rumput yang menjalar di sekujur lapang
kelak terangas dan berlalulah...
figur yang dapat s'lalu aku sapa
saling hargai dan berparesiasi kau dan aku...
siapapun teman yang kau tambah
makin aku utamakan aku
dan tak lagi sama kini...
antara kau dan aku..
bagai sekeping yang bersebelahan
namun tak lagi menatapi
tak lagi kuharapkan kau jadi milikku
angan yang dulu ya biarlah lapuk
bahkan untuk kembali erat s'perti dulu
bagai menanti iba yang pantang buatku
dan tak lagi Sama
TERKAIT KISAH 3 REMAJA
Secarik bayang memayungi
Adakah umurku 'kan sampai
Pada satu janji
dimana episode kita lanjut
Segala ratapan nan luapan
Kita baurkan dalam canda
Bukan kasarnya kata yang dicerna
Tapi hangatnya keakraban
dan pastinya 'kan kuluangkan waktu
'tuk lagi berbagi nuansa
saling kenang masa lalu kini dan nanti
adakah sampai saat itu
Bahagia Tanpamu
tengah malam saat suram mengukur jalan
bawa luka masih segar oleh deraan
tak ada arah ikuti kaki melangkah
lelampuan jalan lenggang tersedu
telah lama kuterbayang bakal terjadi
burung terbang dari sarang tiada kembali
adalah engkau memusnahkan kepercayaan
langit hitam saksi meradang sukmaku
biar sepi memagut
dan luka aku balut
hari ke hari bahagia tanpamu
biar hampa merayu
sendiri berlalu
hari ke hari bahagia tanpamu
tanpamu...
lagu ini mendadak sukses menyela penulisna proposal TA ini. Oh shell, lagu ini kenap aharus ter-play lagi? bukan hanya pada Winamp di Benzena (Benzena=nama laptop saya).
Lagu yang terbit sekitar 1995 di album V ini bercerita tentang kekecewaan seorang lelaki yang (entah dimadu atau gimana, tapi kalo dimadu kok berasa ayam madu donk?) pokoknya kecewa dengna perempuan yang disayanginya, kecewa sekecewa-kecewanya, namun di akhirnya nanti dia menemukan kebahagiaan dalam kesendiriannya.
Aransemennya bagus dengan diawali, diiringi dan diakhiri liukan (perpaduan gitar dan keyboard). Disambut rintihan gitar yang antara mendayu mellow dengan tegas ngerock. Pada intro di tengah, permainan agak "kasar" Lilo yang cukup rancak jutru menambah asyik lagu ini. Permainan vokal Katon pun cukup unik, dimana nada rendah di awal lagu justru semakin lama ia kalahkan sendiri dengan tarian nada tinggi di reffain. Pada akhir lagu sahut-sahutan backing vokal (bukan backing powder) menjadi ocehan yang sangat manis dipadu liukan musik yang justru menempelkan aksen Tiongkok. Permainan keyboard Adi tentunya memberikan nuansa yang rapi sehingga konsep pop rock yang elegan hadir dan membuat lagu ini (pada nantinya) tidak hanya bisa didengarkan di kamar, tapi juga di panggung. Sangat cerdas pemilihan tones yang selaras dengan konsep di lagu ini.
liriknya juga sangat ritmik dengan rima yang pas. Beberapa kosakata unik juga muncul di sini, misalnya "sarang", "mengukur", "meradang", "memagut", "balut", "segar", "deraan" dkk. Asli saya penasaran bagaimana bisa KLa menemukan kata-kata itu. Pokoknya buat kawan yang sedang "patah", dan dengarkan lagu ini pasti ngerasa "in banget nih lagu"...
