit saya dulu adalah gampang kecanduan game. Tapi sejak SMA, bahkan kuliah saya mengurangi frekuensi tersebut. Kebetulan karena kuliah di komputer, maka saya kerap mengalami penyempitan makna permainan interaktif yang hanya sebatas aplikasi komputer, padahal jauh lebih luas daripada itu. Saat ini subsektor permainan interaktif tidak banyak saya gali, mungkin karena udah saatnya serius, jangan suka mempermainkan hati #eh #ciee #apaandah

Teknologi Informasi
Lulusan sarjana teknik informatika (dengan IPK pas-pasan), lalu melanjutkan petualangan di dunia kerja selama tiga tahun lebih sebagai programmer, analis SI/TI, dan menyempatkan diri mengenyam bangku magister teknologi informasi. Tidak perlu banyak argumen bahwa saya tumbuh di lingkungan subsektor ini. Sulit untuk menampik bahwa saya gemar mengobservasi ekonomi kreatif yang berbasiskan TI. Tantangan besar untuk subsektor ini adalah memahami TI sebagai kemasan, ataukah TI sebagai inti bisnis yang utama. Keduanya berbeda namun memiliki kesamaan, yaitu mampu mendongkrak nilai ekonomi yang merupakan dasar dari ekonomi kreatif itu sendiri.

Arsitektur
Saya sangat mengagumi bangunan-bangunan indah, khususnya yang berstatus masjid dan rumah adat. Namun kekaguman ini belum menyeret saya untuk terjun langsung sebagai pengamat dari sisi bisnisnya, apalagi pelakunya. Soal arsitek yang menjadi idola pun saya tidak ada karena memang tidak terlalu banyak tahu bangunan ini siapa arsiteknya, bangunan itu siapa arsiteknya, mungkin hanya tahu sosok Ridwan Kamil lewat Museum Aceh dan Masjid Agung Parahyangan, di luar itu? Hehee, saya malah hingga kini belum tahu siapa arsitek Masjid Agung Slawi, siapa arsitek Gedung Fasilkom, bahkan siapa arsitek Learning Center-nya Telkom University.

Penelitian dan Pengembangan
Subsektor paling unik karena mengakomodasi dan juga terhubung ke seluruh subsektor lainnya. Bisa dibilang ini adalah landasan dari subsektor lain untuk "laku" di masyarakat. Karena senang mengamati proses kreatif, khususnya mengenai pemahaman potensi pasar dan ide-ide gokil, maka saya sangat tertarik dengan subsektor ini.

Penerbitan
Dulu memang penggemar komik, tapi seiring keseriusan belajar (dan tuntutan berkurangnya uang saku), maka saya makin undur diri dari dunia komik. Saat awal kerja saya pernah beberapa kali terlibat dalam kompetisi komik tingkat Indonesia. Secara tidak langsung saya kembali tertarik untuk belajar mengenai bagaimana proses kreatif di dalamnya yang perlu mengombinasikan berbagai ketrampilan. Lebih pusing lagi juga mengupas bagaimana cara memainkan model bisnisnya, terutama terkait income.

Seni Rupa
Yang terbayang kita pertama kali mendengar kata "seni rupa" adalah Bapak Kapsin Arifin, nama guru seni rupa sewaktu SMP. Hehee. Saat itu nilai saya amburadul karena memang tangannya lebih terasah berkarate daripada tampil sabar dan cantik membuat hasta karya. Dari sisi proyek pun saya berlum pernah bersinggungan langsung dengan subsektor jenis ini.

Kuliner
#srupuuut #usapiler Ini katanya subsektor paling surgawi karena ya itu, paling enak. Hahaa, di luar faktor tersebut, memang patut diakui bahwa ini adalah subsektor paling dominan dari berbagai sisi versus subsektor lainnya, baik di sisi  penyerapan dunia kerja, perputaran uangnya, dll. Dulu waktu ibu saya berlangganan koran No*va, saya kerap mengumpulkan pernik-pernik sedap sekejapnya karena tergiur dengan foto-foto makanannya. Tapi hingga saat ini karir saya di subsektor kuliner tidak lebih dari tiga agenda: pemasak mie paling enak (versi saya), asisten istri saya bila beliau memasak, dan tentunya pengamat. Belum pernah saya terlibat langsung dalam proyek subsektor kuliner.

Mode
Apa yang saya mengerti dari subsektor ini jika kolektif baju saya di rumah 95% terdiri atas batik (dengan bentuk kemeja), jersey sepak bola, dan baju koko (baju punya saya lho ya, bukan baju punya mas koko). Barangkali istri saya lebih "cumlaude" untuk urusan subsektor ini mengingat kiprah dia mengelola sebuah wirausaha jilbab. Nah gue? Hanya butiran rin*so.

Kerajinan
Kerajinan merupakan subsektor ekonomi kreatif yang konkret produknya tapi abstrak nilai ekonominya. Jujur saja, di luar faktor bahan baku dan ongkos produksi SDM, saya tidak pernah mengerti kenapa ada produk kerajinan bisa bernilai jutaan rupiah. Orang mengatakan itu ada nilai inovasinya lah, itu ada nilai hak ciptanya lah, iya iya saya tahu ada faktor itu, tapi belum pernah mengerti mengapa nilai ekonomi sekian rupiah. Namun kebiasaan saya yang terkait subsektor kerajinan ini adalah gemar mengoleksi aksesori, khususnya gantungan kunci dari berbagai kebudayaan di Indonesia.

Nah, dari seluruh subsektor ekonomi kreatif tersebut, kalau dibuat peringkat maka saya bisa mengambil big-5. Urutan dari yang paling menjadi passion saya adalah teknologi informasi, desain, penelitian dan pengembangan, periklanan, dan musik. Sekarang bagaimana dengan kamu? Iyaa..kamu..

#TutupMata yang telalu #MenutupMata

Ini tentang keprihatinan atas "tingkah laku" beberapa pengurus BEM Unitel yang mengatasnamakan aksi #TutupMata. Maaf jika bahasa di opini ini "keras", tapi mengingat keberanian (sebut saja keberanian walau saya lebih menganggapnya sebagai kenekatan) dalam bertingkah laku itu ya harus membaca opini ini pengurus BEM Unitel harusnya bisa lebih tahan. Toh kalian berani mengkritik pemerintah, masa enggan dikritik.


