Ini adalah salah satu kompetisi paling 'ngeri' di dunia, yaitu Liga 2 Indonesia. Bagaimana tidak ngeri, ada 59 klub yang harus 'baku hantam' untuk memperebutkan kuota lolos ke Liga 1 yang hanya 3 klub. Artinya ada peluang untuk lolos yang hanya 5,08 persen saja. Itu pun hitung-hitungan setelah 3 klub 'gantung tiket' dari persaingan semula yang melibatkan 38 klub. Sebagai perbandingan, Serie B dan Segunda selaku divisi kasta kedua di Italia dan Spanyol yang kontestannya 22 klub dengan tiket lolos ke Serie A dan La Liga masing-masing 3 alias peluangnya 13,63 persen. Dengan kata lain, tingkat keketatan Liga 2 lebih greget daripada dua kompetisi tadi.
Tapi sisi 'ngeri'-nya bukan hanya urusan peluang lolos ke Liga 1 yang sangat sempit, melainkan ancaman 'degradasi' massal yang menyeret separuh lebih para peserta. Bayangkan saja, kompetisi Liga 2 ini ternyata terdiri dari 3 jenis persaingan, yaitu promosi ke Liga 1, bertahan di Liga 2 serta degradasi dari Liga 3. Mekansime promosi ke Liga 1 ditempuh lewat jalur dua peringkat tertinggi di tiap grup yang diadu dalam 16-besar yang bermuara pada 3 tim terbaik yang bakal menggusur tiga tim terbawah dari Liga 1. Peringkat 3 dan keempat di tiap grup akan melakoni 'seleksi tambahan' berupa babak '16 besar' untuk menentukan 5 klub yang dipastikan bertahan di Liga 2. 5 klub beserta 13 klub yang tidak lolos ke Liga 1 bakal bergabung dengan 3 klub 'lungsuran' dari Liga 1 sebagai kontestan yang 'bertahan' di Liga 2 bersama.
Sekali lagi saya tegaskan bahwa peringkat 3 dan peringkat 4 masih mungkin bertahan tapi mungkin saja terdegradasi ke Liga 3. Artinya dari 6-8 peserta di fase grup awal Liga 2, peringkat 5-6 atau 5-7 atau 5-8 bakal terseret gelombang 'tsunami' degradasari, sedangkan peringkat 3-4 bisa jadi terseret bisa jadi lolos lubang jarum. Sungguh, ini kompetisi 'saling sikut' yang sangat ngeri. Jangankan untuk lolos ke Liga 1 dengan bercokol di peringkat 1 atau 2 tiap grup, menggapai rangking 3 atau 4 saja pun masih was-was kena degradasi. Separuh lebih peserta Liga 2 musim ini akan 'bedol desa' dari kasta kedua menuju kasta ketiga.
Anggap saja saya meraih peringkat 5 di sebuah grup, maka tahun 2018 klub saya ada di Liga ketiga. Kalaupun saya melejit dengan berhasil promosi ke Liga 2 di akhir musim 2018, entah dengan mekanisme kompetisi yang bakal serumit apa, sehingga tahun 2019 saya berlaga di Liga 2 dan selanjutnya saya bisa promosi ke Liga 1 akhir musim 2019, maka saya paling cepat berpotensi ke Liga 1 pada tahun 2020. Sekali lagi sauda-saudara, 2020 adalah musim paling cepat saya bisa berada di Liga 1 sebagai 'klub tergusur' dari Liga 2 di tahun 2017. Rasa-rasanya menggapai peringkat 2 saja sudah cukup melelahkan ya...
Ngerinya Liga 2
Rabu, September 20, 2017 by
Arfive Gandhi
Posted in
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Ngerinya Liga 2"
Posting Komentar