Hikmah dan Bulan Ramadhan

Sedikit rangkuman dari Kajian Tauhid di Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jakarta Pusat pada Senin, 23 Mei 2016

Persepsi melihat Ramadhan dapat diwujudkan dalam wujud mengharap keridhoan Allah SWT. Ramadhan juga akan dilihat sebagai hal menyenangkan, tentu hal ini erat keitannya dengan pemahaman terhadap hikmah yang ada selama bulan Ramadhan.

Puasa sebagai ibadah yang diwajibkan dalam bulan Ramadhan memiliki tujuan taqwa. Tujuan taqwa ini berkaitan dengan sikap patuh dan pasrah terhadap Allah SWT sebagai penilai amalan kita dalam berpuasa. Maka, sejatinya puasa akan menjadi ujian dalam konteks hubungan individu langsung kepada Allah SWT, ujian juga makna keikhlasan dan niat. Artinya pula puasa menjadi ujian kita unuk membuktikan konsistensi niat ibadah kita.

Berkaitan dengan niat, diingatkan tentang karakter gemar dipuji dan dinilai orang yang kerap menjangkiti manusia, termasuk yang "difasilitasi" oleh social media. Padahal perilaku tersebut akan mengantarkan kita menjadi munafik, hilangnya kemampuan jujur dalam berintrospeksi, hingga pada akhirnya kita tidak mengenali identitas diri kita sendiri. Maka mulailah untuk lebih mengendalikan diri dalam bermedia sosial, jadikanlah momen Ramadhan ini sebagai latihannya.

2ndDay ICoICT2016

Gala(u) Dinner ICoICT huhuhuuu

1stDay ICoICT 2016

Aira "lho kok pipo mimo foto-foto tapi aku nggak diajak"

In this case, i don't care number or other statistic

Tentang pernikahan yang alhamdulillah memasuki usia setahun
Aku bersyukur walau sadar kekuranganku takkan terukur
Bukan saking sedikit tapi terlampau sering tersaji

Aku makin menyadari betapa niat ibadah dalam memutuskan pernikahan
Adalah harga mati yang menempatkan untuk tidak tawar-menawar bila terdepak ego antarindividu
Penghubung kesamaan cara pandang yang muaranya masih seragam
Yakni firdaus-Nya

Aku ragu jika menghirup berbagai angka-angka yang meliputi pernikahan ini
Durasi dalam bertegur sapa
Anggaran untuk saling berkado
Atau bahkan statiatik sentiment analysis seputar positif negatifnya isi pernikahan ini

Walau orang eksak yang gemar melirik contekan statistik dalam menganalisia, tapi bagiku statistik bukan acuan dalam pernikahan ini.
Tentu kecuali ranah akuntansi neraca rumah tangga
Di luar itu, aku lebih nyaman membaktikan ibadah ini tanpa menengok sudah memberi apa saja, sudah menerima apa saja

Cukuplah introspeksi diri
Bermawas diri dalam tuntunan Illahi
Bekalilah masa depan nanti
Dengan visi menuju surga berbagi

Pengingat akan Maha Mendengar

Sedikit rangkuman dari kajian tauhid di DT Jakarta dua pekan lalu (10/5) tentang sifat Allah Yang Maha Mendengar.

Sesi Pertama oleh Ust. Sanusi tentang persiapan menuju Ramadhan. Di kesempatan ini beliau mengulas tentang hal-hal yang perlu kita renungkan dalam menyambut bulan Ramadhan, tentunya agar pasca-Ramadhan nanti, kita menjadi muslim yang meningkat derajatnya, bukan sekedar rutinitas berpuasa yang menahan lapar. Beliau menyinggung sedikit asal usul kosakata "kutiba" sebagai bentuk pewajiban di Al Baqoroh yang ternyata disebutkan sebanyak tiga kali dengan persinggungan pada perang, qishosh, dan puasa, dan kita tahu ketiga-tiganya adalah hal yang sangat berat. Aktivitas yang dianjurkan dalam Ramadhan adalah membaca Al Qur'an sebagai dicontohkan oleh para ulama besar.

Di akhir sesi ini beliau mengingatkan bahwa Ramadhan bukan sekedar menahan makan dan minum, namun juga menjaga diri dari makanan yang haram. Tak lupa diingatkan pula, hakikat hidup di dunia ini adalah untuk memperbesarkan asma Allah.

Sesi kedua oleh K.H. Abdullah Gymnastiar menjadi titik renungan bagi kita untuk lebih menginstropeksi diri. Introspeksi di sini bermakna tidak ada satu pun keluputan Allah SWT dalam melihat, mendengar, dan mengetahui apa-apa pada makhluk-Nya. Dengan sadar bahwa apa yang kita ucapkan sudah pasti didengar Allah, maka bicaralah yang disukai Allah. Kita juga patut menjaga bicara kita dari pergeseran niat menuju ujub, riya, namimah, hasud, fitnah, ghibah, dkk-nya.

Diingatkan oleh beliau bahwa ada dua organ yang berperan besar menentukan surga atau nerakanya kita, yaitu mulut dan qubul. Maka kita perlu menimbang dengan cermat ucapan kita. Pertama kita perlu berpikir apakah yang akan disampaikan ituenting, lalu rasakan apa sebenarnya niat kita ingin menyampaikannya, barulah kita bicara.

Lantas bagaimana dengan mengeluh? Ternyata keluhan tidak memberi solusi. Jika ada ketidaknyamanan pada batin kita sehingga ucapan kita tidak layak, maka berdzikirlah dan sholatlah. Bahkan kita perlu menyadari yang menyebabkan perubahan bukan karena ucapan kita, melainkan izin Allah yang membukakan hati. Maka pantangkanlah diri sombong karena Allah-lah yang membolak-balikkan hati pendengar kata-kata kita.

Makin "Sangar" Pemirsahhh

Roadshow belum berakhir. Bahkan menanjak dari sisi pemikiran. Makin sangarrr juga karena tuntutan untuk menghasilkan sesuatu yang produktif. Tak hanya produktif, bahkan memberi solusi. Benang kusut berupa "bagiku SI/TI-ku, bagimu SI/TI-mu" perlu segera dibenahi.
Yuk berpikir optimis bahwa kita bisa.

28arcelona Campeones

Juara Copa del Rey 1998 s.d. 2003: FC Barcelona, Valencia CF, RCD Espanyol, Real Zaragoza, Deportivo la Coruna, dan Real Mallorca

Juara Copa del Rey 2004 s.d. 2009: Real Zaragoza, Real Betis, RCD Espanyol, Sevilla FC, Valencia CF, dan FC Barcelona

Juara Copa del Rey 2010 s.d. 2015: Sevilla FC, Real Madrid, FC Barcelona, Atletico Madrid, Real Madrid, dan FC Barcelona
Persamaan dari para juara dari rentang 1998 tersebut adalah kegagalan yang konsisten dari para juara bertahan Copa del Rey. Tiap juara bertahan selalu bisa digulingkan di tahun berikutnya. Well, setelah 18 trofi Copa del Rey mengalami nomaden, FC Barcelona berhasil memajang trofi ini secara beruntun di etalase sebagai juara bertahan. Ya, FC Barcelona adalah klub pertama sejak 1998 yang mampu menjuarai turnamen ini secara beruntun.

Juara Copa del Rey 2016 (sumber: twitter.com)



Views from Sukamulya This Night

Grand-parade e-Business

Best Jersey(s) in Euro 2016


Spanyol away, desain flat berupa corak segitiga berserakan di bagian depan memberi kesan bahwa kaos ini sangat santai. Tidak sulit menyamarkan kaos ini untuk kebutuhan di ouar olah raga karena jauh dari  kakunya jersey bola.