Kesadaran sebagai "Pemimpin" yang (Biasanya) Diteladani
Presiden mahasiswa itu sudah selayaknya akan diikuti perilaku dan pemikirannya oleh pengurus BEM lainnya, hingga mahasiswa pada umumnya. Dan apa yang dilakukannya mau tidak mau harus kita filter bahwa tingkah laku yang kemarin kurang layak untuk diteladani. Mengapa? Tanya saja akal dan nuranimu :D

Kesadaran tentang Risiko Negatif 
Untuk urusan kesadaran terhadap segala risiko negatif yang mungkin terjadi, ah entahlah saya jujur tidak mengerti. Berdasarkan pemberitaan di media massa serta media resmi BEM Unitel, tidak disinggung mengenai kesiapan BEM dalam mencegah maupun mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Apakah memang tingkah yang dilakukan kemarin sudah diyakini akan 100% sukses pun saya tidak bisa memastikan. Jika memang tidak ada rencana penanganan risiko negatif, maka jelas tindakan konyol, apalagi dilakukan di fasilitas umum. Jika memang punya rencana penanganan risiko negatif, sampaikanlah itu dengan gamblang. Jangan mau diperbudak nafsu ingin tampil keren. Jangan seenaknya memanfaatkan fasilitas publik dengan tingkah laku yang tidak paham risikonya.

Kita Bicara Efek
Selama ini demo (atau "aksi" dalam tanda kutip) identik dengan pertanyaan "efeknya apa?" Dan dari pengamatan saya (yang masih sempit dan nggak selebar anak-anak BEM sekarang), tingkah laku kemarin efeknya baru sebatas terpampang di media massa alias popularitas. Jika memang bermaksud menggugah kesadaran presiden, ya sungguh itu tingkah laku jauh dari tujuan. Efek yang didapat sejauh ini hanya berkutat pada ketenaran, jadi pembicaraan orang-orang, jadi trending topic di social media, dan hal-hal lain yang sifatnya teoritis. Apakah ada masyarakat yang memperoleh manfaat secara jelas. Saya butuh penjelasan yang masuk akal dari mereka.

Klaim Korban MediaIni memang faktor eksternal yang di luar wewenang BEM, termasuk presiden mahasiswanya. Hal yang klasik pula karena dari jaman 2008 (awal saya mengenal, mengamati, dan bergabung di BEM (selama 2 periode)) juga terjadi fenomena demikian. Namun pertanyaannya, apakah tidak ada pembelajaran untuk mengendalikan isu. Ketika sebuah pergerakan memasuki gelanggang sosial politik, maka harusnya sadar bahwa akan ada dukungan dan terkaman media massa. Media massa pun (maaf) tidak semua bersikap jujur dalam memberitakan kronologis di lapangan. Ke depannya, jika akan melakukan aksi (yang tentunya harus lebih mengutamakan nalar, kebermanfaatan, dan memberi solusi, ya intinya aksi yang lebih waras lah), maka siapkan juga strategi media yang lebih cerdas agar tidak cengeng menyalahkan media.

BEM nggak cuma demo kok, ada pengmasy jugaWell, kalau memang ada kegiatan pengabdian masyarakat (pengmasy), ya kenapa nggak optimalkan saja kegiatan pengmasy-nya sebagai pergerakan yang lebih memberi solusi. Janganlah kegiatan pengmasy hanya dijadikan sebagai "ajang pemutih reputasi" semata. Investasikan SDM yang dimiliki untuk kegiatan ini tentunya (dan harusnya) bisa lebih efektif dalam memberikan manfaat.

Respon "Ah kalian bisa kritik"
Lha terus harusnya kami (yang mengkritik kalian) bersikap apa? Tatkala kalian (baca: BEM) berani untuk menunaikan hak untuk mengekspresikan pendapat kalian, maka sudah pasti kalian pun wajib dan berani menerima konsekuensi untuk dikritisi mengenai esensi dan cara berpendapatnya kalian. Tapi silakan saja jika BEM masih menggerutu dan kecewa atas kritik kami, itu sudah mencerminkan kedewasaan kalian :)

Klaim Didukung Masyarakat
Pernyataan bahwa didukung masyarakat ini sangat menarik. Kenapa menarik? Karena cara merelasikan antara klaim bahwa "masyarakat mendukung opini presma tentang presiden RI menutup mata" disambungkan dengan tingkah laku mengendarai mobil sambil menutup mata. Sebuah pola pikir yang (menurut saya yang pikirannya nggak selebar anak-anak BEM saat ini) tidak berpikir sistematis. Mengapa tidak sistematis? Tidak perlu penjelasan panjang karena dua hal itu tidak nyambung gaess.

Semoga bsia lebih belajar tentang makna hidup yang penuh kontribusi

Interior An Nuur Kemendagri

 
Masjid ini anggun menawan walau memang tidak terlalu menarik eksteriornya. Tapi kalau udah "ngelinguk"di dalam, masya Allah sungguh memesona. Ini adalah tempat singgah paling menyejukkan hati setelah seharian mencari nafkah. Lokasinya pas deket Stasiun Juanda sehingga jika jalan kaki dari Wisma BSG nyampai di sini menjelang Maghrib. Dengan demikian, bisa lebih tenang menjalankan sholat Maghrib :)

Nggak bisa asal di-ive-kan atau di-if-kan

Ini cerita lama tentang mencari kata yang sesuai dengan KBBI (terus orang-orang biasanya langsung nimpuk saya kalau udah bawa-bawa KBBI). Saat itu saya mencoba menerjemahkan kata "inspiratif" di sebuah pernyataan visi suatu organisasi ke dalam Bahasa Inggris. Saya menerjemahkannya "inspirative", sebuah istilah yang menurut saya lazim dipergunakan. Tapi heran kenapa si Ms. Word-nya menggarisbawahi warna merah tulisan tersebut. Artinya kata "inspirative" nggak ada di KBBI-nya om-om dari Inggris. Waduh gimana nih? Masa iya. Setelah ngecek ternyata kata "inspiratif" yang selama ini sering kita pergunakan pun tidak ada di KBBI *jrenggg *suara saxophone

 Iya nggak tuh "inspiratif" di KBBI


"inspirative" juga tidak ada di KBBI om-om dari Inggris

Padahal dua kata itu lazim dipakai, khususnya untuk berfilosofi maupun dalam dunia periklanan. Agaknya memang sudah jadi kebiasaan kita untuk secara gampang menyatakan sebuah kata sifat dengan mengganti "-si" di belakang kata tersebut dengan "-if" atau "-ive" dalam Bahasa Inggrisnya. Sebagai contoh kita menyatakan sesuatu yang bersifat mendidik atau mengedukasi sebagai "edukatif", terminologi yang ternyata diakui di KBBI. edukatif sendiri bermakna "bersifat mendidik" dan "berkenaan dengan pendidikan". Tapi pola tersebut ternyata tidak berlaku untuk "solusi. "Solutif" sebagai representasi "solusi yang tepat" ternyata tidak ada di KBBI.


