kan berbagai kreativitas yang "KLa bangettt". Kolaborasi dengan berbagai musisi yang mampu menyuguhkan atraksi memukau. Lagu-lagu yang dibawakan pun merupakan "portofolio-portofolio" yang menunjukkan kelas mereka,
- Laguku, Lilo berkolaborasi dengan ketiga orang backing vokal. Itulah konsep dasar lagu ini. Pergeseran atraksi penyumbang suara di sini menjadi kesempatan untuk unjuk gigi yang dimanfaatkan dengan baik (walau belum maksimal) oleh ketiga backing vokal tersebut. Keempat penyanyi di lagu ini agaknya masih bergelut dengan membagi porsi suara manusia dengan suara instrumen, padahal ini jadi momen yang pas untuk bermain akapela.
- Tentang Kita, 24 tahun yang lalu lagu ini jadi hits yang mendakan kemunculan band ini. 17 tahun lalu lagu ini dibuat versi akustiknya yang renyah luar biasa. Dua tahun lalu evrsi daur ulang oleh RAN juga tak kalah menarik. Dan malam itu versi akustik yang kedua disajikan dengan memukau. Perbedaan utama terletak pada permainan alat musik gesek yang lebih dominan dengan intro dikomandoi oleh trombone. Jujur, lagu ini kayaknya terlalu sulit untuk tidak dijadikan ajang berkreasi dengan berbagai versi keriangan :)
- Waktu Tersisa, lagu yang sebelumnya agak biasa saja bagi saya sebelum konser ini berlangsung. Petikan gitar Tohpati dan dentingan piano Badai saling bersahutan di lagu ini tak lama setelah ketiga personel KLa mempersilahkan mereka berdua mengambil alih panggung. Sempat ada feeling 'masa cuma mereka berdua sih?'. Tiba-tiba tanpa basa-basi seorang pemuda dengan mantel plus topi dan syal berjalan elegan menuju microphone dan langsung menghentak dengan syair 'menyusur keramaian sepanjang sisi kota...'. He's Glenn... Glenn Fredly... What a surprise Kolaborasi ketiga benar-benar OK punya. Bagi yang belum pernah dengar lagu ini, pasti mengira ini lagu baru Glenn yang cengau suaranya sangat dominan, Tohpati dan Badai? Mereka layak menjadi "pesulap" yang sukses berat menciptakan harmonisasi di instrumen tanpa listrik menjadi sangat 'manis'
- Anak Dara, lagu ini di versi aslinya merupakan balada yang sangat 'simpel' dengan berbagai olahan suara syahdu paduan perkusi dan piano. Versi asli tersebut sudah membuat orang bisa membayangkan betapa riuh tapi tetap syahdunya bila dikombinasikan dengan permainan orkestra. Dan itu sangat terbukti dimana lagu ini menjadi balada yang menghanyutkan suasana.
- Semoga, salah satu lagu favoritnya dan entah kenapa ketika pertama kali membaca novel Tenggelamnya Kapal Van der Wyick *cmiiw* saya langsung membayangkan lagu ini hehee. Pada KLakustik (1996) lagu ini menjadi sangat syahdu dan di Grand KLakustik lagu ini semakin manis dengan sentuhan orkestra dimana pada bagian klimaksnya gesekan violin mendayu-dayu seolah mempermainkan emosi pendengarnya. Saluteee
- Lara Melanda, lagu balada yang pertama kalinya saya dengar secara langsung. Mereka masih tampil bertiga (pasca lagu Gerimis). Kebetulan lagu ini juga persis dilantunkan ketika saya datang. Tirai besar merah marun ketika intro dibuka dan eaaaa sebuah tim berjumlah banyak memainkan orkestra yang masya Allah ciamik mamamiaaaaa. Diawali kesan musik 'kebingungan' seperti di kartun-kartun Tom and Jerry, dan disambung kemegahan khas orkestra
- Tak Bisa ke Lain Hati, as usual this song make we only focus to hear and join to sing together :) Salah satu lagu dari "trilogi" yang menguasai tangga musik awal dekade 90-an. Pada lagu ini KLa lebih memerankan lakon utama dengan dengan pembawaan yang tegar dan tetap berkarakter. Peran orkestra lebih sebagai penopang kekokohan instrumen. Instrumen lembut orkestra seperti violin menjadi pemain minor. Tampaknya KLa ingin membuktikan bahwa musik orkestra juga bisa tampil "tegar", bukan hanya lembut :)
- Hey, berbagai alat musik tiup dan perkusi berkicauan dengan selaras khas orkestra di awal lagu ini. Wah ternyata ini lagu Hey. Agak nge-mars memang lagu ini jadinya, walau begitu, derap ritme di lagu ini masih nyaman di telinga. Mungkin bila Katon bisa lebih mengkoreografikan orasi di lagu ini akan lebih menarik. Keunggulan di lagu ini adalah musik dan vokal yang rapi :)
- Belahan Jiwa, bisa dibayang betapa uniknya ketika seseorang di tengah tribun berdiri dan memainkan harmonikanya sebagai pembuka sebuah lagu? Itulah kreativitas yang diajukan KLa di malam itu.
