Gamification berupa kuis kelompok mata kuliah ManProTIK @telkomuniversity . Tiap kelompok wajib mencari lokasi soal dengan cara menjawab teka-teki. Selanjutnya, di lokasi masing-masing akan ada soal-soal manajemen waktu, khususnya critical path.
Kreatif(a) Ada Ilmunya
Selalu Ada Jalan
nge-PokemonGO lagi?
Belajar dari Bulan
Bulan, sebuah objek antariksa yang mengitari Bumi. Dia pula menemani Bumi mengelilingi matahari. Dia mematuhi kodratnya dengan menjalankan perintah-Allah dalam segala rupa manfaat.
Ya, bulan tidak sekedar mengitari Bumi maupun menemani dalam pengelilingan matahari. Aktivitas tersebut berbuah dalam manfaat yang manusia petik. Pergantian bulan dan matahari dalam kalender qomarih adalah panduan manusia dalam menata waktu dan juga menepati waktu beribadah sesuai syariat.
Begitulah bulan dengan aktivitasnya yang tidak sekedar ada, tapi juga bermakna.
Ngerinya Liga 2
Ini adalah salah satu kompetisi paling 'ngeri' di dunia, yaitu Liga 2 Indonesia. Bagaimana tidak ngeri, ada 59 klub yang harus 'baku hantam' untuk memperebutkan kuota lolos ke Liga 1 yang hanya 3 klub. Artinya ada peluang untuk lolos yang hanya 5,08 persen saja. Itu pun hitung-hitungan setelah 3 klub 'gantung tiket' dari persaingan semula yang melibatkan 38 klub. Sebagai perbandingan, Serie B dan Segunda selaku divisi kasta kedua di Italia dan Spanyol yang kontestannya 22 klub dengan tiket lolos ke Serie A dan La Liga masing-masing 3 alias peluangnya 13,63 persen. Dengan kata lain, tingkat keketatan Liga 2 lebih greget daripada dua kompetisi tadi.
Tapi sisi 'ngeri'-nya bukan hanya urusan peluang lolos ke Liga 1 yang sangat sempit, melainkan ancaman 'degradasi' massal yang menyeret separuh lebih para peserta. Bayangkan saja, kompetisi Liga 2 ini ternyata terdiri dari 3 jenis persaingan, yaitu promosi ke Liga 1, bertahan di Liga 2 serta degradasi dari Liga 3. Mekansime promosi ke Liga 1 ditempuh lewat jalur dua peringkat tertinggi di tiap grup yang diadu dalam 16-besar yang bermuara pada 3 tim terbaik yang bakal menggusur tiga tim terbawah dari Liga 1. Peringkat 3 dan keempat di tiap grup akan melakoni 'seleksi tambahan' berupa babak '16 besar' untuk menentukan 5 klub yang dipastikan bertahan di Liga 2. 5 klub beserta 13 klub yang tidak lolos ke Liga 1 bakal bergabung dengan 3 klub 'lungsuran' dari Liga 1 sebagai kontestan yang 'bertahan' di Liga 2 bersama.
Sekali lagi saya tegaskan bahwa peringkat 3 dan peringkat 4 masih mungkin bertahan tapi mungkin saja terdegradasi ke Liga 3. Artinya dari 6-8 peserta di fase grup awal Liga 2, peringkat 5-6 atau 5-7 atau 5-8 bakal terseret gelombang 'tsunami' degradasari, sedangkan peringkat 3-4 bisa jadi terseret bisa jadi lolos lubang jarum. Sungguh, ini kompetisi 'saling sikut' yang sangat ngeri. Jangankan untuk lolos ke Liga 1 dengan bercokol di peringkat 1 atau 2 tiap grup, menggapai rangking 3 atau 4 saja pun masih was-was kena degradasi. Separuh lebih peserta Liga 2 musim ini akan 'bedol desa' dari kasta kedua menuju kasta ketiga.
Anggap saja saya meraih peringkat 5 di sebuah grup, maka tahun 2018 klub saya ada di Liga ketiga. Kalaupun saya melejit dengan berhasil promosi ke Liga 2 di akhir musim 2018, entah dengan mekanisme kompetisi yang bakal serumit apa, sehingga tahun 2019 saya berlaga di Liga 2 dan selanjutnya saya bisa promosi ke Liga 1 akhir musim 2019, maka saya paling cepat berpotensi ke Liga 1 pada tahun 2020. Sekali lagi sauda-saudara, 2020 adalah musim paling cepat saya bisa berada di Liga 1 sebagai 'klub tergusur' dari Liga 2 di tahun 2017. Rasa-rasanya menggapai peringkat 2 saja sudah cukup melelahkan ya...
Respect other TIME
Waktu adalah aset yang paling berharga bagi manusia selain iman. Waktu juga merupakan ciptaan Tuhan dimana waktu tidak pernah bisa dikalahkan manusia. Tidak pernah bisa kita mengulang waktu yang telah lewat. Karena itulah satu detik saja merupakan komponen berharga seseorang dalam menjalani profesi.
