Istilah yang jadi judul di atas pertama kali saya dengar saat memperoleh penugasan dari dsen MPPPPPTI. Awalnya bingung, lebih telatnya clingak-clinguk karena baru mendengar pertama kali. "ini jajan apa lagi?" gugam saya dalam.hati.
GSDP merupakan konsep proyek pengembangan RPL yang dijalankan secara global yang bersifat lintasnegara. Kenapa sampai ada terminologi demikian? Apa ada yang spesial di sini?
Pernah memasuki dunia kuliah yang berbeda kulturnya. Lantas kita mengerjakan tugas kelompok dari kosan masing-masing. Pasti ada saja permasalahan yang terjadi. Ada yang biasa santai, ada yang biasa tangkas dan harus selesai H-seminggu. Ada yang menamakan file-nya 'tugas-siap-cetak.docx', ada yang 'tugas-edit-davidvilla.docx', ada yang 'tugas-revisi-18juli.docx'. Ada yang laptopnya diberi antivirus, ada yang tidak. Nahhh, tantangan akan lebih "gilaaa" jika proyek dijalankan melewari perbedaan kultur budaya, kualitas internet, dll.
Era saat ini berisi arus komunikasi dan informasi sangat deras. Secara politik, keran bisnis antarnegara pun sudah deras, mungkin hanya Korea Utara yang kerannya terlalu sempit dibuka. Indonesia? Lihat saja merk-merk produk ICT di sekitar kita. Buatan tangan luar negeri dan merknya pun 'impor'.
Untuk menjalankan proyek yang timnya tersebar di dua negara atau lebih, jelas ada banyak tantangan. Tiga faktor yang menurut saya perlu diperhatikan adalah (1) Regulasi di tiap negara, (2) Kultur kebiasaan sosial, (3) Kualitas infrastruktur TI. Regulasi di negara liberal (seperti USA, Jerman) dengan negara demokrasi campuran (seperti Indonesia) jelas berbeda. Misalnya kebijakan dalam menggaji buruh, menentukan harga pasar, hingga menyikapi pembajakan software. Kebiasaan sosial pun turut mempengaruhi. Negara di Eropa cenderung menyenangi komunikasi efektif, sedangkan negara Asia gemar berbasa-basi. Lihat saja pola penulisan email. Infrastruktur? Contoh sederhana ada pada akses internet. Internet lemot jelas menghambat koordinasi.
No Response to "Global Software Development Project"
Posting Komentar