Kurang lebih 6 tahun lalu alias di Januari 2007, sebuah gagasan tentang survival yang minggat dari bumi perkemahan pertama kali dicetuskan, khususnya oleh kepanitiaan PAB angkatan saya.
Peserta dari kelas X menjalani prosesi yang melelahkan, yaitu mendirikan bivak bermodalkan kekompakan (yang masih dalam proses pembentukan) serta bekal seadanya yang tersedia di alam. Someday, this as memoreable asset for them to consolidate their generation.
Pulang ke buper setelah minggat satu malam. Dari kiri: Heru Kurniawan, Tatan Setiawan, saya, Aditya Setiaji, Bangkit Budiman.
(cmmiw) di tahun-tahun sebelumnya kegiatan survival hanya dilakukan dengan pemblokiran akses makan yang sebelumnya dibawa saat awal perkemahan. Selama 24 jam, seluruh peserta wajib mencari makan dengan cara masing-masing sesuai etika (termasuk kehalalannya donk hehee). Namun dengan lokasi yang sama dengan malam-malam sebelumnya, maka tidak terlalu terasa perbedaannya selain mengubah sumber makanan. Mulai di PAB tahun 2007 tersebut, konsep survival diubah menjadi camping menggunakan bivak di tempat yang jauh dari Buper (buper, bukan baper). Tempat bermukim menjadi menciut dan sangat ala kadarnya. Lebih jauh lagi, sumber air, hingga tempat sholat perlu "mandiri". Hal inilah yang kemudian tahun demi tahun dimodifikasi sesuai kebutuhan tiap angkatan.
Asyik bukan?
Memang masih jauh dari konsep survival-nya Wanadri, Pasma, hingga Ubaloka. Namun kami mengadaptasikannya sesuai kultur lalu mengembangkannya sesuai dinamisnya jaman.
No Response to "1st Runaway as Survivor"
Posting Komentar