Streaming menjadi alternatif memuntaskan keinginan menonton konser 30 tahun KLa project bertajuk Karunia Semesta. Faktor banyak tenggat tugas akhir semester dan juga penghematan finansial menjadi dua alasan menonton jarak jauh. Hikz hikz... Kita doakan semoga masa "prihatin" bisa usai dengan manis.
Okay, konsernya sendiri keren parah. Ini adalah konser band Indonesia paling kece yang aku pernah nonton (emang pernah nonton konser musisi lainnya?? Wkwkwk) Tiga puluh lagu (sesuai usia band ini) dibawakan yang membuat konser ini memakan durasi nyaris empat jam, itu pun sudah meringkas beberapa lagu. Usia individu para personel sedikit banyak memengaruhi durasi jeda antar-lagu, tapi totalitas tetap diusung mereka selayaknya prinsip saat tampil di atas panggung.
Katon Bagaskara, masih tetap kokoh dalam mengejawantahkan emosi dan pesan-pesan di tiap lagunya. Tampil ekspresif tapi efektif mengingat dirinya bakal berlaga hampir di 30 lagu, kecuali beberapa nomor yang memberinya jeda rehat. Sebagai vokalis utama, dirinya mampu mengomandoi jalannya konser tanpa harus mendominasi atensi, justru dia tangkas dalam berbagi peran dengan musisi sepanggungnya.
Lilo alias Romula Radjadin, menunjukkan peran 'unik' yang membuatnya dikangeni KLanis saat KLa Project kolaps, yaitu humoris di atas panggung. Berbagai skenario 'melucu' mampu memikat tawa sehingga jeda antar-lagu menjadi sarat makna. Sentuhan gitar progresifnya mampu konsisten dan progresif.
Adi Adrian, tanpa mengucilkan personel lain dan musisi pendukung, namun dirinya patut disebut sebagai 'man of the match' pada malam tadi. Improvisasi permainan keyboard-nya sagnat berwarna dan totalitas. Di sejumlah nomor beruansa romantis, dirinya membius lewat alunan yang khusyuk, misalnya Anak Dara, Semoga, Lepaskan, Romansa. Tapi di beberapa nomor lain, dirinya justru mengumbar alunan musik 'techno' yang sangat menghentak, sebut saja di lagu Lantai Dansa, Rentang Asmara, Sudi Turun ke Bumi, Laguku, Hey, dan juga Dekadensi.
Konser 30 tahun KLa Project memiliki arti khusus lewat sejumlah lagu yang jarang dibawakan dalam konser, atau bahkan tidak pernah (ya mana saya tahu konser mereka jaman Alesandro Nesta masih di Lazio ke sanaan). Dimulai dari Satu Kayuh Berdua selaku lagu pembuka, Bantu Aku, Lepaskan, Pasir Putih, Lantai Dansa, Radio, dan tentunya kejutan Takluk. Lagu Takluk di konser ini bahkan diklaim sebagai penampilan langsung perdananya di hadapan penonton walau justru dibawakan dengan versi "ajaib" dari Isyana.
Unsur musik etnik kultur yang pernah dibawakan di sebuah konser tahun ini juga diangkat dalam versi kolaborasi. Paduan ajaib Saujana dengan kultur Minang, Lagu Baru dengan Sunda, Pasir Putih dipadu Bali, hingga lagu "keramat" Yogyakarta dengan Jawanya.
Konser yang beruntung masih bisa saya tengok lewat aplikasi internet walau beberapa fitur seperti screenshot tidak bisa dijalankan. Memang, nonton di lokasi lebih asyik, moga-moga di konser berikutnya. Btw, 30 lagu yang dibawakan tidak mengikutkan lagu saat berbendera NuKLa serta album Excellentia. Agaknya KLa Project masih sulit beranjak dari status band nostalgia. Terlepas dari itu, salut atas konser ini
#lanjutngepaper
No Response to "30 tahun KLa Project"
Posting Komentar