Kerja di dunia IT isunya menggiurkan. Gajinya selangit, proyeknya nggak abis-abis, kliennya ketagihan, intinya ladang yang basah sekali. Tak heran jumlah perguruan tinggi dengan rumpun ilmu komputer (ilmu komputer, informatika, teknologi informasi, sistem informasi, teknik komputer, ilmu komputasi, rekayasa perangkat lunak dll) bertebaran nan menjamur. Tatkala menjelang lulus, asumsi bahwa kerja bidang IT itu masih terasa manis. Barulah saat memasuki lingkungan kerja semua terasa ironi. Gaji yang tak kunjung naik, proyek yang tidak terkendali, jobdesc yang di luar sekup, jenuh di jobdesc sekarang, hingga karir yang itu-itu saja.
Perusahaan yang kurang mau/mampu "membeli" tenaga IT
Alhasil gaji udah stuck di angka segitu-segitu saja. Jangankan IT, secara umum sulit bagi karyawan mengajukan kenaikan yang sesuai "pasar" dengan alibi sekarang belum waktunya annual assessment.
Guys...untuk kasus gaji yang stuck kembali ke prioritas apa yang diharapkan saat ini. Pengalaman kah? Dekat dengan keluarga kah? Gaji kah? Jika memang kondisi gaji mempengaruhi performansi, saran saya hanya dua. Seringlah berkunjung ke perumahan orang yang kurang mampu, atau resign saja dari perusahaan sekarang.
Perusahaan Enggan "Menyekolahkan" Karyawan
Tidak perlu muluk-muluk di-S2-in. Memberi jatah sekian hari hingga mingguan bagi karyawan untuk sertifikasi, training dll merupakan ciri-ciri perusahaan yang sehat. Ya paham lah kalau sebaliknya bagaimana.
Dalam konteks ini masalah yang kerap terjadi adalah kekhawatiran si karyawan kabur setelah selesai training/sertifikasi. Untuk kasua ini, opini saya sederhana. Budaya memproyeksikan orang yang menanjak karirnya di perusahaan tersebut tidak terwujud.
Perusahaan yang Buta Karir IT
Pasti ada rasa ingin mengangkat karir sendiri. Tapi yang sering terjadi di perusahaan yang bukan IT core-nya, tidak ada jenjng karir IT.
No Response to "Ngepoin Karir di IT"
Posting Komentar