Swedia away, desain flat yang menggebrak tradisi warna biru vs kuning. Di sini Swedia mengumbar evolusi warna biru ke arah kelabu. Sintas memang agak gelap, tapi di sisi memberi kesan kalem. Ditambah paduan warna inilah yang membuat logo federasi mereka menjadi mencolok dan benderang,

Rusia away, memang desainnya hanya mengandalkan bayangan logo burung berkepala dua khas Rusia. Tapi justru itulah mengapa jersey ini memiliki potensi untuk membangkitkan nasionalisme para pemain.

Prancis home, desainnya sederhana namun sudah cukup mendeskripsikan makna julukan Les Blues. Ditambah logo yang monokrom menjadi orang hany fokus pada dua hal, yaitu warna biru dan logo khas ayam jantan dari Prancia.

Kroasia away, bukan pertama kali negara ini menjajal warna biru. Tapi belum pernah mereka memainkan warna biru plus biru tua sebagai bayangan pengganti kotak-kotak merah-putih. Eh revisi, bukan kotak, tapi belah ketupat. Sungguh desain yang menarik.

Kroasia home, ya, mereka masih konsisten dengan motif merah-putih khas negeri ini. Hanya saja mereka berani memberi efek diagonal yang membuat daya tariknya lebih menyala dan membuat orang akan pusing untuk tidak memilikinya.

Belgia home, sebetulnya model jersey yang dibagi warnanya pada dada sudah jarang. Tapi Belgia cerdik untuk menggusungnya dengan warna yang menjurung ke bendera mereka, yaitu hitam dan merah. Lha warna kuning? Mereka memanfaatkannya pada tulisan, logo brand, dan juga aksen di samping perut. Barangkali kelemahan mereka satu, yaitu bentuk pemisah warna yang datar horison, barangkali jika diagonal atau bertekuk akan lebih menarik.

Irlandia home, setia dengan warna hijau yang jika diamati seksama akan tampak belang hijau lebih muda di bagian perut hingga bahu. Desain jersey ini tampak rapi dengan pilihan kerah yang maskulin dengan warna oranye yang ngejreng. Kreasi yang meeakili identitas bendera Irlandia.

Jerman away, ah desain satu ini membuat orang sulit menyebutnya jelek. Alasannya sederhana, belang-belang hitam-kelabu dilengkapi pemanis waena hijau oucat pada lengan. Paduan warna yang kalem namun nyaman dipandang.

Italia away, seperti biasa warna putih dengan aksen biru menjadi kebanggaan khas Gli Azzuri. Dan kali ini aksen bendera kebangsaan Italia, yaitu hijau-putih-merah, menjadi aksen spesial yang merepresentasikan identitas kenegaraan mereka.

5evilla FC, the Europ3an League Dominator

Klub asal Andalusia, Spanyol ini agaknya memang punya relasi yang "romantis dengan ajang bernama European League (d/h UEFA Cup). Sapu bersih di lima final menjadikan mereka sebagai kolektor trofi terbanyak pada turnamen ini. Hebatnya lagi, mereka melakukan dalam dominasi dua era. Era pertama adalah musim 2005/2006 dan 2006/2007 dengan bekal nama-nama tidak terlalu mentereng. Sosok yang baru pertama kali mengorbit di blantika sepak bola Eropa, macam Daniel Alves, Luis Fabiano, Adriano Correira, dipadu mereka yang cukup kenyang menyusuri lapangan di Eropa macam Frederic Kanoute, Enzo Maresca, Andres Palop. Barangkali kekurangan skuad yang kala itu ditukangi Juande Ramos adalah bakat asli dari akademi klub. Alhasil kaderisasi klub anjlok saat Alves dan Adriano dibajak Barcelona dan Ramos digaet Real Madrid.

Era kedua dimulai dari 2013/2014 saat Unai Emery menahkodai klub ini menggasak tiga kali trofi turnamen yang dulunya bernama Fairs Cup. Tiga kali, ya hattrick yang "rakus" mengingat mereka adalah klub pertama yang meraihnya di turnamen ini. Di Liga Champion saja rekor klub hattrick sudah terlalu kadaluarsa, yaitu Bayern Muenchen era 70-an. Sebagai catatan, era kedua ini belum pasti selesai di musim ini. Mereka masih mungkin semakin lapar untuk meraih trofi keempat beruntun alias agregat teofi keenam. Memang musim depan mereka berlaga di liga Champion. Lha tapi siapa tahu mereka tersesat sebagaimana musim ini.

Yang membuat Sevilla begitu memesona dalam hattrick mereka adalah kemampuan untuk mempertahankan kualitas walau melepas aset-aset berharga. Di akhir musim 2013/2014 sosok sentral bernama Ivan rakitic resmi diakuisisi FC Barcelona. Tatkala sosok Carlos Bacca menggebrak dunia lewat karier melejitnya di musim 2014/2015, AC Milan menculiknya ke Serie A. Bagaimana dengan musim ini? Siapa "berlian" yang dicaplok rivalnya? Hehee

Sevilla tentu saja bakal melakoni laga sengit melawan klub asal kota Madrid di Piala Super Eropa musim depan. Ya, trofi satu ini Sevilla cukup apes karena konsisten gagal, kecuali di tahun 2006. AC Milan di 2007, Real Madris di 2014, dan FC Barcelona di 2015 bergiliran untuk mendepak Sevilla. 

Bagaimana dengan musim ini?

Sumber foto: gettyimages

Apa Monopolinya Birokrasi itu harus Lama ya?

Well, sudah dua kali ini berurusan dengan birokrasi ke pemerintah daerah dalam situasi yang ya #begitulah #ahsudahlah. Pertama membuat KK baru dan kali ini memperbarui KK. Permasalahan yang terjadi di permukaan sebetulnya sederhana, yaitu mulurnya waktu. Proses pembuatan KK lama saat itu memangsa waktu nyaris tiga bulan, ya tiga bulan pemirsa. Nah, untuk pembaruan KK karena anak pertama saya lahir bau-baunya pun bermasalah di sisi waktu pemprosesan. Tentu perkara di balik layar itu semua tidak saya ketahui kecuali alasan lisan dua kali, pertama mesin di pusat (entah merujuk ke kantor yang mana) rusak dan yang kedua pejabat yang berwenang menandatangani sedang ke luar pulau. Alhasil jika hingga esok belum jua selesai maka tepat satu bulan dari tanggal pengajuan di kantor kecamatan. Artinya pula mengangkangi janji lisan dua minggu. Semoga tidak sampai beratus purnama dimana Rangga dan Cinta gerantem layaknya Son Goku vs Kakarot.

Jika mengacu ke birokrasi di Disdukcapil yang membagi loket pembuatan akte kelahiran menjadi dua, yaitu maksimal 60 hari dari kelahiran serta lebih dari 60 hari. Orang yang belum berurusan dengan birokrasi tentu menganggap rentang 60 hari cukup lama, termasuk saya. Tapi dengan kenyataan yang ada artinya jatah saya agar bisa antre di loket pertama itu tinggal satu bulan, itu pun jika tidak terjadi kembali mesin rusak ataupun pejabat yang dinas di luar.

Dalam hati saya bergugam, apa saya saja yang mengalami puanjangnya waktu pemprosesan dokumen resmi negara?  Dengan berbagai award yang menghiasi instagram pejabat kota plus foto-foto kegiatan lapangan yang konkret dari twitter milik unit dan kecamatan, plus SDM yang berlimpah, sebetulnya janggal menyimak kemuluran waktu yang terjadi.