- Terpuruk Ku Di Sini, permainan terompet menghiasi lagu ini dimana Katon mampu menyuguhkan hentakan-hentakan emosi
- Satu Kayuh Berdua, asli rasanya agak histeris dengan bagaimana semangat lagu ini dibawakan dengan benar-benar UPBEAT....two thumbs for you all
- Meski T'lah Jauh, lagu ini selalu menghadirkan Lilo sebagai penyanyi dimana lengkingan vokalnya khas. Sesekali dia mempermainkan penonton konser dengna permainan vokalnya yang tinggi dan meloncat-loncat di sejumlah nada atas
- Bahagia Tanpamu, agak rancak permainan orkestra dimana memang lagu ini bertemakan kepatahhatian. Agak kaget juga karena ternyata Lilo yang menyanyikannya. Dan itu artinya semua lagu dari album V divokalkan oleh Lilo semua.
- Romansa, pembawaan agak formal diiringi derap perkusi di versi aslinya pernah diobrak-abrik Lilo dalam versi rock. Padahal di versi KLakustik 1996 Katon masih menjaga aura hening agak tegang. Dan di Grand KLakustik ini Lilo mampu mengomandoi dengan apik. Lengkingan vokal khas Lilo menegaskan bahwa dia punya andil dalam mewarnai kekayaan khasanah musik KLa
- Gerimis, lagu ini tidak sempat saya saksikan. Tapi dari rekaman di YouTube, agaknya lagu ini menjadi pemantik pagi KLanis untuk kembali mengenang KLakustik. Diantara semua lagu di malam itu, hanya ini lagu yang benar-benar dimainkan ketiganya, walaupun cara pembawaannya agak berbeda dengan konser khas KLa Project lazimnya. Lagu ini dibawakan dengan suasana agak kalem dan pencahayaan yang kelam. Agaknya memang bertujuan sebagai pengingat bahwa ini adalah sekuel (yang tidak direncanakan pada 1996) dari konser KLakustik (yang pertama). Say hi yang asyik juga karena di lagu ini (yang menjadi pembuka konser) Katon sudah mengajak penonton ikut bernyanyi.
- Sudi Turun ke Bumi, lagu KLa yang paling kontroversi hehee, bukan karena video klip ataupun liriknya (justru kalau secara lirik ini merupakan lagu dengan pilihan kata yang paling unik), tapi karena aransemennya. Di album pertama hingga ketiga, KLa hadir sebagai musisi yang elektrik dengan lirik balada, begitu pula dengan album keempat dan kelima nuansa elektrik lebih garang, album KLakustik muncul sebagai kontradiksi, segala perubahan itu secara kebetulan senada dengan trend musik saat itu, tapi di album Sintesa (dengan Sudi Turun ke Bumi sebagai hit single-nya) justru KLa menampilkan musik techno. Musik techno memang tidak begitu populer di Indonesiaa, khususnya dengan kondisi musisi Indonesia sebagai lakonnya. Dan dalam sejarah KLa sendiri, lagu ini relatif jarang dibawakan. Alhasil Sudi Turun ke Bumi menjadi kontroversi dengan pertanyaan 'benarkah itu lagu yang mempunyai spirit KLa Project?'. Tapi KLa sendiri menikmati karyanya diobrak-abrik dengan balutan musik latin dalam konser kali ini. Permainan rancak solo guitar sempat membuat orang kebingungan tentang lagu apa yang dimainkan kali ini. Sudi Turun ke Bumi kalau boleh jujur patut saya sebut sebagai 'produk' Grand KLakustik paling sukses :)), alasannya lagu techno di-move on-kan dengan versi latin. What a creative arrangement bro
- Saujana, lampu panggung disisakan secuil seolah jadi 'instruksi kepada penonton untuk diam. Petikan harpa mengkhusyukkan pendengaran. Sebagian besar penonton terdiam karena terlalu sayang kalau permainana harpa ini diganggu berisiknya tepuk tangan. Benar-benar syahdu dan permainan solo ini diakhiri dengan petikan harpa yang langsung mengingatkan pada sebuah lagu, yaitu Saujana. Harmonisasi di lagu ini sangat keren.
