Aku, dan juga istriku, belum memilihkan nama yang "final" untuknya. Sejauh ini kami me-mention-nya "dede bayi". Aku teringat ucapan Najwa Shihab di acara Hitam Putih, bahwa saat tahu sedang mengandung, maka sejak saat pula sudah ada rasa cinta ke buah hati, walau dia belum lahir. Aku sepakat dengan pendapat itu.
Aku merasa ada yang berbeda jauh selama tiga periode di tahun ini. Tiga periode ini tentang saat masih lajang (baca: jomblo yang menghabiskan weekend mengerjakan tugas MTI), saat mengawali rumah tangga berdua dengan istri, serta saat memasuki peran sebagai calon ayah.
Untukmu... buah hati yang belum kunamai...
yang menemani istriku sekaligus ibumu
Untukmu... buah hati yang belum kunamai...
Buluk kudutku merinding saat membayangkan takdirmu ditulis di lawhim maghfudz
Untukmu... buah hati yang belum kunamai...
Engkaulah yang turut mewarnai hari-hari kami, (calon) ayahmu dan (calon) ibumu
Untukmu... buah hati yang belum kunamai...
Kunanti tangis perdanamu dengan senyuman pertamaku pula buatmu :)
Untuk Buah Hati yang Belum Kunamai
Senin, November 23, 2015 by
ve
Posted in
TARInspiratIVE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Untuk Buah Hati yang Belum Kunamai"
Posting Komentar