Kebetulan tidak ada rumus pasti mana kata benda yang bisa di-if-kan atau tidak bisa. Lebih jauh lagi, tidak semuanya bisa di-ive-kan. Sebagai contoh untuk kasus "inspiratif" (yang tidak ada di KBBI) yang diterjemahkan menjadi "inspirative", padahal "inspirative" juga tidak ada di KBBI-nya Inggris

// masih dan harus terus belajar Bahasa Indonesia

Buaya-Buaya itu Meranggas :(

Kemarau ini cukup  "keras", bahkan tanaman lidah biaya yang biasanya hijau berseru tampak muram kecoklatan. Padahal lidah biaya nggak terlalu membutuhkan banyak air. Agaknya kemarau panjang kali ini cukup telak mempengaruhi nutrisi dalam tubuh mereka sehingga mereka mal-gizi, khususnya zat air.


Disiram rutin sehari dua hari tidak cukup tampaknya, mereka perlu sokongan air rutin selama berhari-hari, bahkan perlu suplemen pupuk. Efek meranggasnya mereka sangat kentara dimana pada daun-daun yang ada di bawah, pucuknya mengeriting layu kering. Jika ujung kering ini dipatahkan, sangat mudah dan tidak ada lagi serat basah khas lidah buaya. Secara biologis ini adalah cara bertahan hidup dimana menonaktifkan organ tubuh (daun) akan membuat beban kerja tubuh yang harus disuplai gizi bisa berkurang.



Eh Ada yang Mampir

Pagi-pagi nyiram kebun rumah kayak ada yang aneh. Bingung ngelihat bentuk ayam yang berbeda, mungkin efek nggak pake kacamata. pas dideketin lho kok ternyata kelinci. Rasanya lucu pengin dicubit pipinya hehee. Nanya ke ayah ibu, ternyata itu ada kelinci nyasar terus clingak-clinguk bingung akhirnya diberi makanan (yang ternyata doi agak suka ama daun kacang).

Agak kasih ngelihat dia sendirian, apalagi di kebun isinya ayam yang berkelompok sesuai induk masing-masing. Si kelinci ngerasa jone gitu g y? Dideketin malu-malu gitu... Semoga pemiliknya bisa segera mengonfirmasi agar dia "senyum ceria" lagi. Btw, jadi pengin punya hewan peliharaan, tapi dengan rutinitas waktu yang menyiksa hmmm,

BTW, buat si kelinci, selamat menikmati udara sejuk di kebun rumah ini ya :)
*ya walau lagi kemarau gini T_T

Behind our Invitation

Alhamdulillah 5 bulan sejak sebuah hari yang bersejarah dalam hidup saya, dan juga seseorang bernama Prati Hutari Gani, yang sejak hari itu menjadi istri saya. Kali ini bermaksud narcis mengulas sedikit tentang undangan yang dirilis pada awal bulan Mei 2015 lalu. Undangan yang menjadi spesial karena merupakan penunaian kewajiban untuk menyampaikan ke publik agar tidak mengundang fitnah. Singkatnya, "ini adalah ungkapan syukur yang indah". Pertama tentang cover-nya

Penuh warna cerah
Secara pribadi saya sangat percaya bahwa warna merupakan daya tarik paling pertama untuk memancing orang agar mau melihat sebuah desain. Karena itulah cover ini cukup "ramai" dengan paduan warna yang cerah. Tentu warna ini sudah diujikan sebelumnya kesesuaiannya (tapi bukan diuji di I*B dan I*B lho ya). Lantas mengapa latar belakangnya putih? Selain faktor isu yang kabarnya kalau begron putih bisa lebih murah heheee, ada filosofinya lho, yaitu latar belakang kami yang sama-sama belajar tentang bagaimana hidup dari nol. Tapi yang jelas, ini tidak ada sangkut pautnya dengan rivalitas Barca vs Madrid (yang putih).

Ikonik sebagai representasi hobi
Entah bagaimana kronologisnya hingga saya akhirnya menerapkan gagasan ini. Yang pasti ini merupakan representasi dari apa yang jadi kesukaan kita masing-masing. Ada bersepeda (ya walau sepedanya ilang dua kali), coding (iya ngoding, kalian nggak salah baca), membaca buku (termasuk di dalamnya buku tentang Corporate IS karya Lynda Applegate dan buku PSSI-nya om Ward bareng om Peppard, anak MTI banget nih), fotografi (istri gw banget nih :D ), jalan-jalan, dll.

Sepasang jejak kaki
Ini merupakan perlambang dimulainya sebuah perjalanan baru oleh kami berdua selaku mempelai. Kebetulan warna yang dipakai adalah sebelah kanan ungu yang merupakan salah satu warna favorit saya serta pink "peachy" yang juga salah satu warna yang favorit istri saya.Jika lebih cermat, pada jejak kaki tersebut warna jejak ungu (saya) ada di depan serta kedua jejak kami diawali dengan sebelah kanan. I'm sure that you know I mean :D

Sebuah pesawat kertas
Kalau ditarik garis lurus dari sepasang jejak kaki tersebut, maka ada sebuah gambar pesawat kertas. kenapa harus yang pesawat kertas, nggak yang lain? Selain agar bentuk hatinya bisa pas, ini juga bermakna bahwa kami punya mimpi sederhana, yaitu ke surga bersama-sama dengan bahtera keluarga ini sebagai "kendaraan"-nya :D

Bentuk hati
Yang ini mau dijelasin juga? Agaknya sudah bisa dimengerti bentuk hati terasosiasikan dengan perasaan apa? Sebuah perasaan bahagia dan bersyukur akan karunia Allah SWT yang telah "meng-install-kan" kami rasa cinta sebagai modal untuk mewujudkan ke-mawadah-an.

Ini bagian dalamnya :D

Model metro/flat
Saat membuat undangan ini, saya sedang gandrung belajar desain flat dan metro. Karena itulah ada "jejak" belajar di dalam undangan ini. Selain itu, untuk urusan yang sangat teknis, yaitu penggunaan Ms. Powerpoint, model desain metro/flat cukup terakomodasi. Dan tak lupa "simpel" sudah terlanjur menjadi kebiasaan dalam membuat desain.

Warna kalem tapi cerah
Yang bagian ini lebih susah diatur terkait pemilihan warna karena banyak pesan berupa tulisan yang harus tetap nampak. Mengenai kenapa langit biru dan suasana gunung/bukitnya hijau ya nggak perlu dipaparkan. Ya OK mungkin ada yang nanya, bukannya sekarang banyak hutan gundul ya? Yang seperti itu di luar batasan masalah gaess.

Ada burungnya
Yang ini nggak ada alasan khusus, hanya sebagai pemanis biar nggak garing hehee. #krikk #malahngegaringcoba

Suasana siang hari
Karena akad dan resepsinya siang hari. Kalau nggak salah alasannya itu, tapi kalau acaranya malam tentu akan sulit juga mendesain undangan yang background-nya suasana malam tapi teuteup ceria.

