Semua orang tahu bahwa sholat merupakan kewajiban umat muslim. Tentu ada sebuah perbedaan yang kentara antara kewajiban sholat dengan kewajiban membayar pajak. Kenapa muncul analogi seperti itu? Dalam membayar pajak, tidak pernah ditanyakan seberapa ikhlas dalam membayarnya, saat membayar sambil sms-an, mau lewat e-banking atau bahkan yang belih ekstrim adalah darimana uang yang untuk membayarnya. Ringkasnya, ketika tagihan pajak dipenuhi ya bereslah urusan, titik. Namun berbeda dengan kewajiban sholat dimana sholat merupakan interaksi habluminaAllah, sehingga menjalankan sholat bukan sekedar menggugurkan kewajiban.
Allah itu Maha Menghitung, karena itulah berikanlah sholat terbaikmu, sholatmu yang berkualitas ^^
Tujuan Sholat
“bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al- Ankabut 45)
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; (sebagai) petunjuk bagi mereka yang bertaqwa; (yakni) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka ”
Anak tangga tentang Sholat
Ibnul Qoyyim dalam Al-Wabil As Shayyib menyebutkan ada lima tingkatan orang yang melaksanakan shalat. Kelima tingkatan itu bagaikan anak tangga yang dimulai dari paling rendah sampai yang paling sempurna.
1. Orang shalat diadzab
Tanggap pertama adalah orang yang mendzalimi diri sendiri. Ia melalukan shalat ala kadarnya saja yang penting melaksanakan kewajiban shalat. Ia tidak menyempurnakan wudhunya, tidak memelihara waktu-waktunya, syarat-syaratnya serta rukun-rukunnya. Sebagaimana firman Allah :“Maka kecelakaan bagi orang-orang yang shalat (4) yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya”(5). (QS. Al-ma’un : 4-5)
Shahabat shahabat Sa’ad bin Abi waqqash berkata : “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw. Tentang orang-orang yang lalai dari shalatnya, Beliau menjawab : yaitu orang yang suka mengakhir-akhirkan waktunya”.
2. Orang shalat dihisab (ditimbang)
Anak tangga kedua adalah orang yang menjaga waktu shalat, wudhu, syarat-syarat shalat serta rukun-rukunnya tetapi tak berdaya menghadapi bisikan syaetan dan pikirannya masih diluar shalat.
3. Orang shalat mendapat maghfirah (Ampunan)
Anak tangga ketiga adalah orang yang melaksanakan shalat sudah waktu shalat, syarat-syaratnya dan rukun-rukunnya, tetapi ia sibuk melawan bisikan syaetan dan pikiran dalam shalatnya. Ada dua pekerjaan dilakukan yaitu melaksanakan sholat dengan berusaha menghadirkan kekhusukan dan berjuang melawan syetan.
4. Orang shalat mendapat Jaza’ minallah (pahala dari Allah)
Anak tangga keempat adalah orang yang menyempurnakan waktu-waktunya, syarat-syaratnya dan rukunnya. Dia sadar bahwa kewajibannya adalah menyempurnanakn semua itu. Ketika shalat hatinya hadir bersama jasadnya menghadap Allah Swt. Pada saat itu merasa sedang diawasi Allah Swt.
5. Orang shalat sudah menjadi Qurrata ‘ain (penyejuk pandangan mata)
Anak tangga kelima adalah orang yang menegakkan shalat dengan sempurna dan hatinya hadir menghadap Allah Swt. Ia sadar bahwa dirinya sedang berhadapan dengan Allah Swt. Dia seolah-olah melihat Allah swt tetapi kalau dia tidak melihat Allah Swt ia yakin Allah melihatnya, dengan kata lain Ihsan. Shalat baginya buka sebuah beban, tetapi sudah menjadi hiburan yang menghilangkan duka lara.
Memahami Bacaan dalam Sholat
Ada kalanya kita terlalu datar dalam melafalkan bacaan-bacaan di dalam sholat. Tanpa sadar, kita kerap meremehkan makna dari tiap bacaan sholat. Apa itu maksud dari 'Allahuakbar', doa iftitah, kenapa harus Al Fatihah, hingga kenapa diakhiri salam, masing-masing bacaan (dan juga gerakan tersebut) memiliki maksud. Maksud ini kita pahami dengan mengetahui arti harfiahnya, lalu mulailah menelaah kandungannya. Setelah memahaminya, maka kita bukan sekedar komat-kamit frase yang nggak tahu artinya.
Mungkin saja ini sholat terakhir
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya” (Al-Mu’minun 1-2)
Referensi:
https://www.facebook.com/MCIslam?fref=photo
http://www.an-najah.net/artikel/agar-shalat-berkualitas-bukan-sekedar-rutinitas/
No Response to "Bukan Sholat yang tidak berkualitas"
Posting Komentar