Sebagaimana saya duga, kemerdekaan Catalan kurang [atau bahkan belum] memperoleh dukungan dari negara lain. Artinya, syarat kemerdekaan sebuah negara gagal dipenuhi secara de jure atau hukum. Jelas sebuah kerugian yang telak bagi eksistensi negara yang wilayahnya berasal dari provinsi dengan nama sama di negara Spanyol. Pukulan telak yang dalam hati saya akui tampak tidak dipersiapkan sama sekali oleh pergerakan kemerdekaan Catalan.
Harus diakui bahwa upaya kemerdekaan Catalan dilatarbelakangi tiga hal. Pertama urusan budaya yang dianggap terlalu beda, jelas alasan yang tidak akan bisa dimengerti oleh masyarakat Indonesia yang sejak lahir sudah mengenyam indahnya keragaman. Alasan kedua tentang ekonomi. Ya, kontribusi provinsi Catalan bagi ekonomi Spanyol mencapai seperlimanya, artinya mereka punya basis kekuatan ekonomiyang relatif kuat, wajar jika mereka optimis membentuk negara dengan pemerintahan tersediri. Yang ketiga tentunya 'dendam' masa lalu dimana pemerintah pusat identik dengan sejarah pengekangan.
Upaya kemerdekaan ini praktis hanya dibumbui bentrokan antara pendukung kemerdekaan dengan polisi dalam momen demonstrasi. Praktis tidak terdengar adalah pelanggaran HAM kelas berat ataupun kekerasan yang sistematis, masif, dan terencana. Berdasarkan pengalaman proses lepasnya Kroasia, Slovenia, hingga Kosovo dari Yugoslavia, memang patut diakui bahwa negera-negara lain bakal cepat iba ketika tersaji penyerangan.
Dari sisi ekonomi pun negara-negara lain, khususnya di kawasan benua Eropa, tidak berani ambil risiko dengan mendukung kemerdekaan Catalan. Terlalu berisiko dengan Catalan merdeka, lantas Spanyol goyah perekonomiannya. Agaknya konflik antara pemerintah pusat yang berbasis di Madrid dengan pergerakan separtis di lokal Barcelona. Alhasil, negara-negara memilih bermain aman.
Indonesia sendiri sepertinya memberikan sikap tidak mengakui kemerdekaan Catalan dengan pertimbangan tersendiri. Pertimbangan ini berupa solidaritas kepada Spanyol atas negara yang tengah terancam gerakan separatis. Situasi wajar yang didukung kenyataan bahwa provinsi Catalan tidak mengalami situasi yang berbahaya/tindakan militer serta banyak aspek legal yang masih meragukan atas kemerdekaan tersebut
Kemerdekaan yang Gagal
Tak Kasat Mata di Pundak dan Pikiran
Beban yang sangat berat masih menggelayuti
Periode ini cukup banyak pekat
Kompak merendam udara sekitar
Menepikan nafas yang kian tersedu
Hanya aku mencoba pahami irama
Walau rima masih jarang bisa kuterka
Tetap jua jalani
Karena diam hanya menunda problema
Beban teramat gundah menjejali
Hingga langkah serba salah
Padahal asa tengah diburu
Nyali tak punya opsi untuk mengendur
Ketidakseimbangan
Aku sadar bahwa adil adalah teori terindah yang paling sulit dilaksanakan oleh manusia. Tatkala berurusan dengan isu 'keadilan', maka di situlah manusia akan ditampaki segala kepayahan dan kelemahannya.
Begitu pula diri ini, adil sangat sulit. Apalagi jika kita disuguhkan dua opsi yang sebetulnya sudah condong ke salah satu pilihan. Sukar menyangkal bahwa kecenderungan memang ada dan dilatari faktor rumput. Sukar menepis bahwa humus yang tak kasat mata berada di sebelah pihak.
Tiada maksud buruk untuk menafikkan opsi yang lain. Hanya saja, angin belum meneduhkan tapak demi tapak ini. Sementara waktu bergulir, biarkanlah aku mengais pikiran dan tenaga untuk menyumbangkan yang terbaik. Ya, aku upayakan yang terbaik tanpa harus mendengar keluhan atas prasangka semata.
Atraktifnya Beyond Skyline
Saya sudah hampir setengah tahun lebih vakum dari bangku penonton bioskop. Ya sebagai pencari nafkah, ada banyak agenda yang harus ditunaikan. Karena itulah satu sore ini betul-betul saya manfaatkan untuk nonton walau belum tahu mau film yang mana.