Garis-garis
*thanks FUKI for all lesson about branding *here I implement :D





Agak Kecewa dengan Museum "Prasasti"

Museum ini saya temukan pekan lalu pada saat mencari toko kabel laptop. Entah bagaimana relasi antara kabel laptop dengan museum. Mungkin itu rahasia Allah #tsaah #kibasponi. Setelah tertunda karena beberapa hari ini waktu istirahat saya habiskan untuk fokus (maksudnya fokus makan), alhamdulillah kesampaian pula berkunjung. Namun dengan berat hati, saya agak kecewa
dengan sajian yang temukan di Museum ini.


Bisa dibilang konsep mengubah makam massal menjadi museum di tempat ini tidak rapi. Alasannya sederhana, pemilihan kata "prasasti" sebagai nama museum kurang sesuai karena 85% area adalah makam. Memang batu nisan makan tersebut adalah salah satu bentuk prasasti. Tapi jelas agak "mengecoh" bayangan orang-orang yang berasumsi akan ada berbagai bentuk prasasti dari berbagai wilayah di Indonesia yang kaya akan situs sejarah, baik asli maupun imitasi. Saya merasa perlu menelusuri apa sebab dari "gap" ini.

Sisi yang merupakan informasi baru di museum ini justru terletak pada sebuah rumah kecil yang memuat poster mengenai deskripsi lambang-lambang khas para keluarga bangsawan Belanda yang pernah menghuni pemerintahan Indonesia. Tapi cukup membingungkan saya untuk menemukan relasinya antara lambang tersebut dengan replika makam-makan legendaris khas tiap suku yang ada di dekatnya. Secara pribadi, saya sangat menyarankan agar museum ini lebih diperkaya koleksinya yang sesuai dengan namanya :D

Ada Apa Denmark ke sini?


Pemandangan Istana Presiden kemarin sore agak berbeda lantaran ornamen merah putih dipasang di gerbangnya. Awalnya, saya hanya mengira ini menjelang tanggal 28 Oktober alias Hari Sumpah Pemuda, tapi penasaran juga kenapa terlalu dini? Esoknya (maksudnya hari ini) akhirnya saya mengetahui bahwa ornamen merah putih itu dalam rangka penyambut kedatangan raja dan ratu dari Denmark. Hal ini ditunjukkan dengan pemasangan bendera Denmark di depan istana serta foto raja dan ratu Denmark bersebalahan dengan foto Presiden RI beserta istrinya di depan pintu Monumen Nasional. Selepas terjawab "kenapa ada suasana berbeda?", maka pertanyaan berikutnya "Ada apa Denmark ke sini?"



Relasi antara Indonesia dengan Denmark bisa dibilang sangat tidak akrab. (kalau tidak salah) Satu-satunya organisasi multilateral yang diikuti oleh Indonesia serta Denmark adalah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) beserta lembaga-lembaga turunannya. Jelas wajar karena secara geografis Indonesia terletak di Asia Tenggara dengan afiliasi geografis ASEAN dan APEC. Sedangkan Denmark sebagai negara Eropa Utara merupakan anggota dari Uni Eropa dan NATO. Sejarah pun menunjukkan bahwa tidak pernah ada pertarungan militer diantara Indonesia dengan Denmark, mungkin karena pada Perang Dunia II sama-sama berstatus negara jajahan (Jepang dan Jerman).

Tapi menariknya Indonesia dan Denmark memiliki relasi kuat untuk urusan "pertarungan" di dua aspek. Pertama tentu urusan teplok bulu angsa/bebek alias olahraga badminton. Denmark merupakan negara dengna basis badminton yang sangat kuat di Eropa, bahkan menandingi Inggris. Sementara itu Indonesia walau mengalami degradasi prestasi tetap berpredikat sebagai jajaran papan atas badminton di Asia. Sudah tidak terhitung Denmark berseteru dengan Indonesia dalam konteks turnamen badminton, baik series maupun premier. Kedua yang mungkin masih terkenang di benak kita adalah kontroversi karikatur Nabi Muhammad oleh salah satu media massa di Denmark. Tanpa berbasa-basi, negara Denmark menjadi sasaran hujatan umat muslim di dunia, termasuk Indonesia.

Di luar dua urusan itu, hubungan Denmark dengan Indonesia datar-datar saja, nggak romantis, nggak juga kronis. Malahan jika menyinggung urusan kerja sama pendidikan, maka sangat jarang dijumpai peluang beasiswa ke negeri Denmark dibandingkan Inggris, Jerman, hingga Belanda. Atau malah faktor "viking" sebagai koneksi antara Denmark dengan Indonesia (baca: fans Persib)?

Agaknya ada sesuatu pada Denmark yang patut dipelajari oleh Bangsa Indonesia, yaitu kualitas hidup. Berdasarkan data yang dirilis oleh survey Global Index, Denmark menempati negara paling damai nomor 2 setelah Selandia Baru. Tak hanya itu, kualitas hidup di negara itu juga tercermin dari peringkat nomor 2 sebagai negara paling tidak korup di dunia. Prestasi yang pertama jelas menggiurkan untuk dipelajari mengingat Indonesia memiliki indeks ketidakdamaian yang relatif tinggi, khususnya daerah kota. Bagaimana dengan prestasi nomor 2? Yeaaahhh, isu pengerdilan KPK menjadi indikasi bahwa ada dominasi budaya korupsi yang masih ingin dilestarikan. Agaknya menarik untuk mempelajari apakah "larinya" akan ke sana. Semoga

Invitation for Sekolah Ilmiah Pascasarjana


Invitation for Special Gathering


[Review] Kamen Rider Drive

Pertama mendengar bahwa nama kamen rider setelah Gaim adalah Drive, yang ada di benak saya "ini kan kamen 'rider', tapi kenapa yang bakal muncul 'driver'?". Pertanyaan lugu yang terlalu memikirkan bahasa. Namun pertanyaan berikutnya adalah "apakah akan ada lakon penuh intrik macam Gaim, Ryuki, dan Blade?" Hingga serial KR Drive tuntas, sebenarnya pertanyaan hanya pertanyaan pertama yang terjawab dimana Drive tidak mempergunakan motor. Untuk pertanyaan kedua, jujur tidak terjawab karena rivalitas antar-kamen rider tidak diumbar di sini layaknya tiga kamen rider di atas, fokus serial Drive ada pada kelembagaan polisi dalam menangani serangan bawah tanah ala Roidmude.

Protagonis yang naif tapi beranjak dewasa
Bisa dibilang, pakem protagonis yang lugu, bahkan naif kembali digusung di Drive. Sosok Tomari Shinnosuke yang perlalu polos, bahkan naif sangat mengingatkan kita pada karakter Kouta di Gaim dan Shinji di Ryuki. Dan seperti keduanya, Tomari perlahan menemukan makna pertempuran dengan tetap mempertahankan pendiriannya untuk berpikir positif.

