Belum sepenuhnya terbias lega senyum di wajahnya
Mungkin karena masih pemulihan
Namun aku bersyukur buah hati mulai bersinar kembali rona sehatnya
Senyuman Kembali Bersemayam
Review LiTIK Sesi 1
Debut mengajar di Universitas Telkom alhamdulillah lancar dengan mata kuliah baru, yaitu Literasi TIK di program studi Sistem Informasi. Pada pertemuan pertama alias sesi 1 LiTIK, saya membawakan Pengantar LiTIK. Topik ini diawali atas paparan mengenai definisi dan tujuan literasi informasi serta literasi TIK. Konsep definisi dan tujuan ini berangkat dari kemampuan mengelola perangkat digital sebagai bagian dari kemampuan berkomunikasi. Pertanyaan sederhananya, mengapa literasi TIK diperlukan sebagai bagian dari kemampuan berkomunikasi/ Jawabannya terletak pada kondisi TIK sebagai gaya hidup dimana banyak aktivitas sehari-hari yang sudah melibatkan TIK.
Review TBA Sesi 1
Tantangan yang cukup keras sedang dan aka saya lalui s.d. Desember nanti berwujud amanat mengampu Teori Bahasa dan Automata. Sekitar sebulan yang lalu saya mulai menggeber diri untuk melahap materi dari berbagai sumber, termasuk berkonsultasi tentang hal-hal teknis menyangkut konten materi kepada kawan di prodi MIK. Ke depannya, saya masih harus terus 'melek' saat perjalanan di KRL ataupun saat nongkrong menjelang laga Barcelona. Sebagai catatan, TBA yang sebesar 3 SKS ini akan dihelat selama 3 x 50 menit alias 150 menit alias 2,5 jam. Durasi yang melebihi permainan sepak bola, bahkan film di bioskop pun kalau sudah 120-an menit sudah mulai jemu, nah apalagi ini kuliah ya...hehee
Pertemuan pertama harus diakui tidak berjalan lancar karena faktor teknis yang di luar dugaan. Di sini, saya merasakan bagaimana pengalaman sebagai asisten dosen di MTI banyak membantu hehee, yaitu tentang bagaimana tetap 'menguasai' kelas tatkala ada beberapa kerikil selama perkuliahan, misalnya tidak adanya pointer ataupun baterai yang mendadak habis. Beruntung pula materi yang diulas adalah tentang matematika diskrit sehingga mahasiswa di saat sesi pertama ini lebih banyak melakukan pemanasan atas materi yang sudah diperoleh 1-2 semester sebelumnya.
Ke depannya, saya perlu mempersiapkan diri dengan lebih baik lagi, khususnya terkait tatanan waktu yang 150 menit. Bisa jadi akan saya sediakan jeda 5-10 menit agar mereka bisa 'turun minum'. Apalagi materi yang disampaikan berikutnya cenderung 'konsekutif' sehingga lengah sedikit bisa membuat bagian-bagian berikutnya kurang mudeng. Selain itu, saya perlu rajin memberikan soal-soal sebagai bentuk penerapan konsep yang lebih konkret agar mahasiswa yang mengawang dalam memahami penyampaian saya.
Sesuaikan Tujuan
Tujuan adalah hal yang paling esensi tatkala kita terlubat dalam sebuah proses. Adakalanya tujuan kerap kalah oleh taktik yang sebetuknya hanya menjadi pemanis suasana. Ibarat makanan, tujuan ini nasibnya seperti kenyang yang justru kalah oleh lezat tidak bumbu, bahkan cara penyajian. Tidak ada yang salah dengan mengemas sebuah proses secara kreatif, justru di situlah kita bisa mengeksplorasi ide-ide segar sekaligus mengeksploitasi perhatian pihak yang menjadi target kita. Tapi segala rupa kreativitas tersebut, jangan pernah membuat kita ikhlas melupakan tujuan dari proses yang sedang dibangun
Begitu pula di dunia pendidikan
Kita dlam menyusun segala bentuk sajiab materi dan tentunya tugas harus berangkat dari tujuan yang telah ditetapkan. Aksesori berupa bentuk tugas yang dipadu unsur TIK ataupun pernak-pernik lainnya, itu hanya pelengkap dan seharusnha berperan untuk memudahkan mahasiswa mencapai target tersebut.