Ternyata ada film sci-fi sekaligus laga yang menarik, yaitu Beyond Skyline. Alasan menarik secara subjektif adalah dibintangi juga okeh duo aktor laga Indonesia, Iko Uwais dan Yayan Ruhiyan.
Lorong Legendaris
Lorong yang penuh kenangan. Setahun terakhir di kampus dulu, lorong ini mungkin oernah mendengar sayup aku lirih terouruk hingga aku berjingkrak dalam harapan.
Tentang Tawadhu
Salah satu yang membuat hidup ini nyaman adalah tawadhu.
Jadi kalau hidup kita gelisah tidak enak, salah satu penyebabnya adalah tawadhu kita belum bagus.
Tidak cukup kita memperbanyak ilmu, memperbanyak amal, tidak cukup. Kita harus memeriksa penghancur amal kita.
Jauh lebih disukai dosa yang ditaubati daripada amal yang takabur.
Orang yag tawadhu hatinya tunduk kepada syariat Allah
Orang yang tawadhu mennyukai saran dan kritik sepedas apapun
Orang yang tawadhu tidak meremehkan orang lain dalam bentuk apapun
Orang yang tawadhu itu kokoh, seperti pohon yg akarnya menghujam ke tanah, ditempas angin diterpa badai ya 'ajeg we'
Kutipan nasihat Aa Gym
Huda dan Pelajaran Berharga
Dua pekan lebih sosok Choirul Huda meninggalkan kita. Beliau mengakhiri kiprahnya secara heroik walau tentu ada rasa isak atas insiden di lapangan kala itu. Walau bagaimana pun juga beliau mewariskan pelajaran berharga untuk kita. Pelajaran yang sudah mulai langka untuk dicontohkan pesepak bola maupun insan manusia biasa.
Pelajaran tentang loyalitas
Pelajaran tentang kerendahan hati
Pelajaran tentang mudah berbagi dengan sesama
Pelajaran tentang kelegowoan
Pelajaran tentang dedikasi
Musim yang akan terus dikenang bagi pemerhati sepak bola Indonesia
Cerdasnya "Menjunjung Bahasa Persatuan"
Tidak bisa dipungkiri bahwa bahasa Catalan menjadi salah satu identitas yang mendorong pergerakan Catalan untuk merdeka. Bahkan, pada beberapa periode, bahasa Catalan dilarang digunakan. Alhasil, sebagian masyarakat Catalan benci dengan bahasa Spanyol.
Sementara itu di Indonesia, masyarakat justru bebas melestarikan bahasa daerahnya dengan bahasa Indonesia sebagai pemersatu. Di sistem pendidikan Indonesia pula, kita dihadapkan pada mata pelajaran Bahasa Daerah serta tentunya Bahasa Indonesia. Maka nikmat yang layak didustakan dari #bahasapemersatu ini?
Karena itulah, saya menyimpan kekaguman atas diksi Sumpah Oemuda pada bagian ketiga. Termuat "... menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sebuah oengakuan identitas tanpa mengharamkan identitas asal yang memang menjadi kekayaan bangsa Indonesia.
Hening dan Nir-makna
Hening tidak terkait dengan damai
Ambigu pula dengan kemurungan
Berkawan akrab dengan hilang arah
Dan menyerah dan waktu
Tanpa tahu apa yang layak diperbuat
Hening tidak terkait dengan syahdu
Apabila bersinggungan dengan langit
Malah tiada makna
Jika hanya senyap menanti pekan bulan bahkan tahun berganti
Meletup tapi Berbuah Riak
Menyandang asa tak bermakna senyum di senja
Kedipan mata, secepat itulah angin berbalik peran
Bisa saja mendadak melesat dingin
Justru berbisik kabar yang tak diingini
Sarang yang didamba malahan nir-cahaya
Serunya tapak dan langkah
Beriringan arang kerap mengetuk pintu
Agaknya ingin terlalu berlebih
Tampaknya ini pertanda 'tuk berpaling
Entahlah pihak mana yang mendengar nyiur
Yang menyiutkan nyali dan bertaut pasti
Something's Big and Tremendous
Ada rencana yang tidak kecil, bahkan terlampau ambisius untuk anak seusia belia seperti saya. Rencana yang jarang ditempuh oleh spesies Homo sapiens yang berkecimpung di dunia akademik dengan rekam jejak tidak lebih dari hitungan jari satu tangan. Berlebihan, itu perkara sudut pandang
13th Sriwijaya FC
A Short Visited ICITSI 2017
Sharing Canvas
Tonggak Akademik BinusBDG
Kalau di DKI Jakarta, kampus berlokasi satu atap dengan mall/pasar raya bukan hal yang tabu. Tapi di Kota Bandung hal ini masih dianggap nyentrik. Apakah ada relasi antara kedekatan kampus dengan pusat aktivitas ekonomi merupakan isu yang menarik untuk diulas, tapi dengan latar pendidikan non-ekonomi dan pengetahuan statistik terbatas tentu saya kurang kompeten menyelidikinya.