Well, salah kekurangan di lagu yang "temporer" banget ini adalah belum adanya video klip, haha, kalau boleh aku usulkan konsep seorang mahasiswa. Si mahasiswa ini, sebut saja Nanas, kagum dan menaruh hati pada seorang mahasiswi. Si mahasiswi, sebut saja Belimbing, pun tahu. Karena prinsip yang Nanas teguhkan, ia tidak menjalin ikatan apapun dengna si Belimbing. Ibaratnya TST (Tahu Sama Tempe, eh bukan ding...Tahu Sama Tahulah). pada suatu ketika trjadi konflik diantara mereka berdua. Nanas pun memilih untuk tidak memaksakan pendapatnya. Hingga suatu saat Nanas tahu Belimbing udah jadian, ama siapa y? mmm, sebut saja Nangka (sungguh variabel yang anehh).
Nah konsepnya diawali si Nanas yang abis pulang dari rapat ormawa di kampus, waktu itu hujan gede, mati lampu, karena kehematan (dan kekereannya), si Nanas ga bawa payung pulang ke kosan. Bayang-bayang konflik bikin dia ga ngerasa dingin. Namun lamunannya buyar ketika mobil berkecepatan 1024 Mbps lewat di kubangan jalan yang mencipretkan air yang entah apa rasanya ke wajahnya). Tanpa sengaja dia melihat Belimbing dan Nangka lagi makan di suatu kafe (kalo customernya Belimbing ama Nangka, yang dimakan apa ya? Urea mungkin) yang karena mati lampu, maka digunakanlah lilin (bukan berarti Belimbing inget job jaga lilin), dia mencoba menahan emosi.
Ketika esoknya di acara ormawa yang dia siapkan dia pentas di dalamnya. Pentasnya tentang keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia dikombinasikan (bukan dipermutasikan) dengan akulturasi dengan budaya lain seperti Tiongkok, Melayu. Di tengah pentas , si Jambu Mete (kawannya) ngabari Belimbing tadi putus, namun si Nanas mengambil sikap tidak lagi menghiraukan Belimbing. Dia sangat menikmati keberhasilan pentasnya yang diiring kekompakan timnya. Ketika pentas usai, dia menari-nari riang di hadapan si Belimbing. Nanas sempat membelakanginya, sempat juga badannya menghadap si Belimbing, namun tidak menatap wajah Belimbing sama sekali (emang buah belimbing wajahnya dimana?) , ya ibaratnya Patrice Evra ama Luis Suarez lah..
Mungkin kesannya aneh... Namanya juga kriptografi ^_^(do u realize what i tell originally?)
Lidah Api
bilakah yang terjadi kali ini bukan sebatas temporer
namun menjadi awal yang permanen melekat
maka bisa jadi jawaban dari langit t'ah dirintikkan
kabut itu pangkalannya gunung
namun mengapa di sabana pun terjelajahinya
senyap itu bermuara di palung
lantas jelaskan logikanya merantai di kakiku
sepintas bayangan kecutnya aku terdampar di pinggir karang
dan terseret pada jalan yang bermandikan sari dan kidung dari rembulan
tersesat aku di taman yang terhampar jembatan menjulang ke langit
dan berselancar angin pada dahan jati hindari meteor yang nampak mengincarku
permata yang ikut berjingkrak dari gunung saujana
membekas imajinasi yang selalu saja nyaris jua
hingga aku berenang pada telaga berair santan
angan... anganku dimana?
di tepian persimpangan jalur sayap patah
namun bilakah yang disebut madu itu hanya di lidah
dan obat itu manis di pembuluh
biar aku digiring menujunya
dengan atau tanpa aku baca apa yang hendak aku injak
11 bulan lagi
Februari 2012...
akhirnya untuk pertama kalinya saya nonton sidang kawan satu fakultas... Pengalaman saya nonton sidang selama ini berkutat di fakultas elko, malah anak TT mulu.. Pertama dan kedua (aku lupa urutannya) di Januari 2011 kaka kelas (sejak SMA lho) Agung Aji Wiguno dan ex-Presma 2009 Ahmad Khanif. Sebenarnya mau nonton ex-wapres 2009 Muhammad Fachrie, namun ada hal lain (saya lupa apa) sehingga tidak bisa menyaksikannya. Dan selang hampir setahun, di 2012 aku sempatkan nonton sidangnya ka Achmad Fajar Ridwan (ex-Mendikar 2011).