Birokrasi perlu belajar bagaimana berani bertanggung jawab dalam menyampaikan secara resmi dan terbuka mengenai alasan teknis mengapa ada layanan yang kurang optimal saat dijalankan
(Contohlah bank yang berani menanggung malu meminta maaf tatkala ada ATM yang rusak)

Walaupun gratis, tapi birokrasi perlu belajar bagaimana tidak menurunkan kualitas layanannya, termasuk membuat warganya menunggu dan terancam sulit mengurus birokrasi lainnya
(Misal penerbitan KK yang lama akan berdampak pada penerbitan akte, penerbitan kartu BPJS)

Birokrasi perlu memahami bahwa ada warganya mencari nafkah di luar daerah ataupun dalam situasi tidak memungkinkan pergi ke luar rumah

Birokrasi semestinya sadar bahwa mereka itu memegang monopoli tapi sifatnya untuk melayani dan menjaga kedaulatan data milik warga. Birokrasi tentunya tidak layak menempatkan warga sebagai pihak cuma bisa pasrah jika layanannya tersendat. Birokrasi tentunya patut bersikap sportif jika ada kritik terhadap pelayanannya (jangan malah makin menghambatnya dengan kebijakan yang makin mempersulit). 

Birokrasi harus sadar bahwa ketika warga sudah tidak puas dengan layanan maka bukan tidak mungkin akan diboikot atau malah dipindahkan kewajibannya kepada swasta yang lebih berani bertanggung jawab dalam melayani. Jika sudah demikian bagaimana.

Punten punten punten

Menagih Kebangkitan Bulutangkis Indonesia

Mulai hari Minggu (15/5) lalu, berita olahraga mulai dihinggapi berbagai rupa berita dari cabang bulutangkis. Di saat sepakbola Eropa mulai menghentikan denyutnya plus TSC yang masih belum "panas", Indonesia dihadapkan pada sejumlah laga ketat dalam sebuah kompetisi bergengsi di cabang olahraga bulutangkis, yaitu Piala Thomas dan Piala Uber. Tidak seperti kejuaraan "terbuka" diikuti secara individu maupun tim, Piala Thomas Uber merupakan ajang yang menggunakan identitas negara. Tak heran bahwa untuk memenangi sebuah bentrokan antarnegara, perjalanan terjal yang melibatkan sejumlah laga di nomor yang berbeda.

Rekor Indonesia di Piala Thomas sebetulnya mengagumkan. Indonesia tercatat sebagai kolektor gelar juara Piala Thomas terbanyak dengan raihan 13 kali. Pengejar terdekat, yaitu Tiongkok baru mencaplok 9 kali, artinya rekor ini aman setidaknya hingga Piala Thomas tahun 2024. Permasalahannya, gelar ke-13 diraih 14 tahun yang lalu, sebuah kegersangan prestasi yang sangat memprihatinkan. Jelas ada raksasa masa lalu yang tengah tertidur dan raksasa itu adalah Indonesia. Raksasa "baru" bernama Tiongkok menjadi hantu yang merobohkan dominasi Indonesia lewat juara beruntun dari 2004 s.d. 2012. Bahkan saat mereka gagal ke final di tahun 2014 lalu, mereka menjadi tim yang meminggirkan Indonesia dalam perebutan juara ketiga.

Bagaimana dengan Piala Uber? Kiprahnya lebih memaksa kita prihatin. Koleksi trofi yang baru 3 kali ini jelas jauh dari Tiongkok 13 trofi dan Jepang 5 trofi. Bahkan, trofi ketiga Indonesia persis dua dekade yang lalu. Memang di ajang ini, Indonesia belum punya tradisi yang mengesankan.

Kebetukan atau tidak, penyelenggaraan Piaka Thomas dan Uber (15 s.d 22 Mei 2016) ini akan bertepatan dengan pekan kebangkitan nasional yang puncaknya ada pada Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei). Sebuah momen yang sangat pas sebagai pengingat makna kebangkitan bagi dunia bukutangkis Indonesia. Boleh dikata, bulutangkis Indonesia sedang dalam kondisi yang tidak sehat, walau tidak separah sakitnya sepak bola. Adat bawa pulang medali emas dari Olimpiade 1992 kandas di Olimpiade 2012 lalu.

Semoga partisipasi Indonesia pada Piala Thomas dan Uber 2016 di Kunshan, Jiangsu, Tiongkok ini menjadi titik kebangkitan.
Kebangkitan untuk mengakhiri "puasa" di kedua kompetisi ini.
Kebangkitan pula untuk menuju Olimpiade 2016 di Rio de Janerio.
Kebangkitan jua untuk menunjuk Asian Games di tanah Indonesia sendiri

Kehidupan by God Bless

Ku kejar prestasi itu 
Seribu langkah ku pacu
(Cepat lari) ya aku lari… (Cepat lari) 

Tunggu ku tarik nafasku 
Ku basuh dulu wajah ini (Ayo lari) 
Hei hei tunggu dulu (Ayo lari) 

Tak dapatkah sejenak 
Hentikan ambisimu 
Lihatlah peluhku 
Tengoklah hatiku 

Seribu satu problema 
Menyesak di dalam dada (Apa itu) 
Susu anakku (Apa itu) 

Tak kau hiraukan mereka 
Walau mereka… walau… walau… walau… (Walau apa) 
Walaupun lapaar (Walau apa) 

 Masih aku bertahan 
Walau aku paksakan 
Sampai batas waktu 
Keadilan datang… 

Oh… pikirkan… renungkan… pikirkan… 
Bilakah mereka semua kau pikirkan 

Tak kau hiraukan mereka 
Walau mereka… walau… walau… walau… (Walau apa) 
Walau ku lapaar (Walau apa) 

Pikirkan… renungkan… pikirkan… 
Pikirkan… renungkan… 
Bilakah mereka semua kau pikirkan…

Yang kamu Tayangkan itu Jahat

Nostalgia menjadi modal utama sekuel legendaris film bernama Ada Apa dengan Cinta. Sulit untuk menyangkal bahwa komoditas "nostalgia" sudah menjadi magnet tersendiri sekaligus bekal untuk menantang film garang "Civil War" dimana keduanya hanya terpaut tanggal rilis beberapa hari. Film ini mampu "menyingkirkan" antrean Civil War yang hanya diberi kesempatan bertahta beberapa hari saja. Tak pelak jadwal pemutaran malam hari pun mengalami sold out. Sulit pula menyangkal bahwa kategorisasi film ini ke dalam 13+ adalah keputusan janggal lantaran beberapa adegan yang kurang layak dipertontonkan bagi usia remaja.

Jogja, ah mengapa harus kota/daerah ini yang digunakan sebagai titik temu Rangga dan Cinta?  Betapa tidak, kita tahu bahwa Jogja merupakan daerah romantis yang sangat mahsyur, sangat kental dengan budaya sintesis (paduan tradisional dan kontemporer tapi keaslian masing-masing tetap lestari), dan tentunya istimewa. Semua pernak-pernik kota ini, baik itu budaya-seni maupun sosial-humanioranya, menjadi pertaruhan apakah bisa dimbangi dengan unsur intrinsik film itu sendiri. Risiko jika nuansa Jogja terlalu mendominasi maka film AADC2 akan menjadi film dokumenter layaknya National Geographic. Risiko lain jika nuansa Jogja terlalu sedikit maka tampak bahwa keputusan yang tidak jelas mengambil lokasi Jogja. Dalam film ini, penyajian nuansa Jogja ternyata mampu ditata dengan baik. Porsi ke-Jogja-an disuguhkan dalam takaran yang pas dengan menyodorkan objek-objek yang tidak terlalu populer, namun unik dan menjadi penegas karakter indicidu Rangga maupun Cinta. Sosok penyuka seni, penikmat petualangan, penggemar kuliner, dan sejumlah karakter lain diasosiasikan dengan objek-objek wisata.

