Mungkin topiknya agak basi karena FC Barcelona sudah dinobatkan sebagai peraih trebel winner tiga pekan lalu.
Laga penentu menantang Atletico di Vicente Calderon merupakan goresan pertama berupa trofi La Liga 2014/2015. Jelas laga yang emosional bagi pemain Barca yang musim lalu sudah berseragam Blaugrana. Kenapa? Laga pamungkas Barcelona di Camp Nou musim lalu adalah aib karena si tamunya, Atletico Madrid yang berjingkrak sebagai juara La Liga 2013/2014 pasca hasil imbang 1-1. Satu gol Alexis Sanchez di babak pertama dibayar mahal gol Godin di babak kedua, inilah gol penentu juara. Musim ini punggara Barca ganti berselebrasi di kandang Atletico Madrid. Laga yang hanya melahirkan sebiji gol Messi. Perjalanan Barca di La Liga sendiri harus diawali dan diselipi dengan getir. Sanksi embargo transfer menghadirkan kemelut di manajemen. Zubizareta digusur dan Puyol juga hengkang dari manajerial. Adaptasi pemain baru juga menuai kontroversi. Rakitic tidak fasih bertiki-taka. Suarez masih menjalani sanksi 9 laga pasca WC2014. Vermaelen cedera hingga akhir musim. Di tengah badai itu sosok Munir el Haddadi tampil sebagai striker muda yang meleda, sayang setelah sempat mencuat dia perlahan lenyap dan kembali ke Barcelona B. Ngomong-ngomong Barcelona B artinya menyinggung La Masia. Ya, La Masia mulai hilang tempat di skuad inti Barcelona. Bukti tersohih adalah dilegonya (walau ada yang berstatus pinjaman) Tello ke Porto, Cuenca ke Ajax, Deoleufo ke Sevilla. Kiper asli La Masia, Jordi Masip hanya mencatat 1 kali main di La Liga. Singkat kata, berliku. Itulah situasi dimana rival utama Real Madrid melaju kencang. Tapi maraton La Liga memunculkan kisah heroik tersendiri. Gaya main Rakitic justru menghadirkan chemistry tersendiri dengan Iniesta dan Busquet. Pasca ditinggal Puyol musim lalu, duet Pique dan Mascherano sangat tangguh di kotak penalti. Jangan lupakan alternatif bek sayap yang sangaaat melimpah pada Daniel Alves, Adriano Correira, Jordi Alba, Jeremy Mattheiu, hingga Marc Bartra dan Martin Montoya. Sosok Claudio Bravo juga menjadi fenomena lewat penampilan gemilangnya. Tengok saja trofi Zamora yang digaetnya di akhir musim. Barisan depan jelas menjadi fenomena tersendiri. Trisula MSN, begitu inisial ketiganya menjadi kengerian tersendiri di La Liga. Bahkan secara objektif maupun subjektif, gelar El Pinchichi Ronaldo kurang meriah. Suarez yang awalnya canggung justru meledak lewat gol-gol pentingnya. Yang paling diingat tentu gol penentu kemenangan di El Classico di paruh kedua musim ini.
Ya, pasca laga tersebut iklim di pucuk klasmen La Liga berubah. Barca memang sempat inferior lewat kekalahan 1-3 atas Real Madrid serta tumbang 0-1 oleh Sociedad. Tapi kudeta sukses dan di pekan-pekan berikutnya Madrid dirundung tekanan hebat, puncaknya hasil imbang 2-2 vs Valencia.
Laga pekan 38 versus Deportivo La Caruna menjadi ajang penobatan Barca sebagai kampiun La Liga musim ini. Musim terakhit pula bagi Xavi Hernandez. Musim spektakuler yang dalam beberapa pekan kemudian diiringi trofi Copa del Rey dan Liga Champion
Pesta di kandang sendiri juga menjadi raihan spesial Barcelona di Camp Nou dalam hajatan Copa del Rey. Sang tamu Athletic Bilbao tersungkur dengan skor 1-3. Sebenarnya yang diingat oleh saya dari final ini hanya dua. Pertama kebingungan mencari venue lantaran kedua klub awalnya menghendaki final digelar di Santiago Bernabeu, kandang Madrid. Jelas usulan sangat politis karena siapapun pemenangnya adalah musuh bebuyutan Madrid. Jangan lupa rivalitas Catalan dan Basque vs kaum ibu kota. Kedua gol ajaib Messi yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Puncak dari tr3ble ini adalah final dua tim calon peraih treble, yaitu.Barcelona (juara La Liga dan Copa del Rey) vs Juventus (juara Serie A dan Coppa Italia). Revolusi mental yang didengungkan di negeri ini justru lebih sukses dijalankan oleh skuad Barca. Dua gol Barcelona via Suarez dan Neymar murni hasil serangan balik. Sangat jarang Barcelona mempergunakan taktik ini. Tiki taka memang tidak sekental dulu mengingat maestronya kini tinggal Iniesta dan Busquet. Tapi possession ball tetap didominasi Barca. Juara Eropa dengan cara yang fenomenal, yaitu menjungkalkan para juara bertahan liga-liga domestik musim lalu (Ajax, Celtic, Man. City, PSG, Muenchen, dan Juventus).
PR besar sudah menanti, yaitu nasib lulusan La Masia. Kesuksesan yang membedakan Barcelona era 2009-an dengan 2015-an
No Response to "#dr3am #tr3ble"
Posting Komentar