Tidak mudah menata waktu dengan sejumlah amanat. Percayalah bahwa waktu yang kita alokasikan kepada sebuah organisasi merupakan dedikasi yang sudah sangat diperhitungkan. Tidak pernah mudah menggeser jadwal lantaran kekurangtelitian dalam hal-hal administratif. Tidak pernah bisa kita seenaknya mengkhianati amanat dalam urusan waktu. Percayalah bahwa berat lidah untuk mengiyakan dan menerima kenyataan bahwa jadwal yang sudah ditetapkan digeser.
S18dan9 Tesis @stei.itb
Belum beres download Mahabarata eh udah beres sidangnya.
Barokallah istriku @iitariuni semoga terus mempertiggi ilmu, memperlebar manfaat, tetap rendah hati menjadi insan yg taqwa kpd Tuhan YME, cinta alam kasih sayang sesama manusia, patriot yg sopan n ksatria, #malah #dasadharmapramuka
Setelah menunggu lebih dari seusia putri kami, Humaira, akhirnya tesis ini memasuki fase sidang kemarin (18/9). Memang belum selesai karena masih ada setumpuk kenangan sidang berwujud catatan revisi. Setidaknya persilakan kami untuk sujud syukur. Setidaknya langkah untuk menuntaskan studi sudah semakin dekat.
Ada doa anak sholehah bernama Humaira di sini. Yang tiap pagi dipamiti hingga sore, bahkan (sejak dua bulan terakhir) termasuk akhir pekan. Hanya Allah yang pantas memberi ganjaran atas keikhlasanmu nak...
Time to Escalate Other
Senang rasanya bisa berkontribusi untuk menumbuhkembangkan budaya riset. Tak kalah senangnya pula dengan memberikan kesempatan untuk mengorbit bagi rekan sejawat lainnya. Tidak ada hal negatifnya, justru kita andil dalam memantik prestasi sesama. Justru dengan budaya seperti inilah Indonesia bisa semakin maju. Tidak ada guna egois dalam berkarya. Berlomba-lomba dalam berkarya pun tidak berarti menutup pintu kolaborasi.
Terpuruknya sr1wijay4 dan Melejitnya Bali United
Salah satu klub yang bisa dipastikan ingin musim ini segera berakhir adalah Sriwijaya FC. Penyebabnya sederhana, yaitu penampilan 'labil' yang cenderung terpuruk. Harus diakui, ini adalah musim yang mengecewakan. Nama besar Sriwijaya sebagai salah satu klub yang diperhitungkan di kancah sepak bola nasional seolah sirna. Tak hanya urusan peringkat klasmen, urusan kontribusi ke timnas pun tak kalah memilukan. Sriwijaya tidak punya delegasi satu orang pun diantara 20-an pemain timnas U-22 yang berlaga di SEA Games lalu maupun timnas senior yang bersua Fiji pekan lalu. Ada apa sebetulnya dengan Sriwijaya FC.
Sebelum putaran pertama berakhir, Sriwijaya FC dilanda 'demam' hasil seri. Banyak klub berhasil mencuri satu poin dari laga versus Sriwijaya FC, bahkan ketika laga dihelat di Palembang. Belakangan malah lebih mengenaskan dengan hasil paling mutakhir adalah pembantaian oleh Persib Bandung 1-4. Memang di atas kertas materi pemain Persib Bandung jauh lebih kinclong, tapi skor telak tersebut rasanya terlalu keterlaluan.
Patut disayangkan bahwa salah satu alasan keterpurukan musim ini adalah 'panasnya' kursi pelatih Sriwijaya FC. Menjelang Liga 1 digelar, mereka justru melengserkan Widodo C. Putro yang prestasinya tidak terlalu jelek. Sebetulnya untuk ukuran pelatih lokal dan muda, rekam jejak beliau masih layak diapresiasi. Entah apa pertimbangan manajemen. Sosok penggantinya, Osvaldo Lessa ternyata memperlihatkan gejala negatif berupa adaptasi strategi yang tidak berjalan lancar. Tanpa menunggu putaran pertama usai, beliau didepak. Pendepakan beliau tanpa disengaja bersamaan dengan momen gemilang yang tengah direguk Bali United.
Malahan hingga artikel ini ditulis, mereka sedang kedinginan di pucuk klasmen, mengangkangi Persipura dan PSM. Sebagai fans Sriwijaya FC, nama Bali United menjadi 'spesial' untuk diperhatikan lantaran mereka kini ditukangi Widodo, sosok yang 'dipaksa' menepi oleh manajemen Sriwijaya. Kini tangan dinginnya terbukti mampu mengatrol Bali United hingga klub ini patut diperhitungkan peluangnya meraih gelar juara. Memang di Bali United ada banyak pemain berlabel bintang seperti Irfan Bachdim, Comvailus, hingga Fadil Sausu dan Ricky Fajrin. Tapi jangan lupa bahwa secara kualitas Bali United sebetulnya tidak jauh dibandingkan Sriwijaya FC. Sosok Comvailus yang kini menajdi predator paling tokcer pun sebetulnya mengingatkan kita pada Alberto Convalves musim lalu yang beringas saat dilatih Widodo di Sriwijaya FC. Ya, agaknya predikat striker tajam 'diwariskan' melalui tangan dingin Widodo dari Beto ke Comvailus.