Film ini merupakan jalan pertumbuhan karakter Rangga, Cinta, dan beberapa pewaris AADC. Karakter introvert, keras kepala, lemot, mudah khawatir, emosional, dll, semua diramu dengan rapi. Praktis masing-masing tokoh masih menunjukkan watak asli yang pembiasan yang wajar sebagai hasil perjalanan sekian tahun. Karakter Rangga misalnya yang masih dingin namun lebih ekspresif dalam meluapkan emosi. Ataupun sifat sensitif pada Karmen yang tumbuh lantaran konflik masa lalu. Praktis kita tidak sepenuhnya dikurung dalam karakter statis karena jelas belasan tahun akan membawa banyak perubahan sikap.

Urusan tata kelola musik, wah duo maestro musik film Indonesia tampaknya memang identik dengan film ini, yaitu Melly Goeslaw dan Anto Hoed. Rekayasa ulang lagu Bimbang dan Suara Hati Seorang Kekasih menjadi bukti kepiawaian mereka mereproduksi ulang karya lawas. Keputusan mereka membiarkan lagu Demikian tetap "ori" sebagai opening adalah hal yang tepat. Lagu ini seolah menjadi "trik sulap" untuk mengembalikan memori penonton pada film AADC pertama. Penempatan lagu di berbagai adegan juga terasa pas dan menunjukkan jam terbang mereka.

Pelajaran utama yang saya tangkap dari film ini sebetulnya sederhana, yaitu komitmen terhadap keputusan yang sudah diambi l. Sulit membayangkan ada di posisi Cinta yang direcoki CLBK ketika keputusan tunangan sudah membuat cincin meligkar di jemarinya. Di siniesan bahwa jagalah hati menjadi sangat penting agar kpmitmen bersama yang diambil tidak lantas terseok. Kebayang ga sih jadi sosok Trian? Di sisi lain, kita melihat bagaimana kepiawaian Rangga yang sangat diplomatis dalam berstrategi. Terjebak dalam gugatan Cinta di sebuah tempat makan (yang cuma pesen air putih), eh malah sukses mengajak jalan-jalan hingga ngebolang di belantara Jogja. Taktik yang memang insidental, namun hasilnya tidak terduga. Namun Rangga malah terjebak dalam posisi "berharap lebih" walau sempat berujar bahwa pertemanan dan perdamaian atas masa lalu sudah cukup. Yang lebih "pecah" adalah bagaimana gengnya Cinta mengambil posisi. Mendukung balikan nggak, menanyakan keberlanjutan tunangan juga setengah, memang abu-abu karena mereka menempatkan diri mereka untuk tidak mengintervensi keputusan Cinta, dimana Cinta sendiri "ngambang".

Skenario garis besar film ini patut diapresiasi, kecuali beberapa hal. Pertama roadshow Rangga dan Cinta yang terlalu berbahaya untuk diikuti oleh masyarakat Indonesia yang tidak terikat status pernikahan atau persaudaraan. Ya untung saja si Rangga nggak minum miras sehingga masih bisa terkendali. Begitu pula adegan perciuman yang sangat tidak layak diikuti oleh mereka yang belum menikah. Untuk dua hal itu saya menyebutnya sebagai "yang kamu tayangkan itu jahat".

Mencerna Gambar-Coretan Canvas


Menarik memang menyimak hasil akhir (di luar revisi) gambar-coretan Canvas yang dibuat oleh kawan-kawan e-business 2014F. Membuka wawasan dari berbagai sisi. Seperti yang sudah terbayang, tidak mudah untuk memberikan penilaian kualitatif, apalagi tatkala hasil penilaian kualitatif ini dikuantifikasikan. Hehee. Tapi terlepas dari penilaian "20%", saya melihat ada kreativitas yang (harapannya) menjadi jembatan bagi mereka untuk memahami pentingnya model bisnis sebagai potret ekosistem, khususnya dalam industri e-business.

Bidadari yang Beda-dari Lainnya

No Line on the Horizon for Barca here

U2 pada tahun 2010 merilis sebuah lagu berjudul No Line on th Horizon. Sepeeti biasa, sulit menerka secara utuh kiasan-kiasan di balik lagu U2. Yang pasti, lagu tersebut menyinggung kata "horizon" yangada medio tahun lalu kerap disebut-sebut oleh fans FC Barcelona lantaran model jersey Barca yang pertama kali dalam sejarah bermotif horisontal (sebelumnya warna merah biru selalu disandingkan vertikal). Kontroversi memang sehingga isunya motif horizontal tidak akan dimunculkan lagi di musim-musim mendatang. Maka, tepat jika lagu U2 bertajuk "No Line on the Horizon" disuguhkan ke desainer jersey Barca di musim-musim mendatang.

Jersey model horison ini telah terpotret sebagai balutan resmi Blaugrana dalam manis maupun kecutnya musim ini. Kemenangan dramatis atas Sevilla di Piala Super Eropa ataupun kemenangan mutlak atas River Plate mengantarkan Barca, melalui Andreas Iniesta, mengangkat trofi dengan jersey model horisontal ini. Pun dengan kemenangan brital 4-0 atas Real Madrid di paruh pertama La Liga. Apakah jersey model horizon ini juga dikenakan saat penerimaan trofi La Liga dan Copa del Rey akhir musim ini? Entah. Tapi sejarah juga mencatat bahwa klub bernama Atletic Bilbao berpesta setelah menang agregat 5-1 atas Barca awal musim dalam Piala Super Spanyol. Pun Atletico yang memecundangi Barca di Liga Champion. Dua kekalahan yang menandakan bahwa kualitas Barca bukan tak terkalahkan. Perlambang bahwa Barca masih bisa disetarai di tengah lapangan hijau.

Ya, kata "horizon" memang memiliki makna lain berupa kesetaraan alias egaliter. Apakah semangat egaliter juga tertular ke dalam performa Barcelona yang beberapa kali tersandung oleh jegalan klub lain di beberapa kompetisi, baik klub elite maupun klub medioker. Raksasa semacam Real Madrid, Atletic Bilbao, dan Sevilla tidak tampil sendirian untuk mengusik langkah Barca di La Liga musim ini. Real Sociedad, Villareal, hingga Celta Vigo turut andil menyeret Barcelona dalam perangkap La Liga yang terlalu "dempet" di penghujung musim ini. 

Ya, Barcelona harus merasakan getirnya berbagi kesetaraan poin dengan Atletico Madrid selama beberapa pekan lantaran 4 kali hasil nir-menang. Memang Atletico sudah terkapar oleh "ranjau" bernama Levante sebagai korban dari "sudden death". Kini Barca musti berurusam dengan rival abadi bernama Real Madrid, klub yang sempat ditertawakan lantaran selisih poin 10. Namun di pekan 37? Jarak diantara mereka hanya 1 poin. Barca memang unggul 1 poin, tapi suasana yang mengharuskan menang tak ubahnya "kode" bahwa Barca dan Madrid masih satu zona horizon. Zona yang memungkinkan terjadinya berbagai kejutan. Sungguh naif plus konyol jika Barca mengincar kemenangan dengan skor 1-0. Cukuplah Ajax yang terpeleset lantaran skor 1-0 mereka bisa diimbangi lawan sehingga gelar juara melayang ke PSV.

