Kota Kinabalu sebagai ibu kota alias bandar raya dari negara bagian Sabah, menyediakan tata letak yang unik. Selain objek wisata alam, hampir objek-objek menarik di Sabah berlokasi di Kota Kinabalu. Di luar area Kota Kinabalu, sepi banget [lho kok tahu, hehee, sedikit bocoran episode mendatang]. Objek wisata alam yang melegenda di sini adalah Gunung Kinabalu serta berbagai pulau kecil di sekitar Kota Kinabalu. Keduanya bukan opsi yang realistis mengingat keterbatasan waktu dan tenaga. Dari berbagai objek yang menarik untuk ditelusuri di pusat kota ini tentunya kawasan dermaga yang membentang luas. Sejumlah titik menarik perhatian untuk didokumentasikan.
Kota Kinabalu itu panasnya poooool, udah macam Semarang lah. Secara suhu sih menyaingi Jakarta, tapi panas di sini murni faktor kawasa tropis dan pantai, bukan 'jebakan' kalor gedung-gedung dan kendaraan bermotor. Tapi, musim penghujan masih melanda pada saat saya di sini, alhasil suhu bisa berbalik nasib secara mendadak. Dan itu yang terjadi di tengah terik panas mendatang rintik hujan keroyokan hadir.
Sebuah titik yang sangat foto-able. Mirip dengan I Love KL, yang ada di Kuala Lumpur, kalau yang ini KK-nya tentu Kota Kinabalu.
Ikan merlion, simbol tidak resmi kota ini yang merepresentasikan dunia laut sebagai sumber ekonomi masyarakat di sini.
Hotel Capital, warnanya yang unik jelas sayang untuk dilewatkan begitu saja. Entah bagaimana mengarahkan tukang-tukang catnya.
Di tengah terik panasnya Kota Kinabalu, saya menyempatkan diri masuk ke sebuah psuat perbelanjaan. Bisa dibilang semacam BIP-nya Kota Kinabalu. Tapi, jelas namanya bukan KKIP, Kota Kinabalu Indah Plaza, lho ya. Ternyata sedang ada pentas seni tingkat nasional. Entah apa nama acaranya, yang pasti sajian tari budayanya memantik minat saya untuk menikmati eksotika budaya negara tetangga ini. Beberapa ritme musik maupun busana yang dikenakan mirip dengan yang ada di Indonesia.
Ya iyalah, Malaysia semenanjung memiliki kedekatan kultur dengan masyarakat di Riau, Kepulauan Riau, bahkan Sumatera Barat sesama rumpun Melayu. Sementara itu, Malaysia bagian Timur satu pulau dengan lima provinsi Indonesia dalam bingkai Pulau Kalimantan alias Borneo. Suku Dayak pun tersebar pula di Sabah dan Serawak. Wajar jika ada kemiripan, yang penting saat dicek dengan Turnitin kurang dari 20 persen lah.
Lantaran siang hari, jelas objek ini tidak berpenghuni. Namun bisa ditebak ini tempat 'nongkrong' anak muda di pagi dan sore atau malah malam hari.
Bangunan klasik ini saat ini menjadi kantor dewan pariwisata Sabah. Jelas eksteriornya seolah berbisik bahwa bangunan ini sudah ada sedari era kolonial.
Sebuah masjid yang lokasinya relatif tinggi, yaitu perbukitan agak menepi dari keramaian Kota Kinabalu.
Lantaran badan mendadak menggigil, saya putuskan kembali ke hostel untuk beristirahat s.d. malam harinya sebuah ajakan berbincang masuk ke WA saya.