Okey, jika biasanya saya posting tentang jalan-jalan, jalan-jalan, puisi, dan puisi, kali ini saya coba mengupas sedikit tentang bagaimana caranya membangun hubungan yang romantis dengan pihak isntitusi. Ini berdasarkan observasi serta partisipasi saya dalam kepemimpinan seorang ketua himpunan yang inspiratif yaitu om Alvin #yang presenter Just Alvin.
Pertama, jangan pernah mengikuti dogma bahwa kita ke institusi kalau kita lagi butuh duit saja
Kenapa? Penjelasan simpelnya menyerupai hukum aksi-reaksi. Kalau kita ke rektorat maupun dekanat hanya karena butuh duit dari mereka ya mereka pun hanya akan mendekati kita kalau butuh dana dari kita. Lha, masalahnya (setahu saya) belum pernah sejarahnya rektorat/dekanat mengajukan permintaan dana ke BEM/himpunan, dengan kalimat lain "mereka ga butuh duit dari kita, tapi kita butuh duit dari mereka" yang bisa dikonversi menjadi "kita mengemis pada mereka". "mengemis"?? kan itu uang statusnya hak BEM/himpunan.
Well, sebagai orang yang pernah di BEM/himpunan/ormawa di ITT, harus diakui hampir semua ormawa tak jauh berbeda dengan balita yang hanya pintar meminta (jika kata "mengemis" terlalu sarkasme, kelihaian berwirausaha masih kurang. Alhasil yang jadi orientasi ketika membutuhkan dana adalah menagih hak kita di gedung rektorat/dekanat. Tak hanya itu, tiap ormawa/BEM/himpunan sikap kemanjaannya sangat tinggi dimana hanya memikirkan pemenuhan hak dana dari pos kemahasiswaan di rektorat/dekanat. Kembali ke pemenuhan hak BEM/himpunan/ormawa tadi, jika mental yang dipunyai masih demikian rasanya frase "mengemis" boleh jadi terhitung sopan :) cmiiw. Ya at least masih untung tidak disinggung sebagai mahasiswa munafik yang mencela perilaku pejabat pemerintah yang hidup dalam kemewahan dana dari APBD/APBN tapi si mahasiswa malah masih "menyusui" dana kemahasiswaan.
Kedua, kenali jarak jauh dulu
Branding, bahasa kerennya ini nih. Cari tahulah tentang karakter pejabat rektorat/dekanat yang bakal sering ditemui nantinya (bahasa ilmiahnya riset dulu, bahasa gaholnya kepo). Percaya atau tidak (ini bukan mencela SARA) tapi beberapa pejabat di kampus itu peka terhadap unggah-ungguh (bukan unggah-upload lho), ada yang begitu direspon dengan krama alus oleh kita beliau muncul rasa respek, ada pula yang dengan Sunda alus beliau jadi lebih halus tutur katanya. Cari tahu pula tipe beliau ditinjau dari sudut pemakaian teknologi, apakah beliau suka di-sms, suka ditelpon, suka fb, suka twitter (yg ginian masih jarang banget), atau prefer via email (masih ada lho yang gini :D ). Oh ya, cari tahu pula, beliau tipe yang bila hendak ditemui harus janjian terlebih dahulu atau tidak. Yang pasti kembangkan pengetahuan saudara terhadap beliau. Untuk fase awal hal-hal tersebut sudah cukup.
Ke depannya akan lebih menarik dan menimbulkan rasa saling diperhatikan dengan meningkatkan pengetahuan tentang beliau, misalnya sedang riset apa beliau (exampel nih buat bocoran :D Pak ARZ antusias bila membahas biomedis, Pak MDS langsung ngeh bila ngobrolin iridiologi, Pak HRW demen ngobrolin tentng infrastuktur telco). Bila punya budget, bisa juga mencari tahu makanan apa yang disuka ataupun tidak disuka oleh beliau, kemudian beri bingkisan makanan. Setahu saya hal tersebut tidak ilegal untuk dilakukan di kampus. Agar lebih baik, ambil momen yang tepat, misalnya pasca-lebaran, awal masuk kuliah, dan alangkah baiknya bila yang disajikan adalah makanan khas daerahmu alias oleh-oleh sewaktu pulang. Hal ini memberi image bahwa kalian peduli dan tidak menginginkan relasi yang formal dan standar terhadap beliau.
Ketiga, bangun citra yang positif
Terserah kamu udah ngambil mata kuliah Pengolahan Citra (Image PRocessing) atau tidak, yang pasti ini harus menjadi pegangan sejak awal. Pengin dikenal sebagai BEM/himpunan/ormawa yang kayak apa sih dimana institusi? Sok ganteng? Cool? Cerewet? Tukang demo? Jinak-jinak galak? Ngebanyol? Ini menjadi pegangan yang fleksibel, artinya dalam kasus tertentu nantinya patut disesuaikan keadaan. Cara membangun positif gimana sih? Definisikan karakter positif menurut kalian dengna menurut institusi bagaimana sehingga apa yang menjadi tindakan ke depannya tidak membuat kalian salah bertingkah. Kenali seperti di nomor dua dan bersikaplah sesuai citra yang ingin dibangun sesuai koridor positif. Jangan berpikir egois, baik secara individu maupun kelompok. Pemikiran egois ini biasanya yang menjadi permasalahn tidak bermuara pada solusi. Ketua memang harus bisa melindungi orang dipimpinnya serta memperjuangkan aspirasi mereka, namun ketua pun harusnya bisa mempertimbangkan aspirasi tersebut apa dampaknya dari berbagai sudut pandang. Bila hanya menuruti kemauan bawahannya, ketualah yang menjadi orang pertama yang dibantai/digenoside oleh institusi (gue udah ngerasain :p)
Keempat, pererat silaturahim
Seperti di nomer 1, jangan datang ke beliau-beliau ketika ada butuh duit maupun muncul masalah. Lha emang datang ke beliau kalau tidak ada topik terus ngapain? Pakai di nomer 2, kirim makanan (ya terserah mau boong ngakunya ada yang habis pulang kampung atau beli di sekitar kampus) sembari menceritakan akan ada kegiatan apa di BEM/himpunan/ormawa kalian. Tanyakan pula pendapat/ide/kritik/saran dsb dari beliau, hal ini otomatis akan membuat beliau merasa diberi peran dalam membangun organisasi kalian. Eits, jangna lupa, datanglah di waktu yang tepat :D. Kalau untuk yang makanan sih jangan keseringen juga, takutnya kedok kalian terbaca, hahaa (dosen itu juga punya jaringan yang kuat, mungkin kebocoran taktik pada seorang dosen bisa cepat menyebar ke dosen lain :p).
Kelima, sekali-kali ajak calon suksesor kalian
Biar gak kagok nih si penerus maupun si pejabatnya, ajaklah calon suksesor kaliann untuk ikut pertemuan dengan pejabat kampus. Hal ini akan memberikan potensi keberlanjtuan hubungan romantis ke jenjang berikutnya (maksudnya ke periode berikutnya)
Well, barangkali agan-agan mau menambahkan sok ajalah share di sini ^_^
Biar Relasimu kagak Menjijikan
Jumat, Maret 01, 2013 by
ve
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Biar Relasimu kagak Menjijikan"
Posting Komentar