Asisten/partner yang "virtual"
Pakem berupa adanya sosok asisten/partner virtual mulai muncul di Ryuki, dilanjutkan di Den-O, Kiva, hingga OOO. Menariknya, nuansa ilmiah kental berupa si asisten yang merupakan memori buatan dari sosok ilmuwan yang meninggal dunia. Kolaborasi dari Belt-san dengan Tomari merupakan paduan unik karena keduanya berbeda karakter, bahkan "umur" kedunya pun berjarak cukup jauh. Hanya saja tidak ada fragmen "mutung" alias ngambek antar-partner.

Sumber gambar: photobucket.com



Alur maju-mundur
Yang ini merupakan sisi positif Drive dimana sebagaimana layaknya polisi dan detektif yang berupaya mengungkap kasus dengan menarik kejadian ke masa lalu. Jelas tantangan yang sulit untuk menyajikannya. Tapi sejauh ini, adegan "maju-mundur" berlangsung dengan halus dan tidak membenturkan berbagai logika. Hanya saja, perlu mencerna ke beberapa logika untuk menemukan benang merah berbagai temuan di dalam penanganan kasus.

Teamwork dan DRP
Kamen rider kali ini punya tim sukses yang sangat profesional berupa sebuah divisi khusus di kepolisian Jepang. Dengan berbagai ketrampilan yang beragam, divisi ini mampu menjadi penyokong yang kece bagi pergerakan Drive beserta Mach dan Chaser. Dan sebagai alumni MTI-UI, saya sangat menyukai fragmen kehancuran markas divisi khusus. Alasannya sederhana, ternyata si kapten punya DRP alias Disaster Recovery Plan alias rencana (cadangan) terhadap kondisi darurat. Mungkin si kapten pernah mengambil kuliah Manajemen Risiko di MTI-UI juga hehee.

enlightment Bell

Siraman rohani di Jumat lalu tentang sholat berjamaah rasanya menyejukkan sekaligus menohok. Di situ, saya diajak lebih luas dalam berpikir tentang manfaat sholat berjamaah. Sesuatu yang melebihi dari hitung-hitungan 27 derajat. Sesuatu (lebih tepat disebut "dua suatu") itu tentang mendidik kedisiplinan dan menjaga kekhusyu'an.

Mendidik kedisiplinan
Tanpa banyak survey, sudah hampir dipastikan bahwa semangat menunaikan sholat akan makin keropos apabila kita semakin menundanya. Apalagi jika tidak menjumpai sholat berjamaah di masjid yang paling pertama. Maka di sinilah, kedisiplinan sebagai muslim diuji.

Menjaga kekhusyu'an
Dengan irama yang lazimnya lebih teratur serta rapatnya barisan shaf, maka kekhusyu'an kita akan lebih terjaga dengan mengikuti sholat berjamaah. Boleh jadi kita lebih mudah terombang-ambing dalam berbagai "screensaver" berupa lamunan ini itu saat sholat sendiri, apalagi jika kita iramanya (maaf) begajulan. Karena itulah sholat berjamaah akan memberi manfaat.

Pelangiku Srina - /rif

// lirik ini sebenarnya tentang porak-porandanya alam, tapi kali ini saya belokkan sebagai kiasan atas sebuah harmoni yang sedang diuji :)

Sini nak kudendangkan tentang pelangi
Yang cuma bisa kau lihat di televisi
Karena langitku tak cerah lagi
terkontaminasi racun emisi

Sini nak ku kisahkan
o tentang hutan
Yang kini semua hanyalah tinggal cerita
"Dipunahkan" para durjana
Melahirkan malapetaka

Pelangiku sirna
Hutanku nelangsa
Karena efek rumah kaca
Diabaikan para penguasa

Ngiler sih, buat Motivasi juga

Berikut ini beberapa cuplikan isi dari buku "msiterius" tersebut.
The following statements should help you determine whether a doctorate is the right thing for you. Anyone who wants to do a doctorate ought to be able to agree with most of these statements:
  • Doing research is fun.
  • I enjoy becoming absorbed in a specific subject. 
  • I am prepared to concentrate on a doctoral thesis for three to five years. 
  • I am capable of laying down work plans for myself and consistently adhering to them. 
  • I have no problem with working on my own. 
  • I know I can overcome periods of low motivation. 
  • I can well imagine working in research at some point in the future.

TTIPS FOR YOUR APPLICATION 
  • Invest a lot of time and work in your search for the right programme or the right supervisor. 
  • Choose your thesis topic in a way that fits in with the programme or the academ­ ic orientation of your super­ visor. Graduate schools are more broadly based in terms of subject matter and work in an interdisciplinary way. Nevertheless, your thesis must fit in with their specific fields of research. 
  • Make your motivation clear! It is important to clearly show where your interest lies in your very first contact. 
  • Show that you are well­ informed: you know the requirements for a doctorate in Germany. 
  • Demonstrate your interest: you know the doctoral pro­ gramme or the potential supervisor’s research field and you know what to expect 

SEVEN STEPS TO BECOMING A DOCTORAL CANDIDATE
  1. Outstanding degree 
  2. Have your degree recognised in Germany 
  3. Find a supervisor or apply to a doctoral programme/graduate school 
  4. If necessary, apply for admission to study at university 
  5. If necessary, enrol as doctoral student 
  6. If necessary, apply for acceptance as doctoral candidate in department 
  7. If necessary, apply for admission to doctoral degree examination process (at some universities this is only required later)

Silakan membaca selengkapnya di  https://www.daad.de/medien/der-daad/medien-publikationen/publikationen-pdfs/rig_german_doctorate.pdf

Cinta Sebening Embun - Ebiet GA

// padahal usia masih "belia" tapi mengapa selera musiknya ya gitu #ahsudahlah
// alasan lagi seneng lagi ini hanya satu : ini lagu tipe balada

Pernahkan kau coba menerka
Apa yang tersembunyi di sudut hati
Derita di mata, derita dalam jiwa
Kenapa tak engkau pedulikan

Sepasang kepodang terbang melambung
Menukik di bawah seberkas pelangi
Gelora cinta gelora dalam dada
Kenapa tak pernah engkau hiraukan

Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu saling membuka diri
Sejauh batas pengertian, pintu pun tersibak
Cinta mengalir sebening embun

Kasihpun mulai deras mengalir
Cemerlang sebening embun
 Pernahkan kau coba membaca

Sorot mata dalam menyimpan rindu
Sejuta impian, sejuta harapan
Kenapa mesti kau abaikan

Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu saling membuka diri
Sejauh batas pengertian, pintu pun tersibak
Cinta mengalir sebening embun
Kasihpun mulai deras mengalir
Cemerlang sebening embun