Namun target tidak melulu titik pusat
Maksudnya, target tidak melulu urusan materi secara kaku. Boleh jadi kita pun turut menetapkan hal-hal lain sebagai tujuan tidak langsung dari proses yang kita bangun. Misalnya sikap atau sopan santun ataupun "melek TIK". Ini bisa kita gusung juga sebagai hal yang patit dipenuhi oleh peserta didik dalam proses tersebut.
Mengintai Tren Riset
Riset merupakan hal yang dinamis, khususnya pada area TIK serta sosial demografi. Suatu topik yang sekitar 5 tahun lalu, bisa juga rrlatif awam dan kurang greget untuk didiskusikan saat ini. Malah di area TIK sudah mulai disinggung berbagai riset yang meramal bagaimana TIK sekian tahun mendatangkan. Tentu hal ini menjadi tantangan bagi seorang peneliti dan akademisi untuk menangkap tren riset yang sedang berlangsung, baik lingkup nasional maupun global.
Karena itulah, kita perlu dan dituntut rajin membaca berbagai publikasi ilmiah dengan maksud bisa memahami gejala apa yang tengah terjadi, khususnya di topik yang menjadi fokus kita. Bersyukurlah jika memiliki akses untuk membaca publikasi-publikasi tersebut karena di Indonesia hal ini masih jadi barang langka.
Dengan memahami tren yang sedang berkembang, peneliti dapat mengukur apa saat ini risetnya mampu memenuhi tantangan zaman, ataukah malah tertinggal. Kemudian, peneliti akan mampu berintrospeksi sejauh mana signikasi dan inovasi yang ada di risetnya dibandingkan tren riset-riset lain yang ada. Peneliti juga dapat mengetahui prospek implementasi risetnya di dunia industri. Lebih jauh lagi, secara kelembagaan peneliti akan dapat menangkap peluang kerja sama dengan lebih cepat.
Akademisi, baik yang merangkap sebagai peneliti ataupun tidak, pun kena getah manisnya. Tren riset jika mampu ditangkap dengan baik oleh mereka akan berpengaruh terhadap seberapa baru dan berkualitasnya materi ajar yang disajikan di ranah pendidikan. Dan inilah strategi bagi institusi pendidikan lokal untuk mengejar ketertinggalan di dunia global.
Semoga bermanfaat
Peringkat 5 dan Mengapa
Sriwijaya FC kini terkapar di peringkat 5. Terlepas dari hasil Bhayangkara SU vs Perseru, peringkat 5 sudah pasti ditongkrongi. Peringkat yang memang tergolong papan atas. Tapi peringkat yang terlalu rawan untuk disalip mengingat tim-tim di belakangnya hanya berjarak sekian poin dari SFC. Ada yang menarik sekaligus menyakitkan dari pencapaian peringkat 5 ini.
Nyaris memenanngi 4 laga melawan 4 tim di atasnya
Tercatat Sriwijaya FC mampu mendepak Madura United 5-0 di Jakabaring, menggulingkan Bhayangkara SU di kandang lawan, memecundangi Persipura 1-0 di Jakabaring, serta menahan Arema Cronus di Jakabaring juga. Artinya, Sriwijaya FC punya kapabilitas yang tidak kalah dari para peraih peringkat di atas mereka. Bahkan mereka, sebagaimana disebutkan sebelumya, mampu menggulung Madura United 5-0 yang ironisnya justru saat ini bertengger di pucuk klasmen. Praktis hanya Arema yang gagal dikalahkan.
