Saya tidak hafal ini visitasi yang keberapa di zona nol kilometer Yogyakarta. Setidaknya di 2006 pasca lomba proposal kegiatan anti-rokok, di 2011 bareng peserta TKNP3T, dan 2012 bareng BPH; itu yang terlintas di memori. Kali jelang subuh saya "kabur" dari rutinitas dalam bingkai "ngabuburit" jelang subuh, subuh lho ya bukan maghrib wkwkwk. Sepi? Banget, hanya saya sendiri di salah satu sisi perempatan dan tampaknya nihil orang di ketiga sisi perempatan lainnya. Praktis saya disuguhi panorama "bersih" berisi bentang karya arsitektur, seni, dan konstruksi di perempatan legendaris ini.
Banyak yang sudah berubah. "Tugu" monumen batik sudah diganti. Yang ada di avatar Instagram saya sudah "pensiun". Pun dengan sejumlah aksesori seperti replika sego kucing dan aksara jawa 3-dimensi. Penggantinya tidak kalah keren walau secara ukuran lebih "hemat". Itulah perubahan yang akan terus dilangsungkan selagi jarum jam terus bergulir. Eksistensi di dunia tidak ada yang dijamin abadi, justru bersiaplah diganti.
No Response to "Jelang Subuh di Nol Kilometer"
Posting Komentar