Barca akhirnya pantas berteriak bahwa mereka tidak lagi satu horizon dengan Madrid saat peluit akhir babak kedua pekan ke-38 sudah ditiupkan. Skor 0-3 menandai torehan Barcelona menyeruput trofi La Liga dengan balutan jersey horizon biru-merah. Jujur lega rasanya menyimak ketenangan Barca di laga terakhir ini. Kesolidan tim memang condong pada Suàrez-entris karena yang bersangkutan sedang memburu bonus sebagai top scorer.

Apakah Ada Manfaatnya? Yuk Kita Dengarkan

Berisiknya Eredivisie di Akhir Musim

Salah satu liga mayor di Eropa telah menuntaskan sistem "saling sikut"-nya pada malam ini. Liga mayor yang peringkatnya semakin merosot sebagaimana sepak terjang delegasinya di kompetisi Eropa yang terus melorot. Liga Belanda, yang strata tertingginya berlabel Eredivisie, menyisakan persaingan sengit di pucuk klasmen dengan dua pacu tersisa hingga pekan ke-34, yaitu Ajax Amsterdam dan PSV Eindhoven. Ditambah Feyenoord Rotterdam yang sudah mengunci peringkat ke-3, maka tradisi trio "merah-putih" kembali dilestarikan tanpa mampu direcoki 15 tim lainnya. Mereka, yang diarsiteki oleh para alumnus timnas Belanda dan juga FC Barcelona: Frank de Boer, Philip Cocu, dan Giovanni van Bronckhost, dah membawa kabur "gembok" 3 besar sejak pekan ke-25.

Okey, bicara klasmen keseluruhan memang tidak segokil liga mayor Eropa lainnya. Tim tradisional (si trio "merah-putih") relatif stabil dibandingkan big-4 Inggris ataupun 7-magnificent Italia. Tidak ada juara baru laiknya di Inggris. Praktis berisiknya Eredivisie hanya bersumber dari poin sama Ajax dengan PSVdi pekan 33, yaitu 81. Jelang pekan 34 ini, hitung-hitungan kertas memihak Ajax. Menang 1-0 atas De Graafschap sudah cukup menobatkan mereka sebagai juara musim ini. PSV hanya punya sedikit pilihan: meraih hasil poin lebih baik dari Ajax (Ajax kalah maka PSV minimal imbang, Ajax imbang maka PSV harus menang) atau menang dengan surplus gol melampaui Ajax. Masalahnya surplus gol Ajax saat ini adalah 61, sedangkan PSV hanya 56 alias berselisih 5. Jika Ajax unggul 1-0 atas De Graafschap, maka PSV harus menang atas PEC Zwolle dengan selisih gol 6. Jelas 90 menit yang mendebarkan dimana 11 pemain masing-masing di kedua tim bakal dihantui "update skor" pertandingan sebelahnya.

Hingga menit 54, klasmen menayangkan Ajax sebagai pemegang tampuk. Namun gol balasan De Graafschap menghadang Ajax, sebaliknya di PSV mengudeta dengan keunggulan 2-0 atas Zwolle. Di penghujung kedua laga, PSV berhasil unggul 3-1 sehingga raihan poin mereka menjadi 84, sedangkan Ajax? Hasil imbang 1-1 tetap bertahan dan juga menahan Ajax dengan poin akhir 81. Berakhir sudah musim ini dengan PSV juara secara dramatis...

Gol Younes mengawali senyuman Ajax di laga pamungkas Eredivisie musim ini, hingga pada akhirnya gelar malah jatuh ke PSV :(
(sumber gambar: twitter.com/AFCAjax)


Kini, setelah usai, Eredivisie menabur pertanyaan yang sama sebagaimana musim-musim sebelumnya. Sejauh apa delegasi mereka bisa merangsek ke jajaran elite Eropa. Musim lalu, nasib naas Ajax di European League dihiasi terdepaknya PSV atas adu penalti vs Atletico Madrid. Eredivisie sudah sekian musim kuota ke Eropanya dipangkas dan dialihkan ke Super League Turkey, Liga Portugal, hingga Russian Premier League. Publik di luar Eropa lebih akrab dengan nama FC Porto, Zenit, hingga Galatasaray. Padahal Ajax adalah kolektor 4 gelar Piala/Liga Champions, pun PSV dan Feyenoord yang masing-masing menyeruput 1 gelar. Kini Eredivisie lebih menjelma sebagai pintu bagi pemain muda yang ingin ke La Liga, EPL, Serie A, dan Bundesliga.
Okey, setelah berisik hingga akhir musim, bagaimana kiprah Ajax, PSV, dan Feyenoord di kompetisi Eropa musim depan?

Senyum yang Tertahan

Guratan lugu bentangkan damai
Usap nafas sejenak lega
Bak telaga di gurun memesona

Untaian lajur bukan memilih
Acap terseok pada persimpangan
Romantika jarak puluhan yojana

Sejenak teduh sekejap peluh
Jengah umpatkan iba menggigil
Tentang pembatas yang tak terbatas
Sekat ketiadasepakatan yang menjerat

Dawaiku bisikkan rindu
Gawai itu torehkan ngilu
Hingga dunia berpihak pada rencana
Bilamana udara jernih diayun harpa

Di Sini juga Ada Margasari

Kayaknya lebaran nanti bisa ke Margasari tanpa harus menyusuri Pantura.

Bursa Ketua ILUNI kali ini: Junior enggan cuma Menonton

Setelah kasak-kusuk pemilihan presiden FAST bulan April lalu, kini sejumlah informasi tentang peralumnian juga mewarnai social media. Kali ini berpangkal pada UI, kampus magister saya, dengan ILUNI alias Ikatan Alumni Universitas Indonesia sebagai lembaga yang akan menghelat proses suksesi. Sejujurnya di awal keramaian bursa ketua ILUNI kali ini saya tidak terlalu antusias, hingga seorang dosen yang men-share profil-profil seluruh calon ketuanya itu menayangkan sebuah nama yang beberapa saya dengar sepak terjangnya. Beliau adalah Faldo Maldini, seorang urang awak yang mampu merantau hingga ke negeri Tony Adams (well, nggak kebayang jika beliau melanjutkan studinya ke Italia, bisa geger juga pada bingung 'ini siapanya Paolo Maldini?'). Tidak bermaksud promosi, kampanye, ataupun simpatisan, saya hanya salut ada seorang alumni yang seangkatan dengan saya (beliau kelahiran 1990, sepantaran kawan-kawan karib saya juga) berani melenggang di bursa ketua sebuah ikatan alumni. Membayangkan "spesies" pemberani semacam ini rasa-rasanya sangat "langka", baik di FAST atau bahkan IA ITB, KAGAMA UGM, maupun ikatan alumni kampus UNPAD, UNDIP, hingga ITS.

Setelah kepo profil 5 calon lainnya, saya menemukan pula sosok muda lainnya, yaitu Ivan Ahda yang berkecimpung di dunia Psikologi dengan kiprahnya sebagai mahasiswa UI angkatan 2003. Woww, mantap juga fenomena ini. Fenomena yang semarak karena mereka bakal berlaga dengan sosok mahasiswa 1990-an dalam diri Chandra M. Hamzah (FHUI 1995) dan Fahri Hamzah (FEUI 1992), serta mahasiswa 1980-an, Arief B. Hardono (FTUI 1984). Ada pula sosok yang mungkin paling belia dari sisi status mahasiswa UI, yaitu Moeldoko yang merupakan FISIP 2013, tapi status itu diperolehnya di strata S-2 plus rekam jejak beliau di negeri ini yang terhitung senior. Maka duel 2 junior vs 4 senior ini bakal berlangsung dengan menarik.