Spesialis kebobolan menit akhir
Predikat sebagai tim yang mudah lengah di menit-menit akhir sebetulnya sudah terdeskripsikan sejak laga pertama melawan Persib Bandung. Laga yang besar kemungkinan berbuah 3 poin tandang ternyata pupus lantaran gol Tantan di menit 92. Sungguh hasil imbang yang nyesek dan ternyata berbuntut panjang lantaran menjadi penyakit kambuhan di laga-laga berikutnya. Sosok Irsyad Maulana memaksa Sriwijaya FC pulang dengan poin hampa lantaran golnya untuk Semen Padang di menit 87. Victor Pae, pemain Persela, mengikuti jejak Irsyad lewat golnya di menit 84 yang menjadikan laga berkesudahan imbang 2-2. Pekan 15 menjadi mome horor ketika Gonzales menghajar Sriwijaya FC di menit 87 yang berdampak pada hasil imbang 1-1 atas Arema. Dan terakhir di menit 91 andalan Pusamania, Lerby A. memaksa Sriwijaya pulang hanya dengan satu poin lewat hasil imbang 2-2.
Artinya Sriwijaya FC kehilangan 2 poin sebanyak 4 kali atas Persib, Persela, Arema, dan Pusamania, serta 1 poin atas Semen Padang. Ditotal, ada 9 poin yang melayang lantaran ketelodoran ini. Dan apabila 9 poin ini disertakan pada poin saat ini, yaitu 28, tebak berapa poin Sriwijaya FC seharusnya? 37 poin. Poin yang sama dengan pucuk pimpinan klasmen yaitu Madura United.
Jelas bahwa indikasi merosotnya peringkat Sriwijaya FC ke rangking 5 yang sebelumnya sempat melambung di ranking 2 ini adalah hilang 9 poin lantaran kebobolan di 10 menit akhir plus injury time. Pelatih Widodo harus lebih 'keras' lagi dalam mengingatkan para pemain Sriwijaya FC agar lebih waspada.
Putaran 2 akan lebih greget, bagaimana dengan Sriwijaya FC?
Diferensiasi dan Signifikansi dalam Berkontribusi
Riset adalah hal yang menyenangkan karena dari proses inilah kia bisa menghasilkan 'sesuatu' bagi perkembangan keilmuan yang kita tekuni. Namun ada beberapa pertanyaan yang patut kita jadikan evaluasi dalam mengukur kualitas riset kita.
Apakah riset yang kita lakukan ini memberikan kontribusi keilmuan?
Apakah kita menyuguhkan sesuatu yang berbeda dibandingkan riset dengan topik serupa?
Apakah kita menghasilkan sesuatu yang memberi dampak?
Pertanyaan-pertanyaan di atas jauh jauh lebih substansial ketimbang bingung memilih kota 'wisata' yang disasar saat konferensi/seminarnya. Jauh dari urusan pikinik, substansi menjadi hal patut diperhatikan karena produk riset kita itulah yang nantinya diarsipkan dan terus menjadi pencapaian kita. Pencapaian yang akan menjadi jejak langkah untuk diikuti oleh ilmuwan-ilmuwan berikutnya. Ilmuwan tidak memerlukan informasi tentang dimana kita mempresentasikan riset kita, apalagi di kota mana kita liburan setelah konfrensi. Yang mereka butuhkan adalah kontribusi riset apa yang kita hasilnya.
Aktif memproduksi tulisan ilmiah bukan sekedar kuantitas, namun juga kualitas. Kurang lebih itulah pesan Pak Nizar feat. Pak Rifki saat penulisan paper dalam rangka ICACSIS dan ICoICT.
Saya sepakat dengan pendapat bapak-bapak tersebut.