Dan di Januari 2012 aku ga sempat untuk nonton kawanku sejak PDKT yang kemudian satu kelas dan satu BPH, Zudha Aulia Rachman. Namun di 20 Februari ini aku nonton sidang anak IF lho... #berasa ndeso, yaitu kawan satu BPH, Budiman Eka Saputra Rohman.
Lantas kapan saya? InsyALLah Januari 2013. Dibandingkan angkatan 2008, saya terhitung minoritas. Memang ada kekurangahlian dalam manajemen waktu. Dan konsekuensinya saya sudah lama dalam hati untuk siap menanggungnya.
Dan artinya 11 bulan lagi saya akan segera memulai rencana hebat yang sudah saya persiapkan. Apa itu? minta doanya saja
Berkacalah di Cermin, bukan di Kuah Soto
judul di atas terinspirasi dari adik kelas saya yg bernama Lalu Fikri, kebetulan dia adalah staf KDR HMIF 2011 plus ketua Fantasy 2011. Kalimat itu berawal dari lelucon narcis-narcisan yg membanggakan ketampanan masing-masing. Tatkala ada yg dengan mengunggulkan kegantengannya, si Fikri nyeletuk, "makanya kalo ngaca di cermin, jangan di kuah soto"... Sontak ketawalah semuanya, yeah itu cerita yg hanya saya dengar tanpa menyaksikan stand up comedy spontan tersebut.
Namun, bila ditelaah labih lanjut, khususnya bagi saya yang penggemar berat soto dalam versi apapun (baik Soto Betawi, Soto Lamongan, Soto Bandung, Coto Makassar, namun teteplah paling enak Soto Sedap Malam Tegal) itu merupakan filosofi yg sangat waoww sekali..
Dalam arti yang saya maksud seperti ini, jika kita ingin berintrospeksi diri dengan bertanya pada orang lain seperti apakah kita ini, bagaimanakah kelakuan kita, dan sebagainya, maka tanyakanlah pada orang yg memang objektif dan apa adanya, bukan orang yg kita tanya hanya karena kita suka padanya namun absurd pandangannya
well, bagaimana menurut kawan?
Terima Kasih Perak Syawal
Perak Syawal...
ini bukan nama orang, tapi sebuah sepeda abu-abu yang aku kenal dan menjadi pendampingku sejak Bulan Syawal 1432 H lalu...
Banyak kenangan an jasanya selama ini menemaniku dalam kuliah, HMIF, Racana, AI Lab, jadi tentor Kimia di Hikari lain-lain ...
Maaf bila aku teledor hingga perjodohan kita berakhir di hari ini..
Masih aku berharap dipertemukan lagi, biar ALLah memberi yang terbaik
Sedikit Pemikiran Numpang Lewat
astaghfirullah... belakangan mulai mengalami kekurangkonsentrasian dalam menikmati hidup yang spesial ini. Entah apa ada yg hilang atau seperti apa.