- Jiwa Merapuh, permainan piano Adi Adrian langsung menghipnotis dimana tanpa dikomando langsung terbayang suasana "mencekam" khas lagu Jiwa Merapuh. Dan benar saja, orkestra di lagu ini mantap nian menjadi dekorasi yang kelam. Walau tidak disebutkan, agaknya sosok Adi menjadi komando di lagu ini dimana dia tampil sebagai sosok yang mengkoneksikan KLa dengan tim orkestra.
- Dekadensi, lagu ini sebenarnya juga menjadi aktor pembantu kontroversinya album Dekadensi. Musik techno dipadu liukan gitar ditambah permainan drum yang rancak menjadi kombinasi yang belum pernah dijumpai di lagu-lagu KLa sebelumnya bahkan jarang ditemui dalam permusikan Indonesia. Agak kaget juga ketika tahu lagi ini dibawakan di Grand KLakustik, bisa jadi berwujud seperti apa? Ternyata segala ornamen musik techno dimigrasikan ke konsep orkestra. Kolaborasi tiga gitar yang dipimpin Lilo menjadi senjata ampuh yang menjaga kegarangan lagu ini. Hanya saja Katon agak keteteran di bagian reff dimana dia tampil sendiri sedangkan di lagu asli dan konser lainnya dia berbagi peran dengan Lilo.
- Menjemput Impian, aishhhhh sungguh ga bisa komentar apa-apa untuk lagu ini....
- Prahara, permainana ritmik gitar khas langsung membuat ngeh kalau ini lagu Prahara. Dan memang penyajian sendunya khas dan cocok diiringi permainan orkestra yang kali di-setting mengalun kalem
- Kidung Mesra, kemegahan lagu ini di album KLasik digubah dengan keriangan yang sangat lepas. Tempo pada reffain penuh semangat dan bergairah, agaknya KLa tampil tanpa beban segala tetek bengek urusan teknis :) Kalau boleh memberi skor, lagu ini layak diberi angka 97 dari skala 100.
- Yogyakarta, memang tak lengkap konser KLa tanpa lagu ini. Semarak alunan orkestra benar-benar klop untuk membuat lagu ini lebih dan lebih ^_^
- Mana Kutahu, salah satu lagu buatan Adi Adrian yang dikemas dengan suasana kelam dan mencekam, bahkan melebihi seramnya Terpurukku di Sini. Kematangan Adi dalam mengaransemen terbukti ditambah keberanian Katon bermain di beberapa not yang melengking.
- Kau Pulihkan Luka. Ini lagu favorit saya di album Excellentia dimana Katon berduet dengan Sierra Sutedjo, namun di lagu ini biduan yang menjadi partner-nya adalah Angel Pieters. Cengau Angel menjadi kombinasi pas tatkala bersahutan dengan Katon. Suasana ceria buatan orkestra mampu melambungkan semangat pendengarnya.
- Lagu Baru, dan inilah klimaks konser tersebut. KLa mengundang Sisca (ex-backing vokal di awal karir KLa) dimana dangdut menjadi senjata pamungkas kreativitas KLa pada malam itu :)
Masya Allah bersyukur sekali bisa menjadi bagian dari penonto konser kreatif tersebut.
1 Response to "Grand KLakustik: indescribable Creativity [2]"
Ulasan yang sangat menarik tentang KLa dan Konser Grand KLakustiknya...terima kasih..
Mereka adalah legenda hidup musik Indonesia
Posting Komentar