Kita perlu diferensiasi dalam riset
Maksud diferensiasi terletak pada proses produksi dalam menghasilkan ilmu pengetahuan. Kita perlu menyelipkan metode, tujuan, atau bahkan konteks penelitian yang berbeda. Studi kasus perencanaan strategis SI/TI akan memantik keilmuan baru jika hasilnya bertujuan untuk menghasilkan proses reformasi birokrasi di sebuah organisasi. Riset tentang penambangan data bisa disisipi dengan konteks sosial kependudukan dimana data penduduk Indonesia jumlahnya besar namun banyak yang kurang valid, bagaimana penambangan data bisa berperan untuk menangani tantangan tersebut. Penerapan ISO 27001 memang menarik, tapi akan lebih asyik jika diterapkan tidak hanya di lingkungan perbankan, tapi juga di lingkungan politik, misalnya bagaimana proses pengamanan data hasil pemilu.
Kita perlu signifikansi dalam riset
Signifikansi di sini sebetulnya tentang apakah riset yang kita kontribusikan mampu memberi dampak yang bagaimana. Tatkala kita hanya 'patuh' pada alur riset yang sudah-sudah tanpa improvisasi, ini menjadi indikasi bahwa kita terlalu 'manis' dalam menjadi 'follower'. Kita perlu sedikit 'bandel' dengan bermain-main mengikutsertakan metode lain dan melihat sejauh mana hasil riset yang terjadi. Dan ngomong-ngomong tentang signifikansi, kita juga patut menyatakan dengna jelas pada karya ilmiah kita tentang signifikansi riset yang sudah kita lakukan. Riset tidak melulu seputar rumit tidaknya proses yang dilakukan, namun juga manfaat yang bakal dihasilkan. Dan sekedar informasi, aspek signifikansi juga menjadi pertimbangan lolos tidaknya karya ilmiah kita di sebuah konferensi maupun jurnal. Karena itu, promosikanlah riset yang sudah dilakukan, minimal di dalam bagian Abstract.
Semoga bermanfaat
Terima kasih atas inspirasinya Pak Yudho, Pak Nizar, Pak Rifki, dan Pak Riri
Waah Banyak Reuni nih...
Melihat hasil pembagian grup UCL 206-2017 di atas, jelas sangat kental aroma reuni, khususnya membicarakan Grup C, D, F, dan G. Saya hanya mengulas dua grup saja, yaitu C dan D.
Grup C awalnya hanya seputar keakraban FC Barcelona dengan Manchester City yang beberapa kali bersua dalam beberapa musim terakhir, kecuali musim lalu. Barca menjadi hantu yang menjegal langkah City melangkah lebih jauh. Tapi suasana musim ini bakal penuh nostalgia gara-gara si pelatih City saat ini, yaitu Pep Guardiola. Sulap apa yang akan dipertontonkannya di Camp Nou, kandang sebuah klub yang mampu dipolesnya lewat belasan trofi dalam kurun 2008 s.d. 2012. Bukan rahasia pula bahwa Pep dua musim lalu menyimpan rasa ngilu lantaran Meunchen yang ditukanginya dilabrak Barca pada babak semifinal. Tapi Pep tidak perlu khawatir bakal melakoni laga emosional sendirian. Di kubu City, ada sosok Txiki Begiristain yang merupakan tokoh penting di balik layar transfer-transfer City. Satu lagi, akan ada pemain Barcelona yang terancam mengikuti pertandingan Barca vs City nanti dalam baluta seragam City, yaitu Claudio Bravo. Bravo yang merupakan sosok fundamental yang berpengaruh pada raihan 10 gelar Barcelona sejak 2014, kecuali ajang Liga Champion karena di turnamen ini dia selalu menjadi cadangan Marc-Andre ter Stegen. Menarik jika Bravo benar-benar menuju City dan ber-reuni di Camp Nou dalam kapasitasnya sebagai lawan. Barcelona juga bakal melakoni laga yang terlalu sering digelar melawan Glasgow Celtic. Celtic pernah menjungkalkan Barca beberapa tahun lalu, tapi kisah mereka masih terlalu minor di gelaran UCL tahun ini.