- Ini terinspirasi dari kaka kelas saya yg sangat maniak terhadap kedirgantaraan, khususnya perpilotan. Sampai-sampai dalam suatu kepanitiaan, dia "sukses merasuki" kepanitiaan itu dengna tema kedirgantaraan, yatu panitia LKO 1 2008. Nah, mendadak dangdut, eh mendadak muncullah ide agar saat presentasi tugas kuliah dibawakan dalam kemasan yg bertema, misalnya presentasi tentang introduksi Artificial Intelligence, maka dibawakan dengan konsep sebuah penerbangan ke sebuah pulau yg disebut sebagai Pulau AI. Nah, ntar timnya ada yg berperan sebagai pilot, co-pilot, pramugari/pramugara, terus slide-nya diberi tema grafis serupa. Konsep yg menurut saya, simpel, namun akan memberi kesan yg "lain" dan bisa melatih teknik komunikasi yg fokus pada suatu tema acara
- Untuk ide kedua yang numpang lewat ini, sebenarnya terinspirasi dari maraknya rayuan gombal di layar kaca dan layar kacamata saya (alias di depan mata). Jadi akan menjadi sebuah pancingan di awal presentasi, yaitu sebuah gombalan antara dua orang anggota tim presentasi yg main gombal-gombalan (tapi jangan bermenit-menit), misalnya presentasi tentang Grafcit, maka diawali lawakan "kamu sedang belajar ambil mata kuliah grafcit y?" | "ko tahu?" | "karena kamu telah mengkonvolusi hatiku" | namun harus gombalan yg bikin klepek-klepek pendengarnya, kalau gagal maka akan terkesan garing dan nggak banget
Pandangi Jogja Malam ini-episode 4--dari mandala krida, wisma atlet sampai dengan remote course
insyALLah 10 Februari 2012 ini magang saya di Disparbud selesai dengan laporan sudah saya ambil dari tukang fotokopian setelah dijilid. Dan artinya bolos(baca:cuti di luar ketentuan akademik) selama sepekan ini akan selesai. Melanjutkan postingan Pandangi Jogja Malam ini-episode 3, kali ini tentang 4 pekan terkahir di Jogja (dan Sleman pastinya) dimana bermunculan berbagai fenomena hidup yang so sweet-lah. Maaf kalo agak kurang kronologis.
Pertama, tentang stadion Mandala Krida yang terletak di tengah kota YK dengan kapasitas yang (maaf) relatif sempit. Tapi masih menang telak dibandingkan Stadion Tri Sanja markas Persekat Kabupaten Tegal. emang di situ saya mau ngapain? thowaf keliling stadion? Hohoho...pastinya nonton bola, saat tulisan ini dibuat sudah dua kali saya nonton di situ (dan melewatkan 2 pertandingan lainnya).
Laga yang pertama adalah PSIM Jogja vs Persebaya Surabaya 30 Januari 2012. Di stadion aku kembali bisa menayksikan Anoure Obiora yang memang selalu kontributif pada tim yang dibelanya (dulu pernah aku foto bertemu dengannya saat Persita vs Sriwijaya FC di Siliwangi Stadium, Bandung). PSIM, klub yang menjadi sarana pemersatu penggila bola (tapi yang waras banyak kok) dengan kaosnya yang bermotif parang baris khas Jogja. Sejak awal menginjakkan kaki di Bumi Ngayogyakarta target saya memang bisa nonton+beli kaos PSIM. Kesampaian juga...alhamdulillah..
Nah laga kedua ini nih Persija Jakarta vs Persipura Jayapura 7 Februari 2012. Yeah, saya tidak bercanda, tuan rumahnya Persija dengan status musafir stadionnya, bukan berganti nama menjadi Persija (Jog)Jakarta. Overall, dua tim penyumbang pemain timnas yang masing-masing mengalami problema. Muncul sekte Persija versi LPI dan Persipura masih berkutat dengan kasus lolos tidaknya ke kompetisi regional Asia. namun bukan itu yang menjadi sorotan saya, tapi suporter kedua tim yang membuat saya menyaksikan kebringasan orang brutal. Entah kronologis awalnya bagaimana, namun api dan batu menjadi komoditas yang meracuni sore itu. Kerusuhan yang entah apa manfaatnya. Beberapa orang yang satu kubu pun sampai kerepotan menahan laju kebrutalan kawannya. Dan ada pula seorang suporter (yg menurut saya perlu dibawa ke psikolog) melempar batu ke arah penonton yang justru satu kubu. Entah dalam pengaruh alkohol ataukah emosi. Tak cukup di situ, saat menunggu TransJogja untuk pulang, terjadi kerusuhan (apakah) lanjutan dengan tiba-tiba kaca bawah shelter TransJogja di seberang jalan (bukan yang di saya) ditendang hingga pecah. Hmmm,, Sempet kepikiran juga sih misal saya terjebak di tengah-tengah kebiadaban ini (bukan di pinggir, gimana y? mana di tas ada almamater IT Telkom lagi,,bisa nyeret nama kampus nih kalo ambo jadi korban). Dan esoknya sesuai dugaan saya hal ini masuk koran.