Persib v SriwijayaFC: antara final dan reuni mantan

Orang lebih banyak membahas "berani banget finalnya di Jakarta". Ya tahulah rivalitas Viking vs The Jack yang justru lebih meletup dan menyingkirkan rivalitas keduanya dengan Kampak, Bonek, hingga Aremania. Tapi bagi saya secara pribadi. Final ini memiliki makna yang melebihi itu. Barangkali faktor sebagai fans Sriwijaya FC menjadi pengalih saya dalam mengamati situasi tersebut. Ini tentang mantan #ciee

 Skuad SFC saat menjuarai ISL 2012

Skuat Persib saat menjuarai ISL 2014

Jika melirik dua foto di atas, ada beberapa wajah yang kembar, bukan kembar, tapi memang itu orang yang sama. Sosok Firman Utina, M. Ridwan, dan Supardi mewakili "mesrah"-nya Persib dan Sriwijaya untuk bertukar pemain. Sedari dulu kedua tim ini memang kerap menyediakan jembatan bagi pemain-pemainnya untuk pindah. Bahkan di foto SFC di atas, ada sosok Nova Arianto dan Siswanto yang baru saja hengkang dari Persib. Di musim berikutnya sosok Dzumafo di Persib dan Hilton Moreira di SFC "dibarter" tanpa alasan yang jelas. Awal musim ini, publik dihebohkan hengkangnya Ferdinand Sinaga dari Persib ke SFC. Tapi jika boleh jujur, romantisme alumni Sriwijaya FC di kubu Persib jauh lebih kental. Perlahan tapi pasti, sosok Tony Sucipto, Achmad Jufriyanto, Tantan, dan Abdul Rachman melengkapi keberadaan trio Firman-Ridwan-Supardi. Di kubu SFC saat ini alumni Persib hanya ada pada diri Asri Akbar dan Wildansyah.

Keduanya memiliki era kejayaan tersendiri. Persib mewakili era perserikatan, sedangkan Sriwijaya mewakili tim hijrah. Persib kini menjadi raja terkini tanah air lewat torehan ISL 2014, sedangkan Sriwijaya menjelma sebagai tim kuda hitam.

Me-Minang Silaturahim [3]

Keberadaan saya dan istri saya (dua paling kiri pembaca) bukan berarti kami menikah lagi lantaran faktor talak (naudzubillah). Bukan pula menjadi stunt-men di sebuah acara resepsi pernikahan. Melainkan transformasi dari "tamu" menjadi "bagian" dari masyarakat Minang secara perlahan. Kebetulan istri saya ibunya adalah suku Minang sehingga nuansa Minang kental pada dirinya di samping budaya suku Aceh dari ayahnya (dan kini keduanya merupakan orang tua saya juga).

Jadi begini gaes *gaya pak BR
Pada hari itu yang melangsungkan akad adalah Ni Vina beserta suaminya, Da Dodi (tiga dan empat dari kiri pembaca). Nah, acara hari itu juga bertepatan dengan "Ciek naik Ciek turun" dimana Bang Aris beserta istrinya, Ni Rikha (nomor 4 dan 3 dari kanan pembaca), kebetulan persis sepekan dari akad mereka berdua. Istilahnya sekaligus "unduh mantu" (istilah yang memancing naluri anak informatika banget nih). Yang paling kanan adalah Bang Didi beserta istri yang sudah menikah beberapa tahun lalu, namun resepsi pasca-akad saat itu hanya dalam versi Sunda, belum dilangsungkan versi Minangnya.

begitulah luar biasa khasanah budaya Bangsa Indonesia

Target Menulis Berikutnya

Menulis merupakan hobi yang menyenangkan. Itulah mengapa aku menikmati segala petualangan di KIR, Pramuka SMA (sebagai Kerani Putera), di PDKT 2009 (sebagai EAT), di HMIF 2011 (sebagai Sekum), di SNATi+KNSI+KNK+IISF (sebagai penulis paper), hingga di Indonesia Kreatif (nulis codingan ama doktek dan sejenisnya) dan sekarang sebagai analis regulasi PKI (Public Key Infrastructure) dan CA (Certification Authority) di Kemkominfo. Alhamdulillah Allah memberikan ujian manis berupa dua predikat positif di ICACSIS 2015. Insya Allah saya masih belum berkeinginan untuk berhenti dari dunia mengetik. Ada beberapa "lapak" untuk menulis berikutnya. Bagi orang lain, mungkin ini terkesan ambisius, tapi bagi saya pribadi, ini adalah kesenangan yang kerap diistilahkan sebagai "passion".

Jurnal (Periodik) Internasional

ICoICT 2016
Tahun lalu karena faktor finansial dan ide yang kurang memenuhi maka saya mengurungkan niat untuk ikut. Apalagi tanggal pelaksanaannya bersebelahan dengan akad dan resepsi pernikahan di Aceh. Insya Allah saya meniatkan diri untuk berpartisipasi menulis di sini. Bismillah

Selasar.com
Di sini, banyak ide-ide segar yang sangat terbuka segmennya. Pertama kali lihat web ini, saya langsung suka dengan satu alasan, "tampilannya simpel, hehee". Banyak alumni dan civitas akademika UI yang berkecimpung aktif menulis di sini. Dan saya turut "terprovokasi" untuk ikut menulis di sini. Bismillah

World Economic Forum
Awal saya menemukan web ini adalah ketika membuat konten untuk gov.indonesiakreatif.net (sekarang program.indonesiakreatif.net). Walau konteks utamanya ekonomi, namun banyak aspek-aspek non-ekonomi yang jgua disinggung di sini, termasuk TIK. Kualitas artikel riset di sini masya Allah keceee banget. Bismillah

Bienvenu Islande, Albanie, Irlande du Nord, Pays de Galles, Slovaquie, Autriche

Seluruh laga kualifikasi Piala Eropa 2016 telah dituntaskan. Kejutan terbesar yang terjadi sudah jelas. Tidak ada si Oranye, Belanda, di Euro 2016 tahun depan. Kejutan yang keterlaluan karena dari 6 peserta di grup tersebut, ada tiket otomatis dan 1 tiket play-off. Di luar itu semua, 5+1 negara akan memulai debutnya di turnamen ini. Siapa saja mereka?
Islandia
Ini dia negara yang menggasak keperkasaan Ceko, Turki, dan tentunya Belanda. Sukar dipercaya memang, namun negara yang paling terpencil lokasinya dari Eropa daratan ini menjadi negara pertama yang harus "googling" hotel di Prancis.