Okay, ini adalah kampus tempat saya bernaung sebagai seorang pendidik. Wallahualam dengan faktor X,Y, atau bahkan Z, saya hanya fokus pada keinginan memberikan kontribusi yang terbaik. Bismillah.
BDG 0km
Lokasinya memang strategis, tapi tidak banyak yang tahu bahwa sebetulnya ini adalah titik pusat nadi perhitungan lokasi berbagai tempat di Kota Bandung. Mungkin karena jarang dijadikan tempat kegiatan yang menarik, mungkin juga karena hal yang sifatnya histori dianggap terlalu formal hehee.
The Left Responsibility
Barokallah Mas Nizar
Alhamdulillah kawan saya mas Nizar Zulfikar telah melangsungkan akad pernikahan di kawasan Dago, Kota Bandung. Lokasi yang masih satu kota membuat saya dan istri mengagendakan untuk hadir walau musti bangun pagi plus atur jadwal dengan agenda kondangan lainnya hehee. InsyaAllah jika diniatkan ibadah menjalin silaturahim maka ada ganjaran tersendiri.
Oh ya, beliau ini merupakan kawan saya yang hampir selama tiga tahun pulang bareng Pramuka lantaran rumah kami sama-sama berada di area Kabupaten Tegal sebelah Selatan. Di sela-sela liburan pasca-UN saya juga sempat mampir ke rumahnya di Harjowinangun. Beliau adalah sosok kocak yang penuh dengan tingkat 'ada-ada saja'. Mantan calon juru uang sekaligus pemangku adat sekaligus pradana ini merupakan sosok yang karir di ambalannya mirip dengan saya, yaitu diawali sebagai medioker tapi alhamdulillah eksis hingga purnabakti.
Apa ini?
Benang Kusut Rohingya
Rohingya, suku yang terusir dari negara asalnya, Myanmar. Rohingya juga telah menyita atensi sebagian masyarakat dunia, tak terkecuali di Indonesia. Ya, dengan status sesama negara ASEAN sekaligus benang merah berupa populasi muslim, sangat tidak mungkin Indonesia nir-simpati pada mereka. Pemerintah dan masyarakat sipil di Indonesia sudah mengerahkan berbagai bantuan. Uluran logistik, diplomasi politik, hingga doa terus digencarkan walau tidak juga berbuah hasil positif.
Perkara Rohingya memang terlanjur menjadi benang kusut yang sukar diurai. Masyarakat Indonesia tentu sangat sulit memahami dan menemukan analogi kasus Rohingya untuk urusan intern Indonesia. Jika gerakan separatis di Moro ada kasus serupa di Indonesia, jika labilitas politik pun pernah dirasakan Indonesia, jika pemberontakan juga demikian, maka tidak dengan 'pengusiran' suku tertentu agar mereka hengkang dari negerinya. Dengan ratusan suku belum pernah ada sejarahnya ada suku yang 'diusir' dari Indonesia. Insiden dan konflik SARA memang pernah menjadi aib tapi tidak pernah sekalipun ada tindakan pengusiran yang direstui pemerintah bahkan memaksa salah satu suku hengkang dari Indonesia. Maka, tidak heran Indonesia sangat bingung dengan kasus ini.
Dari kasus Rohingya, terbuka pula mata kita bahwa memang para negara adidaya itu 'berat sebelah'. Isu senjata nuklir serta diskriminasi suku Kurdi menjadi pangkal agresi Amerika Serikat ke Irak. Tapi isu pernah tidak pernah terbukti, malah terumbar jelas motif ekonomi dan politik di balik agresi itu. Namun, sangat gersang atensi negara-negara adidaya untuk ikut menjernihkan perkara Rohingya ini. Mungkin mereka tidak menganggap isu ini mengancam dominasi mereka sebagaimana ancaman mayor yang tengah 'direbus' di Semenanjung Korea.
Perkara Rohingya memang diselimuti berbagai isu. Ada ujar-ujar bahwa konflik ekonomi antara suku-suku di Myanmar sebagai penyebabnya. Ada ujar-ujar bahwa provokasi pemuka agama di Myanmar menjadi peletupnya. Ah macam-macam lah propagandanya. Tapi melihat berantakannya kemanusiaan dan masa depan anak-anak di sana, itu lebih dari cukup sebagai alasan untuk berdamai.