Tiap hari saya pun kerap membaca berita di koran yang direcoki berita tentang wisma atletyang mulai menerobos ranah politik. Jujur saya agak males ngobrolkan politik, jadi wisma atlet yang saya senggol kali ini tentang atlet intelektual Bingung kan? Oke, ini sebenarnya hanya sebuah majas perbandingan doang. Jadi gini, salah satu kakak kelas saya alumni IF IT Telkom yang sedang menempuh Magister Ilkom di UGM. Secara kebetulan kediaman beliau menjadi wisma atlet. Atlet apa? bisa atlet bakyak, bisa atlet kelereng, bisa atlet sastrainformatika. Beberapa atlet sedang dalam persiapan menuju kompetisi di JobFair X UGM. Wahh, buat yg statusnya masih mahasiswa kayak saya, tentu jadi tertarik untuk pengen tahu. Banyak atlet alumni dari kampus IT Telkom yang berikhtiar di kompetisi ini.
Tadinya aku cuma ingin nonton dari luar, tapi penasaran juga ngapain aja sih stand-stand yang di dalem. akhirnya aku masuk juga ke dalam dengan ngumpulkan formulir (yg gratis namun tertulis "lulus bulan ... tahun ...". Ya, titik-titik itu dengan berbagai strategi tidak masalah. Di dalam meskipun goal saya adalah mencari info, bukan mengumpulkan CV, namun muncul juga naluri untuk kuliah yg bener biar punya modal (yg ga cuma IPK) di dunia kerja nanti. Di arena situ terjadi Paradewa reunion dimana ada kang Wepe(kepala suku Paradewa), ada bang Eriz (depan kamarku), dan bang Carte (lantai 1). Di situ aku bertemu juga Wahyu (Tek. Sipil 08 UNS-ex DNA). Kaget nian dia melihatku..Hohoho...sukses y buat kawan-kawan dan kakak-kakakku...
"teman-teman"?? ya, kawan-kawanku yang sukses dengan target 3,5 tahun alias sudah bergelar ST, layaknya Donni(IF-32-04), Nia(IF-32-04), Dewi(IF-32-01), Syarif(SK-pira rif?), Lisa (TI-te'i berapo lis?) dan sejenisnya juga pada dateng ke sini. Oh ya, sedikit kesimpulan yang saya dapatkan adalah. Tidak ada teori pasti mana yang disukai korporasi, yg fresh graduate ato yang sudah berpengalaman, yg IPK-nya 3,00 atau tidak, yg punya pengalaman organisasi atau tidak.. Yang pasti ikhtiarlah yang optimal, baik dalam kesempatan gladi/KP/magang, organisasi dan kuliah. IPK bukan segalanya, IPK hanya syarat biar bisa ngumpulin berkas lamaran. kalo udah keterima ya udah, hanya sebagai kisah masa lalu.
Di sela-sela wisata MICE (opo itu MICE? di paragraf berikutnya saya paparkan), tanpa sengaja saya mampir ke kawasan Malioboro yang sedang menyelenggarakan Pekan Budaya Tionghoa V. Dan sesuai namanya, Tionghoa di situ sebagai "budaya", bukan "suku" dan memang banyak partisipan dari keturunan Indonesia dengan atraksi liong yang ciamik. Ada juga lho kontingen dari tentara, ada yang dari perguruan wushu, ada yang kontemporer dance. Ga nyesellah meskipun pulang ke kawanku di Monjali yang jauhnyooooooo. Sebelumnya aku juga sempat nonton di Pasar Malam Panggung Sekaten (PMPS) yang waoww sekali mitra olahraga dalam menyajikan galeri budaya Jawa. Ada batik, ada bengkel pembuatan gamelan, keris, ada juga galeri wayang dan lainnya lupa (saking banyaknya). Dan sungguh bangga sebagai bangsa Indonesia dengna kekayaan khazanah budayanya. Oh ya, bagi masyarakat Jogja dan sekitarnya, Sekaten bukan hanya sebagai ritual tradisi, namun menjadi suatu event yang rekreatif dan merekatkan keluarga. Ekonomi kerakyatan pun lumayan signifikan dengan pasar malam. Dan memang perekonomian Yogyakarta bersandarkan pada pariwisata dan kegiatan akademik.