 Selebrasi timnas Islandia (sumber: indianexpress.com)
Albania
Negara ini memantik perhatian dunia lewat kerusuhan antarpemainnya dengan Serbia. Memang harus diakui bahwa konflik negara pecahan Yugoslavia masih membara. Tapi selepas laga itu, Albania membuat Denmark dan Portugal was-was.
Selebrasi timnas Albania (sumber: www.foxsports.com)

Irlandia Utara
Bukan sosok George Best yang membawa lolos Irlandia Utara ke putaran final Piala Eropa. Melainkan kolektivitas antarpemain yang jujur tidak ada yang saya ketahui siapa pemainnya saat ini. Sebagai info, Irlandia mencetak sejarah dengan sangat manis. Mereka menjadi juara grup dengan status sebagai tim dari Pot 5 alias tidak diunggulkan. Woww

Selebrasi timnas Irlandia Utara (sumber: www.mirror.co.uk)

Wales
Lolosnya Wales (dan Irlandia Utara) tentu membuat berang Skotlandia, negara asal Britania Raya satu-satunya yang gagal lolos ke Prancis 2016. Harus diakui bahwa saat ini adalah momen bangkitnya Wales pasca-era Ryan Giggs dengan aktor utamanya Gareth Bale. Bahkan Wales menempati pot unggulan atas di undian Kualifikasi Piala Dunia 2018.
 Selebrasi timnas Wales (sumber: bbc.co.uk)

Slovakia
Sejak "cerai" dari Ceko dalam Ceskoslovakia, negara ini konsisten alfa dari putaran final Piala Eropa. Ini adalah pertama kalinya mereka lolos. Menarik untuk dinantikan, apakah mereka akan membuat kejutan seperti saat menjungkalkan Italia di Piala Dunia 2010.

 Selebrasi timnas Slovakia (sumber: gettyimages.com)


Austria
Mungkin negara yang satu ini tidak murni lolos sebagai debutan karena ini adalah kiprah kedua mereka di Piala Eropa. Tapi mengingat status saat Euro 2008 adalah tuan rumah, maka kelolosan kali ini jelas sangat bersejarah. Austria (bersama Swiss) mencatat prestasi buruk berupa tuan rumah pertama yang gagal lolos grup di putaran final. Kita lihat sejauh mana mereka menebus dosa itu.

Selebrasi timnas Austria (sumber: www.mid-day.com)

Ngomong-ngomong, kualifikasi kali ini memang penuh kejutan. Dari 6 pot yang menjadi kelas pembeda kualitas. Ada 1 negara yang lolos dari pot 4, yaitu Wales. Sementara itu ada 3 negara yang lolos dari pot 5, yaitu Wales, Albania, dan Islandia. Kejutan yang gurih karena negara di pot 1 sudah beberapa tumbang, yaitu Belanda dan Yunani. Kini tinggal ada empat tiket tersisa yang diperebutkan oleh 8 negara, yaitu Bosnia and Herzegovina, Ukraina, Irlandia, Slovenia, Hungaria, Swedia, Norwegia, dan Denmark. Dari kedelapan negara itu, hanya Bosnia and Herzegovina yang belum pernah tampil di panggung final Piala Eropa, apakah mereka akan mengikuti jejak 5+1 negara debutan di atas?

Haji ya? Hmmm

Haji tahun ini barangkali akan dikenang oleh muslim sedunia. Jelas faktor insiden di Mina menjadi peringatan jelas bagaimana "raport merah" tentang pelaksanaan ibadah haji, walau hingga saat ini belum pasti pangkal masalahnya dimana. Terlepas dari khusnudzon bahwa jemaah yang wafat di tanah suci patut disebut sebagai syahid, insiden itu menandakan bahwa banyak yang patut dibenahi. Ok... Ulasan tntang haji itu tidak saya perpanjang lagi.

Saya lebih ingin merenungi makna haji yang notabene rukun Islam kelima. Rukun yang persiapannya bukan sekedar satu jam dua jam. Bahkan jika puasa persiapannya sebulan sebelumnya, mak ibadah haji perlu bertahun-tahun. Beberapa hari lalu di BIM, saya berpapasan dengan rombongan haji yang baru pulang. Dari penampilan estimasi saya usia mereka 50 tahun ke atas. Ya, di Indonesia sangat jarang menemukan jemaah haji dengan usia kurang dari 50 tahun.

Sempat saya 'menguping' sebuah pengajian di Pusdai bahwa haji dipersiapkan dari 3 hal: kemauan (komitmen), kemampuan (finansial), dan kesempatan (waktu). Akar utamanya adalah komitmen memang, tapi bicara kenyataan, situasi berupa nominal tabungan dan kesibukan karir kerap menggoyahkan komitmen.

Kita tak pernah tahu apakah usia kita mencapai 50 tahun tidak (usia lazimnya orang berhaji).

Bismillah mulai hari ini kita persiapkan tiga hal tersebut. Bahkan di sebuah sholat Jumat, khotibnya berpesan bahwa agar semangat berhaji itu terjaga, dari sekarang kita harus mulai perbanyak membaca literatur dan cerita tentang haji. Jangan menunggu kepastian tahunnya.

Bismillah

Me-Minang Silatirahim [2]

Ini adalah Kota Padang dan juga Kota Padang Panjang. Dua kota yang aku lalui bersama istriku tercinta #ihirrr. Dua kota yang mewakili Sumatera Barat, provinsi k-14 yang aku singgahi di bumi Indonesia.Selama ini aku hanya membaca koran, mencerna internet, hingga menikmati pentas budaya Minang yang berasal dari provinsi ini. Alhamdulillah Allah memberi kesempatan berkunjung ke provinsi ini. Provinsi yang konon bersama Aceh dan Kalimantan Selatan disebut sebagai trio provinsi yang bercita rasa Islami.

Jangan tanya tentang keramaian kota karena saya di sini fokus untuk tujuan utama yaitu menikmati silaturahim keluarga. Kebetulan walau berlokasi di Kota Padang, namun wilayahnya sangat hijau khas desa, baik perbukitan maupun pantai. Intinya saya sangat nyaman dengan ketenangan nan keramahan di sini :)


ICACSIS 2015 #alhamdulillah

Me-Minang Silaturahim [1]

 
Tidak biasanya saya mengajak berfoto di spot "selamat datang" seperti itu. Tapi karena ini adalah pengalaman istimewa dengan sosok istimewa maka hayukklah foto. Kebetulan juga warnanya paaaasss banget ama kostum kita. Btw, kostum kita selaras banget ya, padahal itu nggak pake direncanakan lho hihihiii

Ngintip Jerman dari Jakarta

Mendadak nemu pameran menarik di Museum Nasional, samping kantor Kemkominfo, Jakarta Pusat. Pameran kali ini mengajak untuk mengintip negara Jerman, khususnya dari sisi Sains dan Edukasi. Maka jangan berharap menemukan lowongan kerja, apalagi beli jersey Borussia Dortmund, Schalke04, ataupun Bayern Muenchen. Tapi bagi yang ingin tahu sejauh ini koneksi antara dunia riset dengan dunia industri, nah ini tempat yang sangat tepat untuk dikunjungi. memang ukuran ruangan pamerannya terlalu kecil, tapi nggak menurunkan animo untuk menjelajahinya.

