Surakarta, dikenal sebagai kota yang kreatif, termasuk kreatif dalam seni kerajinan. Salah satu potensi di bidang seni kerajinan ini adalah generasi muda yang aktif dalam mengeksplorasi ide-ide kreatif. Dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menjadi salah satu pusat kreativitas generasi muda di Surakarta dalam bidang kerajinan. Hal inilah yang menjadi alasan Indonesia Kreatif mengunjungi kampus ini sebagai rangkaian Roadshow Indonesia Kreatif Goes to Campus (IKGTC).
product designer di Universitas Pelita Harapan. Waktu itu dia harus langsung mengerjakan berbagai proyek di bengkel, bahkan proses seperti mengampelas atau mengelas harus dilakoninya tanpa bantuan tukang. Saat ini Gladys, lebih fokus di bidang desain interior dengan menggunakan bahan dasar kayu.
Gladys mengawali diskusi pada hari itu dengan sebuah tips yang penting bagi perajin muda di ISI Surakarta agar mampu bertahan di tengah pasar. Tips pertama adalah keharusan untuk mempunyai ciri khas. “Kita yang bergerak di dunia kreatif, dunia desain sangat penting sekali untuk mempunyai sebuah ciri khas. Karena kalau kita punya ciri khas, orang lain lihat kita akan langsung tahu. Mereka akan langsung punya pemikiran kepada kita dan itu bisa kita jadikan nilai jual untuk produk kita,” jelasnya. Karena itulah, seorang perajin perlu keberanian untuk memilih apa akan menjadi ciri khas produknya sehingga ke depannya perajin dapat fokus dalam mempelajari teknik-teknik yang berkaitan dengan ciri khas produknya. Ciri khas ini pulalah yang menjadi pembeda dalam kaitannya kompetisi antarproduk di pasar.
Dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan ciri khas, tentu perajin akan menghadapi berbagai tantangan, misalnya saja kegagalan secara berulang-ulang dalam bereksperimen. Gladys sendiri mengakui bahwa hingga saat ini, dirinya kerap menghadapi kesulitan saat bereksperimen, namun hal itu tidak mengendurkan semangatnya dalam berkreativitas. Justru, dia menganggapnya sebagai peluang untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu lain guna dikombinasikan dengan ilmu kesenian, sehingga produk yang diharapkan dapat direalisasikan.
Ciri khas produk yang menjadi identitas unik seorang perajin pun memerlukan masukan dari orang lain agar produk yang dibuat tidak menjadi egoisme sepihak, melainkan sesuai dengan selera pasar. Dan untuk memperoleh ciri khas unik, Gladys berpesan bahwa seorang perajin bisa memikirkan sesuatu yang tidak dipikirkan orang lain.
Gladys sendiri walau terhitung masih muda, namun mampu menarik perhatian dengan ciri khasnya yang menggusung gaya Scandinavian design dari Swedia dengan adaptasi/peralihan terhadap pakem Indonesia. Ciri khas inilah yang menjadi nilai plus bagi produk-produk Gladys di mana pada awalnya konsep ini cukup mengagetkan pengamat desain interior di Indonesia. Untuk mewujudkan ide-ide dengan gaya Scandinavian design tersebut, Gladys rupanya memilih menggunakan kayu lokal Indonesia yang diakuinya mempunyai kualitas bagus dan kuat. Namun agar tidak mengancam kelestarian alam, Gladys Angelina ternyata membuat produknya dengan kayu daur ulang.
Selain mempunyai ciri khas, tips lain yang perlu dilakukan oleh seorang perajin adalah aktif dalam berbagai pameran (exhibition). Bagi perajin yang masih dalam tahap awal memulai karir, pameran menjadi kesempatan untuk mendemokan produk-produk yang dikreasikannya. Dengan banyaknya orang yang mengikuti pameran, peluang untuk bertemu calon klien akan semakin besar. Melalui pertemuan tersebut, akan diperoleh berbagai kesempatan untuk memperoleh feedback atas produk-produk kita, relasi dari berbagai kalangan, motivasi dalam meningkatkan kualitas dalam bersaing dengan produk lain, dan tentunya momen untuk menawarkan produk kita langsung kepada calon klien. Dari situ pulalah, seorang perajin akan mulai dikenal media dan mulai diperhitungkan. “Aktif di pameran serta dekat dengan media, maka kita membuka kesempatan kepada masyarakat mengenal produk kita.”
Gladys memang tidak sembarangan dalam memberi tips. Dirinya merupakan perajin yang aktif dalam berbagai pameran. Terhitung sejak 2011, tidak kurang dari 14 pameran telah diikutinya, antara lain : Wirausaha Mandiri Expo 2013, CASA by BRAVACASA 2013, Pop Up Store Market 2013, Brightspot Market, dan Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2012. Tidak bisa dipungkiri bahwa partisipasi di event-event tersebut memberi andil dalam kesuksesan di bidang kerajinan interior yang diraih Gladys saat ini.
Selepas sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif, Managing Director Indonesia Kreatif, Riyanto di sesi penutup menambahkan bahwa produk kreatif itu harus menambah nilai, memecahkan masalah, dan berdaya saing. Tiga poin ini akan menjadi sebuah produk tidak hanya berbeda dengan produk lainnya secara wujud, tapi juga memberikan manfaat, baik bagi pembuatnya maupun bagi masyarakat. Diharapkan pasca Roadshow Indonesia Kreatif ini, dapat dihasilkan kerja sama lanjutan antara Indonesia Kreatif dengan civitas akademika ISI Surakarta yang merupakan wahana berkreasi generasi muda di Kota Surakarta dalam subsektor kerajinan.
——
Foto: Dokumentasi Indonesia Kreatif
No Response to "Roadshow IDKreatif : IKGTC ISI Surakarta"
Posting Komentar