MICE definisikan aku agak bingung nulisnya gimana. Intinya gini, kita dateng ke sebuah event yang goal utamanya bukan buat seneng-seneng tapi acara bisnis/akademik/formal lainnya yanng dilanjutkan dengan piknik wisata.
Ohya, aku juga sempat belanja buku di deket Taman Pintar (yg nuansanya kayak di Palasari) judul bukunya Kimia Komputasi yang ternyata (ininih yang bikin saya klepek-klepek) isinya pure tentang Farmasi,,,,arghhhhh....opo iki? kayong esih mending moco kitab tafsir William Staling tentang Operating System.
Adapula kawan-kawanku di Racana UGM yang sangat welcome (jangan diterjemahkan "kesed" di paragraf ini coy). Aku kenal mereka di tahun lalu (baca Pandangi Jogja Malam ini-episode 2) dalam event TKNP3T. Alhamdulillah keakraban ini tidak menguap pasca-event. Nice mas n mba...makasih udah diajak makan malam di warung deket Kopma UGM (FYI=di pergaulan kawan-kawan saya, mengajak makan malam merupakan pertanda persahabatan yang erat lhoo :D).. (ini saya tambahkan bada' Maghrib 10Feb), di Jumat 10Feb ini awalnya saya hanya berencana main seperti biasa sekaligus pamit (masa iya sering main tapi pas pulang malah ga ngabarin. bis akayak lagunya Jikustik "pergi tanpa pesan"), eh ternyata eh ternyata di situ sedang mau ada pelantikan koordinator bidang. Alhasil saya pun diajak baris sebagai undangan "ujug-ujug", dan agak berintung saya membawa jaket almamater sehingga masih bisa mempertahankan budaya formal..yang pasti di Racana Tumenggung Wiraangunangun-Nyai Prabu, saya sedang menyiapkan beberapa usulan untuk menuju ke arah lebih baik...keep scout spirit
Dan di akhir pekan ini seharusnya aku harus di Bandung karena kuliah. Namun karena masih terikat perjanjian sampai 10 Feb, maka sepekan ini aku Remote Course alias kuliah jarak jauh dengan cara mem-follow up informasi kuliah (termasuk pembentukan kelompok) dan belajar sesuai silabus di tempat PKL.. Di tempat aku PKL juga ada beberapa pegawai yg interface-nya mirip kawan-kawanku di IT Telkom, ada yg mirip donnimirza, ada yg mirip ahkam, ada yg mirip siapa lagi y?hohoho
InsyALLah akhir pekan ini sudah ke Bandung ...Get ready untuk semester yang lebih baik
- Makasih buat kang Fachrie, Tri Adi wibowo dan Wardono yang memperkenankan saya numpang di kalian
- Makasih buat kawan2 alumni IT Telkom yang udah berwisata MICE di YK, sukses buat kariernya (k'Faisal, k'WP, k'Carte, k'Yumas, Zudha, Donni, k'Fahmy, Lisa, Nia, Syarif, Dewi, k'Kukuh, k'Fuad, k'Eriz, k'Bence, Febri, Eggi, Sigit dll)
- makasih jgua buat Racana Gadjah Mada-Tribhuwanatunggadewi (k'Asih, k'Aziyz, k'Niken, k'Dika, k'Atina, k'Marta, k'Fuad, k'Zawa, k'Fiya, k'Agung, k'Bambang dll)
Overall, Jogja kali ini tentnag belajar untuk hidup pasca-kuliah. Entah dariman adatangnya pemikiran ini, namun mendadak muncul pemikiran saya menjadi dosen pasca lulus.. Waowww...Apakah aku akan kembali lagi ke Jogja?? Feeling-ku sih iya, dalam rangka apa? Biar skenario-Nya aku baca dan syukuri