Euro 2020 dengan Tuan Rumah "Keroyokan"

Lazimnya sebuah turnamen antarnegara diselenggarakan di sebuah negara saja dengan pertimbangan waktu akses yang mengarah kepada kemudahan peserta turnamen dan tentunya kepanitiaan. Karena itulah, dalam sejarahnya sangat jarang ditemukan dua negara atau lebih berkolaborasi menggelar turnamen antarnegara. Bahkan untuk turnamen semacam SEA Games, Asian Games, hingga Olimpiade hanya ada satu kota yang ditunjuk sebagai tuan rumah. Tapi memang di kemudian hari ada beberapa kota penyokongnya.

Kemunculan tuan rumah hasil kolaborasi barangkali digagas pertama kali oleh UEFA dengan menunjuk duo Belanda dan Belgia sebagai tuan rumah Euro 2000. Faktor kemiripan budaya menjadikan keduanya tidak terlalu sulit menggelar turnamen tersebut, bahkan memancing UEFA dan organisasi lainnya menggelar turnamen di beberapa negara bersamaan. Malahan, UEFA kecanduan ide kolaborasi dengan menunjuk Austria dan Swiss serta Ukraina dan Polandia sebagai tuan rumah Euro 2008 serta Euro 2012. CAF alias UEFA-nya Afrika pun pada tahun 2000 pun turut menunjuk Nigeria dan Ghana sebagai tuan rumah diikuti tahun 2012 yang dihelat di Gabon dan Guinea Ekuitorial. Bagaimana dengan AFC? Lebih gila malah dengan menunjuk empat negara sekaligus sebagai tuan rumah Piala Asia 2007, yaitu Indonesia, Vietnam, Malaysia, dan Thailand. Comnebol, Concacaf, dan OFC sejauh ini belum menunjukkan gelagat penunjukan resmi tuan rumah bersama.

Yang lolos sebagai tuan rumah adalah warna hijau, abu-abu gelap, dan kuning. Sumber gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/UEFA_Euro_2020#Venues



Lagi-lagi harus diakui bahwa Eropa, lewat UEFA, masih jadi kiblat dalam urusan inovasi kebijakan persepakbolaan. Tak puas menghelat turnamen di dua negara. UEFA untuk tuan rumah EURO 2020 menunjuk 13 kota mewakili 13 negara sebagai tuan rumah "keroyokan" di Euro edisi 60 tahunnya Piala Eropa. Kota-kota itu adalah Bilbao (Spanyol), Roma (Italia), Muenchen (Jerman), Brussels (Belgia), Amsterdam (Belanda), Glasgow (Skotlandia), Dublin (Irlandia), Kopenhagen (Denmark), St. Petersburg (Rusia), Budapest (Hungaria), Bukarest (Rumania), Baku (Kazakhstan), serta London (Inggris). Kebijakan yang tentu sangat unik karena sebagai pembelajaran bahwa 4 negara tuan rumah Piala Asia 2007 mengalami masalah dari sisi kerapian administrasi dikarenakan budaya negara yang sangat berbeda serta akses transportasi yang tidak terlalu mudah. Kebijakan ini juga diprotes keras oleh Turki, negara yang gagal terpilih sebagai tuan rumah di Euro 2020, 2016, 2012, dan Euro 2008. Kasus kegagalan menjadi tuan rumah di Euro 2020 malah lebih menyesakkan karena mereka tadinya calon tunggal sebelum mendadak muncul ide "keroyokan" yang jelas diminati banyak negara. Buntutnya, Turki bahkan enggan mengajukan kotanya sebagai tuan rumah keroyokan tersebut. Padahal negara sekecil Makedonia, Israel, Belarusia, hingga Wales pun turut mendaftarkan diri walau akhirnya berguguran.

Terlepas dari kontroversi itu, ide ini memang harus dibilang "brilian". Betapa tidak, dengan selisih kekuatan infrastruktur negara yang ada, negara macam Hungaria, Rumania, bahkan Azerbaijan jelas peluangnya kecil untuk terpilih menjadi tuan rumah Euro. Memang politik pemerataan ala Platini sangat menundang simpatik. Bagaimana dengan Prancis, Portugal, hingga Swiss yang punya infrastruktur bagus tapi tidak ikut andil? Faktor sebagai penyelenggara dari kurun 2004 menjadi alasan mereka harus menepi. Dan jangan lupakan faktor ekosistem ala Uni Eropa yang lebih solid daripada ikatan ASEAN. Faktor ini agaknya mendorong UEFA lebih berani walaupun pengalaman 4 negara ala AFC jelas pantang dikesampingkan begitu saja.

Tanda Tangan Elektronik, Belajar tentang ini Yukk

Tanda Tangan Elektronik (TTE) bagi sebagian orang dianggap sebagai tanda tangan manual yang di-scan atau dipotret. Biasanya dalam kepanitiaan mahasiswa, hal ini kerap dilakukan. Udah gitu si mas-mas di Bagian Kemahasiswaan bilang "oh tanda tangannya scannerannya ya? Kalau gitu ntar uang yang cair scannan juga ya? #eaaa

Berikut beberapa definisi tentang TTE dari tiga pihak

  • “Electronic  signature”  means  data  in  electronic  form  in,  affixed to or logically associated with, a data message, which may be used to identify  the  signatory  in  relation  to  the  data  message  and  to  indicate  the  signatory’s  approval  of  the  information  contained  in  the  data  message; [UNCITRAL  Model  Law  on  Electronic  Signatures (2001)]
  • The term "digital signature" means a piece of information in digital form affixed on, or logically combined to, an electronic message in order to identify the signer and verify that the electronic message has been signed by that signer; (Korea's Digital Signature Act)
  • Tanda  Tangan  Elektronik  adalah  tanda  tangan  yang  terdiri  atas  Informasi  Elektronik  yang dilekatkan,  terasosiasi  atau  terkait  dengan  Informasi  Elektronik  lainnya  yang  digunakan  sebagai alat verifikasi dan autentikasi. (UU Nomor 11 Tahun 2008 di NKRI)
Apakah seperti itu TTE yang dimaksud?
(Sumber foto: http://www.makemac.com/)

Ini Skema TTE dengan mempergunakan konsep hierarki Public Key Infrastructure

Insya Allah karena sudah diamanatkan via Undang-Undang ITE dan juga PP 82/2012, maka sudah barang tentu TTE menjadi target pengembangan infrastruktur TIK di Indonesia.

Let's Rock via "Salam Hangat"

Fight in Full TopGear

   
Awal pekan yang cerah dimana target drafting regulasi mengenai TTE masih dikebut. Bismillah, insya Allah ada manfaat dari sisi pembelajaran maupun sisi nasionalisme dan tentunya sisi manusia TIK. Semoga pekan ini bisa "top gear", ya walaupun Kamen Rider Drive udah keburu tamat hehe..