Apakah memang gap 1 hingga 2 dekade akan mempengaruhi kualitas individu para calon dalam menyuguhkan program kerja? Saya belum menelusuri bukti empiris, termasuk dalam konteks pemilihan kali ini. Tapi melihat pengalaman organisasi Ivan Ahda dan Faldo Maldini, sulit menyingkirkan kedua dari percaturan hanya karena usia lebih muda. Ya, keduanya memperlihatkan sepak terjang yang "silau" dan kontribusi mereka di "sawah" masing-masing pun sudah menjangkau lingkup antarnegara. Namun karena ini bukan kontes dengan skor dari juri yang didasarkan dari penilaian individu, melainkan sistem voting, maka faktor jaringan bakal mempengaruhi hasil pemilihan nanti. Di atas kertas para senior memang lebih unggul karena faktor popularitas dan bekal jaringan yang lebih luas. Tapi itu di atas kertas. Dan di balik kertas di seberang sana pun, para junior ini juga punya bekal menggalang dukungan dari sesama alumnus junior. OK, dengan demikian, peran tim sukses rasa-rasanya bakal lebih menentukan pada saat menjelang pemungutan suara nanti.

Terlepas dari hasil pemilihan, sulit menampik bahwa keberadaan seorang yang relatif muda di bursa ketua ILUNI merupakan torehan tersendiri. Hal yang sebetulya menjadi cerminan bahwa Indonesia sedang "demam" pemimpin muda. Jika di Jawa Timur sana Kabupaten Trenggalek dipimpin oleh sosok yang berusia 30-an tahun plus wakilnya baru 25-an, di Lampung juga gubernurnya baru tahun ini mencicipi usia kepala 4, apakah ILUNI bakal "tertular"?

Nama Pahlawan sebagai Nama Stadion di TSC 2016

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat bangga dan tidak mudah lupa akan jasa para pemimpin yang juga menjadi pahlawan. Hal itu bisa dilihat pada penamaan stadion di Indonesia yang justru erat kaitannya dengan para pahlawan, khususnya yang memberikan kontribusi bagi daerah tersebut. Sebagaimana kebiasaan di negara-negara lain, nama pahlawan kerap digunakan secara resmi sebagai nama jalan, nama bandara, hingga nama universitas di Indonesia. Namun urusan memberi nama stadion dengan nama pahlawan merupakan hal yang jarang ditemui di negara-negara lain. Di Eropa, kerap sebuah stadio diberi nama dengan nama seseorang, namun orang tersebut bukanlah pahlawan terkait latar belakang perjuangan nasionalisme. Justru nama atlet hingga presiden klub pemilik lah yang digunakan sebagai nama stadion, misalnya Stadion Giuseppe Meazza, Stadion Marc Antonio Bertegoni, Stadion Santiago Bernabeu. Nah, berikut ini beberapa stadion kandang klub TSC yang namanya diambil dari nama pahlawan.

Dari pesisir Barat Pulau Andalas, sebuah stadion dengan arsitektur khas rumah gadang tegak berdiri. Semen Padang merupakan tuan rumah dari stadion yang dinamai H. Agus Salim ini. Beliau merupakan tokoh diplomat ulung yang berhasil menjadi ujung tombak pergerakan nasional, mulai dari era Serikat Islam hingga diamanatkan sebagai menteri di sejumlah departemen di era Presiden Soekarno. H. Agus Salim, yang lahir di Koto Gadang, Agam, berperan besar sebagai juru bicara Indonesia saat menjalani proses "angkat suara" di ruang diplomasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Yang menarik, stadion ini menyertakan huruf "H" yang merupakan singkatan dari Haji sebagai nama stadion. Sebuah isyarat bahwa masyarakat Minang menerapkan ABS-SBK di segala lini.

Beranjak ke Pulau Jawa, tepatnya di Jakarta Selatan, sebuah bangunan megah menjadi kandang Persija sekaligus timnas Indonesia. Pernah stadion bernama Senayan sebagaimana letak kawasan tersebut. Namun di awal era Reformasi, pemerintah mengubah namanya menjadi nama sapaan akrab tokoh proklamator Indonesia, yaitu Bung Karno plus awal "Gelora". Stadion Gelora Bung Karno merupakan stadion dengan kapasitas terbesar di Indonesia dengan rekam jejak tingkat Asia relatif menyilaukan, yaitu lokasi utama Asian Games 1962, Asian Games 2018 (insya Allah), serta final Piala Asia 2007. Secara pribadi, Bung Karno memang merupakan tokoh yang sangat memperhatikan peran olah raga, termasuk sepak bola, sebagai wahana untuk menggalakkan nasionalisme. Nama Bung Karno (termasuk Soekarno) juga terhitung lengkap karena dipakai pula sebagai nama jalan, nama bandara, dan juga nama universitas.

Tokoh legendaris dalam babat tanah Sunda juga mewarnai sepak bola Indonesia. Nama Prabu Siliwangi mengacu pada seorang maharaja bernama Sri Baduga yang merupakan pemimpin kerajaan Sunda Galuh. Kemasyurannya juga menginspirasi TNI daerah Jawa Barat dan Banten yang menamai Kodam mereka dengan sebutan Siliwangi. Di era perserikatan hingga Ligina, Stadion Siliwangi menjadi kandang dari Persib Bandung. Namun di musim ini, stadion ini menjadi pangkalan PS TNI, klub berbasis tentara yang secara geografis kebetulan stadion Siliwangi terletak di basis wilayan TNI Kodam Siliwangi.

Stadion Si Jalak Harupat ini adalah stadion yang menjadi markas Persib Bandung sejak era ISL. Walau terletak di Soreang, Kab. Bandung, bukan Kota Bandung, namun kapasitas yang lebih luas daripada Stadion Siliwangi menjadi alasan migrasinya si Pangeran Biru. Memang, di satu sisi nama Si Jalak Harupat adalah sebutan untuk ayam jantan legendaris di masyarakat Sunda. Namun di sisi lain, nama ini juga mengacu pada julukan seorang pahlawan nasional asli dari Bandung Raya, yaitu Otto Iskandar Dinata. Beliau merupakan sosok pribumi yang terkenal keberaniannya dalam menggerakan persatuan Indonesia sehingga Jawa Barat menjadi pihak yang pro terhadap bentuk negara kesatuan. Satu-satunya hal yang masih menjadi misteri terkait sosok Otto Iskandar Dinata adalah kronologis hilangnya beliau di akhir hayatnya.

Beralih ke Jawa Timur, ada stadion yang juga menggunakan kata sapat "Bung", yaitu Stadion Gelora Bung Tomo. Stadion ini menjadi markas klub berbasis kepolisian, Bhayangkara Surabaya United (selain Stadion Gelora Delta Sidoarjo). Bung Tomo kerap menjadi simbol dari Hari Pahlawan karena memang kepiawaian lantang beliau berpidatolah menjadi sumbu yang menjadikan Arek-Arek Suroboyo berkobar melawan gempuran tentara Inggris (NICA). Saya pribadi sempat mendengarkan cuplikan pidato beliau yang saya akui "pedas" memang pantas menjadi sumber dari peristiwa dahsyat yang kemudian menjadikan Surabaya dijuluki sebagai Kota Pahwalan.

Lamongan punya sejarah panjang sebagai sebuah wilayah administratif. Di pertengahan abad 16, Lamongan yang menjadi wilayah setingkat kadipaten memiliki pemimpin baru bernama Tumenggung Surajaya. Dari sinilah, alasan stadion yang dihuni oleh Persela Lamongan memiliki nama Surajaya.

