Kemenangan akhirnya ditorehkan Tim Nasional Indonesia di ajang AFF 2018. Kemenangan yang berharga sekaligus 'cukup' melegakan. Sebelum laga, Timnas dirundung tekanan yang sangat berat lantaran tumbang di laga pertama kontra Singapura. Lebih jauh lagi, Timnas kali ini diterpa berbagai cobaan yang sangat berat jauh sebelum kompetisi AFF 2018 ini dihelat. Dramatisnya akhir kontrak pelatih Luis Milla, dicoretnya Saddil Ramadhan lantaran terlibat cekcok urusan pribadi, tarik-ulur dengan klub-klub Liga 1 yang masih bergulir, persiapan yang mepet dan minimalis, dan tentunya statistik ironis berupa lima kali hanya bernasib 'nyaris juara'. Jelas bahwa masyarakat gelisah menanti kapan kiranya Indonesia bisa menggapai gelar juara AFF 2018. Jangan lupakan bahwa Timnas U-19 sudah 'buka puasa' pada tahun 2013, sedangkan Timnas U-16 sudah memupus rekor gagal di tahun ini. Upaya membanding-bandingkan antara generasi junior dengan senior pun tidak bisa dielakkan.
Hasil undian menempatkan Indonesia satu grup dengan Thailand, Singapura, Filipina, dan Timor Leste. Bisa dibilang, komposisinya persis dengan edisi 2016 lalu dengan tambahan Timor Leste. Meskipun skuad yang dilatih oleh Bima Sakti Tukiman ini lebih mewah dibandingkan edisi 2016 era Alfred Riedl, situasi saat ini tidak kalah pelik lantaran empat lawan Indonesia kali ini pun mengalami peningkatan pesat. Secara kasat mata peluang Indonesia lolos semifinal tahun ini pun hanya 40 persen lantaran hanya ada dua klub yang lolos dari lima kontestan. Bandingkan dengan peluang 50 persen di tahun 2016 karena kontestan berjumlah empat negara di tiap grup. Dari empat laga yang dilakoni, ada dua partai tandang yang relatif berat, yaitu menyatroni Thailand dan Singapura.
Thailand merupakan kolektor gelar terbanyak dengan lima kali juara, termasuk dua tahun lalu saat menaklukkan secara agregat Indonesia tahun 2016 lalu. Singapura memang sudah mengalami degradasi kualitas pasca pensiunnya Noh Alam Shah, Muhammad Ridhuan, Alexander Duric. Di berbagai kompetisi level junior pun mereka rontok. Tapi jangan lupakan sosok Shahril Ishaq yang menjadi mimpi buruk bagi Persija saat meladeni Home United. Ada juga Hariss Harun yang menjadi titik sentral keberhasilan Johor Darul Ta'zim mendominasi Liga Malaysia, termasuk menjuarai AFC Cup beberapa tahun lalu. Faktor histori bahwa Singapura adalah kolektor empat gelar juara tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Filipina, ini negara sudah jauh melejit perkembangan sepak bolanya. Jika dulu Kurniawan dkk sempat melumat 13-0, kenyataannya di edisi piala AFF [2014 dan 2016], Indonesia masih nir-kemenangan atas mereka, termasuk skor 0-4 empat tahun lalu. Praktis hanya Timor Leste yang di atas kertas relatif mudah. Itu 'di atas kertas', dan kenyataannya kadang 'di atas lapangan' justru terjadi kebalikannya. Setidaknya itu yang terjadi semalam ketika mereka sempat unggul 0-1 lewat serangan balik yang mengejutkan.
Apakah berarti Timnas Indonesia tidak berbuat apa-apa? Jelas tidak. Harapan itu masih ada.
Selama peluit akhir pertandingan belum ditiup, artinya bola dan takdir masih bergulir. Indonesia memang belum pernah juara, tapi Indonesia tidak pernah lupa caranya untuk bangkit.
Bisa apa Indonesia di AFF 2018?
Rabu, November 14, 2018 by
Arfive Gandhi
Posted in
Sepakbola
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Bisa apa Indonesia di AFF 2018?"
Posting Komentar