Tiap akhir semester, dosen akan memperoleh 'surat cinta' yang menceritakan bagaimana sosok dirinya di mata mahasiswa. Di Universitas Indonesia, kami menyebutkan EDOM, jika di Universitas Telkom, hmmm apa ya namanya. Ya... yang ada di menu Survey lah hehee.. Ini ketiga kalinya saya memperoleh surat cinta tersebut. Rasanya bersyukur dengna adanya mekanisme demikian walau saya merasa skemanya perlu diperbaiki. Mengapa demikian, nanti saya jelaskan.
Ada dua bagian dalam survei tersebut di Universitas Telkom, yaitu kuantitatif serta kualitatif. Bagian kuantitatif memaparkan tingkat kepuasan mahasiswa berdasarkan kriteria tertentu yang diukur memakai 4 skala Likert. Semester lalu saya mengalami penurunan skor walau masih dalam tahap memuaskan. Saya kurang mengerti apakah perubahan skala Likert 4 item dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang 5 item merupakan penyebabnya atau bukan. Naif jika menyebut penurunan ini hanya sekedar statistik. Skor tersebut mencerminkan kualitas saya di hadapan pihak-pihak yang menerima langsung layanan dari saya. Saya tentu tidak boleh seenaknya mengklaim kesuksesan jika ternyata performa saya belum memenuhi kebutuhan mahasiswa selaku konsumen saya.
Di bagian kualitatif, saya kadang mengalami kesulitan dengan jawaban singkat yang 'baik-baik saja', misalnya 'lanjutkan', 'sudah bagus', 'mantap', 'like this gan', dan semacamnya. Sederhana saja, saya kurang bisa menerka apakah memang jawaban singkat tersebut mencerminkan keseluruhan persepsinya ataukah jawaban yang sengaja dibuat ringkas karena malas menjabarkan, saya harap tidak demikian tentunya. Saya beberapa kali menemukan pula kritik yang sangat konkret, misalnya ritme mengajar yang terlalu cepat, dan [yang baru kali ini muncul di semester ini] tugas yang terlalu banyak. Khusus mengenai tugas yang terlalu banyak, ini akan saya ulas di artikel lain, tapi kalau sempat, ini sedang mengejar beberapa ketikan lain yang mendesak. Saya bersyukur dengan adanya kritik tersebut. Saya tipe orang yang belajar dari kritik walau saya akui tidak semua saran bisa saya penuhi lantaran keterbatasan diri.
Saya sendiri berharap mekanisme survei demikian tidak hanya satu kali di akhir semester, tapi dua kali. Alasannya simpel, yaitu agar mahasiswa di tengah semester bisa menyampaikan unek-uneknya sehingga dosen bisa memperbaiki lebih dini. Semoga di kampus yang saya ajar juga demikian.
Evaluasi Dosen, Sebuah Review untuk Preview
Senin, Januari 08, 2018 by
Arfive Gandhi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Evaluasi Dosen, Sebuah Review untuk Preview"
Posting Komentar