Stadion ini sebetulnya kerap disebut tatkala Persegi Gianyar masih pentas di Divisi Utama Ligina. Namun sejak porak-porandanya Persegi plus kempisnya keuangan klub asal Bali lainnya (Perseden Denpasar, Perst Tabanan), tenggelam pula detak jantung sepak bola di Pulau Bali ini. Di awal 2015, Persisam yang hijrah ke Bali memutuskan berganti identitas menjadi Bali United Pusam dengan pilihan stadion jatuh pada Kapten I Wayan Dipta. Nama beliau memang tidak setenar I Gusti Ngurah Rai, yang juga nama bandara. Tapi jangan salah, beliau merupakan talenta yang dikenang karena keberaniannya memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Kota Tenggarong di Kalimantan Timur sebelumnya hanya identik dengan Kerajaan Kutai selaku kerajaan tertua di Indonesia. Namun sejak klub bernama Mitra Kutai Kartanegara melejit di pentas ISL, kota satu ini mulai mencuri perhatian. Salah satu kelengkapan klub yang paling membuat orang bertanya lebih jauh tentang kota ini adalah nama stadion, yaitu Aji Imbut. Siapakah beliau? Sekedar informasi, nama Aji di masyarakat Kutai merupakan gelar kebangsawanan (cmiiw). Aji Imbut merupakan sultan yang menjadi pemimpin masyarakat Kutai Kartangara, khususnya dalam pertempuran melawan VOC. Beliau bergelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin. Di awal pemerintahan beliau, ibu kota kesultanan Kutai dipindahkan ke Tepian Pandan yang diubah namanya menjadi Tangga Arung, di kemudian hari lidah orang menyebutnya Tenggarong.

Demikian itulah nama-nama stadion di TSC 2016 yang ternyata berasal dari nama seorang pahlawan. Semoga memberi pengetahuan tersendiri, khususnya terkait sejarah Indonesia dari berbagai sisi. Di luar stadion-stadion tersebut masih ada beberapa nama stadion yang berasal nama individu pahlawan, baik nasional maupun pahlawan setempat. Misalnya Stadion Kaharudin Nasution di Pekanbaru, Stadion Abu Bakrin di Magelang, Stadion Letjen H. Soedirman di Bojonegoro, Stadion Gelora Supriyadi di Blitar,

Peue Ka Siap?

Dalam kurun waktu yang tidak singkat, umat muslim akan memasuki fase spesial yang sangat dinanti. Bulan Ramadhan, bulan yang menandai kesempatan berharga untuk mengubah pribadi kita masing-masing. Bulan yang tidak hanya identik dengan menahan lapar dan dahaga, namun juga akan berisi telaga hidayah yang tidak bisa semua orang temui. Bahkan sebuah "kemisteriusan" bernama Lailatul Qadr turut menyertai spesialnya fase ini.

Sebuah anekdot "garing" kerap disebut sebagai pertanda Ramadhan sudah dekat, yaitu iklan sirup M*arj*an. Sekedar pebandingan, iklan itu menandakan ada perusahaan yang konsisten dari tahun ke tahun mempersiapkan bulan Ramadhan. Pertanyaannya, apakah kita tidak terendiri oleh konsistensi si perusahaan/brand tersebut.

Bukankah tahun lalu juga ada Ramadhan?
Sebuah keberuntungan tersendiri apabila bisa menjumpai sebuah bulan Ramadhan. Tidak semua insan berkesempatan menjumpainya. Coba tengok rekan kita ataupun keluarga kita. Barangkali ada satu dua nama yang sudah tidak bersama kita, padahal mereka ikut ber-Ramadhan bersama kita, bahkan turut meramaikan romantisnya lebaran. Maka, tatkala usia kita menjangkau Ramadhan, kita patut mensyukurinya.

Bukankah hanya menahan lapar dan dahaga?
Eitttsss, rugi banget kalau puasa hanya diisi siklus sahur-puasa-buka puasa dst hingga malam takbir. Segala macam ibadah kita dijanjikan ganjaran yang luar biasa. Shalat fardhu plus segala rupa shalat sunah, tadarus Al Qur'an, infaq, waah sungguh akan ada banyak kesempatan menabung amalan di Ramadhan. Barangkali jika dibuat checklist yang versi lengkap macam buku Ramadhan (hehee, jadi inget jaman SD ampe SMP) agaknya daftarnya akan sangat panjang. Jelas sayang banget kalau kita hanya mengisinya dengan tidur. Konon ujar-ujar tidur saja berpahala harusnya ditanya balik "tidur aja dapet pahala, apalagi tadarus?".

Yaelah masih lama keuleusss
Yakin masih lama? Tuh liat aja timnas-timnas di Eropa mau berlaga di Euro saja persiapannya udah dari tahun lalu. Sebuah umat muslim, kesiapan mereka (walau dalam konteks Euro) tentu menjadi sindiran yang membangkitkan semangat kita untuk lebih menyambut bulan Ramadhan. Persiapannya bukan berarti menganggarkan ongkos pulang kampung, membuat jadwal buka bareng puasa di tempat-tempat yang instagramable, ataupun menyusun menu bukber plus jadwal reuni. Sederhana saja persiapannya, yaitu menyusun target amalan selama Ramadhan. Tentu akan mengasyikan tatkala ilmu berorganisasi yang didapat saat kuliah diterapkan dalam menyambut Ramadhan. Rencanain KPI alias indikator kesuksesan tiap amalan, rencanain anggaran bersedekah, rencanain bikin desain publikasi yang memotivasi sesama, dll.

Selamat menjemput Ramadhan terbaikmu^^

Tatkala Iman (Perlu) Menundukkan Akal

Isra Mi'raj merupakan sebuah titik dalam hikayat Nabi Muhammad SAW yang paling sulit diterima dengan akal sehat jika tidak diimbangi dengan iman dan taqwa. Perjalanan dari Mekkah ke Jerusalem lalu dilanjutkan ke langit, jelas ekspedisi yang menjadi ujian keimanan bagi kaum Muslim saat itu. Keyakinan Abu Bakar Shiddiq, sosok yang pertama kali meyakini ekspedisi Isra Mi'raj, tentu menjadi pencapaian iman yang luar biasa. Harus diakui bahwa keimanan beliau sudah mampu menundukkan segala bentuk keraguan dari akalnya.

Perjalanan Isra' berupa perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa barangakali bisa saja dicerna dengan logika pada era saat ini. Era dimana sudah tersedia berbagai versi pesawat yang memungkinkan perpindahan manusia diantara dua titik tersebut. Namun di era Rasulullah, unta sebagai transportasi "termodern" tidak bisa menjangkau jarak keduanya dalam waktu semalam.

Perjalanan Miraj jelas lebih spektakuler karena menghubungkan lokasi berangkat Rasulullah di Jerusalem ke langit ke-7. Teknologi buatan manusia saat ini, dan boleh jadi hingga kiamat, belum ada yang mengakomodasi perjalanan tersebut. Akal kita tentu semakin sulit menerka lokasi bertemunya Nabi Muhammad dengan para Rasul terdahulu. Akan ada banyak pertanyaan di benak kita. Dimana lokasi masing-masing lapisan langit? Bukankah arwah manusia adandi alam kubur hingga kiamat? Lalu kenapa Nabi Muhamad bisa bertemu para Rasul yang sudah meninggal (kecuali Nabi Isa AS).

Akal umat terdahulu diuji dengan dua "studi kasus" ekspedisi dahsyat dimana salah satunya (Isra) bisa dimungkinkan pada saat ini, maka akal umat saat ini masih diuji dengan mungkin tidaknya perjalanan satunya lagi (Mi'raj). Dan segala kemungkinan itu merupakan batas yang timbul karena kemampuan pikir manusia. Kemungkinan yang akan sirna jika yang berkehendak itu adalah Yang Mahakuasa, Allah SWT. Dengan kata lain, sampai kapanpun, hingga kiamat, Isra Mi'raj akan menjadi ujian bagi manusia. Ujian yang menggalakkan peran iman dan taqwa untuk mengungguli akal semata.

Isra Mi'raj juga memberikan kita warisan. Bukan sekedar cerita sejarah yang menghiasi seremonial belaka. Warisan yang rutin kita tunaikan sebagai bekal paling pertama ditanyakan saat hari akhir nanti. Warisan yang menjadi kewajiban kita dalam rangka mencegah pribadi ini dari ancaman perbuatan keji dan munkar.

Sesuatu yang Tertunda

Ibarat album band asal Surabaya, Padi yang legendaris itu "Sesuatu yang Tertunda". Butuh waktu untuk menerawang ritme dengan frekuensi yang sempat masuk "archive" hehee. Tapi di tengah persiapan yang serba mepet, Allah memberi banyak kemudahan. Kali ini bukan sekedar berpikir pragmatis yang seadanya, namun menggusung mimpi untuk memperbaiki penerapan TI di negeri ini.


Jengah memang dengan keprihatinan suasana e-government yang masih belum mulus. Tapi sebagaimana ujar Ust. Salim A. Fillah bahwa kita harus "curiga" apabila kita berada di lingkungan yang penuh masalah. Ya, curiga bahwa jangan-jangan kita adalah solusinya. Nah, mari berdayakan intelektual kita untuk kontribusi positif.

Ada Ada dengan Lapas?

Bulan April telah berlalu, bulan yang kelam bagi sejarah penanganan narapidana di Indonesia. Betapa di bulan keempat lalu, dua insiden di dua lembaga permasyarakatan terjadi. Keduanya menggenapi kasus yang terjadi di tahun 2016 ini menjadi empat. Kasus terakhir yag terjadi kebetulan berlangsung di Kota Bandung, wajar jika akhirnya masyarakat mulai gaduh, padahal kasus kerusuhan jika melanda Kota Aceh, Bengkulu, dan Denpasar. Sebagai masyarkat sipil yang "buta" dengan ekosistem di dalam lembaga permasyarakat, saya bingung tentang apa penyebab insiden tersebut "sebenarnya".

Mengapa kata sebenarnya saya beri tanda kutip? Karena kerap alasan yang terjadi disamarkan untuk menghindari insiden yang lebih parah, terutama jika timbul korban jiwa. Berbagai dugaan menghampiri laman-laman di dunia maya. Perkelahian ditengarai sebagai inti dari insiden, walau ada pula bumbu isu bunuh diri. Namun bagaimana ke depannya? Apakah akan ada perbaikan? Bagaimanapun kasus yang meyeret para tahanan, mereka tetap punya hak untuk memperbaiki kualitas hidup.

Mulai timbul di benak saya untuk mencari solusi dari sisi TI. Apakah ada peluang bagi TI memperbaiki situasi penghidupan di lembaga permasyarakatan? Saya berangan-angan "wabah" e-commerce bisa menjadi potensi bagi para penghuni lembaga permasyarakat. Wabah di sini bukan berarti para penghuni menjadi konsumtif, namun justru dibekali kemampuan untuk terjun di dunia e-commerce pasca-menghirup udara segar. Saya juga berangan-angan, akan ada aplikasi semacam dasboard yang secara blak-blakan melaporkan performa pengelolaan lembaga permasyarakatan. Benarkah terjadi ledakan jumlah penghuni sehingga sumber daya yang ada cukup? Benarkah birokrasi yang ada mempersulit para penghuni memperoleh hak-haknya, seperti dijenguk keluarga, mengajukan remisi, hingga mengajukan PK (peninjauan kembali)?

Saya berharap ada kontribusi TI, melalui e-government di sini...

yang nun jauh di sana

Leicester City, di Ambang Juara EPL dan Debutan UCL

Leicester City kini di ambang sejarah yang sontak menjadi perbincangan di berbagai belahan dunia. Klub yang musim lalu berkubang di zona degradasi, kini berlumur dukungan untuk menjadi juara Liga Inggris. Titel yang tidak sekedar perdana sebagai peserta Premiere League, namun juga sepanjang partisipasi mereka di kancah sepak bola Liga Inggris. Jika mereka berhasil mereka menjadi klub yang benar-benar baru pertama kali menjuarai Liga Inggris (s/k EPL) pasca Nottingham Forest meraih trofi Liga Inggris di musim 1977-1978.

Kita masih berbicara umpama. Ya, status Leicester City saat ini tidak lebih dari peraih 2 besar yang terancam juara. Bisa jadi kegagalan Tottenham menundukkan Chelsea akan menobatkan Leicester meraih gelar juara tanpa harus menanti dua laga tersisa. Maka kita masih berasumsi jika Leicester meraih gelar juara Liga Inggris yang juga membuat mereka otomatis berlaga di Liga Champions musim depan. Memang peringkat tiga (yang kini diduduki Manchester City) pun otomatis tiket ke grup Liga Champions, namun jika ada kesempatan juara, kenapa tidak sekalian juara?

Jika bicara kemungkinan juara Liga Inggris sekaligus lolos ke Liga Champions, maka Leicester akan mengikuti jejak Deportivo La Coruna, FC Rubin Kazan, FC Twente, Bursapor, dan Montpellier. Masing-masing berstatus juara La Liga 1999-2000, Russian Premier League 2007/2009, Eredivisie 2009/2010, Liga Turki 2009/2010, serta Ligue 1 2011/2012. Sebagai kadonya mereka dihamparkan tiket ke Liga Champion tanpa kualifikasi. Di musim masing-masing itu mereka pertama kali bertahta di liga tersendiri. Hal yang sama juga berlaku bagi Leicester. Dan di sinilah, Leicester musti waspada.

Dari klub-klub tersebut, praktis hanya Deportivo La Coruna yang berhasil merangsek hingga babak 8 besar Liga Champion. Rubin Kaza dan Twente harus rela tergusur ke Liga Eropa lantaran hanya mampu menyentuh ranking 3. Bursapor dan Montpellier malah terperangkap dengan status juru kunci. Jelas alarm yang menandakan perlunya waspada sebagai klub pendatang baru. Kompetisi Liga Champion juga mengisyaratkan Leicester harus melakoni 4 turnamen sekaligus karena di Inggris terdapat 3 kompetisi lokal dan sebagai tambahan tidak ada "cuti tahun baru".

Leicester perlu mencontoh Super Depor yang tidak mendadak ambrol skuadnya pasca juara La Liga 1999-2000. Sosok Djalminha dan Roy Makaay yang begitu sentral tidak dilego begitu saja. Justru hadir sosok Diego Tristan sebagai penguat kualitas tim. Memang gelar La Liga gagal dipertahankan, namun torehan langkah di Liga Champion yang mencapai 8 besar jelas prestasi non-trofi yang spesial. Jadi, rekomendasi terbaik bagi Leicester City jika mampu mengukir sejarah di blantika musim ini adalah pertahankan sosok Riyad Mahrez, Jamie Vardy, Shinji Okazaki, hingga Kasper Schmeicel.

Sumber foto: www.caughtoffside.com