Bayern Muenchen dan PSV Eindhoven dianugerahi kesempatan untuk membalas kekalahan menyakitkan dari Atletico Madrid musim lalu. Klub pertama dipecundangi di babak semifinal lewat permainan yang sangat ketat dan menjadikan Muenchen secara beruntun gagal di tiga semifinal UCL. PSV lebih menyimpan dendam karena dipecundangi lewat adu penalti. Jelas kedua klub ini menyimpan misi terselubung yang agaknya lebih membebani pikiran mereka.
Bagaimana Atlet Masa Lalu
- http://sports.sindonews.com/read/1075339/51/nasib-mantan-atlet-nasional-dulu-dipuja-kini-merana-1452231937
- http://jateng.tribunnews.com/2016/08/16/tatie-rahayu-mantan-atlet-nasional-renang-yang-kini-buka-warung-penyet
- http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=2&dn=20070325152535
Apakah benar pemerintah tidak punya anggaran?
Sulit untuk mengiyakan pertanyaan itu, namun sulit pula untuk membantahnya. Alasannya sederhana, ketersediaan anggaran untuk dialokasikan sebagai dana apresiasi mantan atlet tergantung siapa pejabat dan iklim politis secara nasional. Sudah bukan rahasia bahwa anggaran di lingkungan pemerintah erat kaitannya dengan urusan politik. Jangan heran ketika ada dua event yang serupa akan dikucurkan dana berbeda. Semua tergantung lobi hohoo
Apakah pemerintah tahu siapa-siapa atletnya?
Barangkali ini merupakan pangkal permasalahannya, yaitu ketidaktahuan. Basisdata berisi nama-nama atlet berprestasi di masa lampau menjadi barang langka. Jika memang anggarannya ada, bagaimana cara menyalurkannya? Tentu akan membutuhkan waktu yang lama untuk mencari tahu siapa-siapa yang berhak dan berlokasi dimana mereka saat ini. Keberadaan seorang atlet di Indonesia sulit dilacak. Bisa jadi, tetangga kita ternyata seorang atlet yang pernah berlaga di kancah internasional atas nama Bangsa Indonesia.
Sebagai titik awal bagi pemerintah untuk mulai peduli terhadap nasib atlet masa lalu adalah melakukan pendataan siapa saja mereka dan berada dimana saja mereka. Hal ini tentu akan memudahkan pemerintah untuk mengetahui apa yang dibutuhkan atlet-atlet tersebut setelah mereka tidak lagi berkarya di tengah lapangan. Di sini, SI/TI berperan sebagai pengumpul informasi. Kedengarannya sih ini ide yang sepele. Tapi kenapa belum terlaksana ya...
Tradisi Sejak 1972
Kemenangan Tontowi/Natsir di Olimpiade Rio lalu berhasil melestarikan tradisi emas yang sempat punah. Tradisi emas yang digapai Indonesia ini kebetulan sangat spesifik pada sebuah cabang olah raga, yaitu bulutangkis. Sulit disangkal bahwa cabang yang jauh dari hingar-bingar layaknya sepakbola inilah menjadi tumpuan Bangsa Indonesia agar lagu Indonesia Raya bisa terus dikumandangkan, termasuk nanti di Olimpiade Tokyo 2020. Emas kali ini juga mengganjilkan raihan Indonesia menjadi 7 setelah secara beruntun Alan Budikusuma (tunggal putra 1992), Susi Susanti (tunggal putri 1992), Rexy Mainaky/Ricky Subagja (ganda putra 1996), Tony Gunawan/Candra Wijaya (ganda putra 2000), Taufik Hidayat (tunggal putra 2004), dan Hendra Setiawan/Markis Kido (ganda putra 2008).
Menariknya, tradisi ini sebetulnya sudah dirintis jauh sebelum Alan Budikusuma dan Susi Susanti meraih emas di Barcelona 1992. Sebagai info, ajang tahun 1992 tersebut merupakan debut cabang bulutangkis dipertandingkan secara 'resmi'. Tepat 20 tahun sebelumnya badminton alias bulutangkis sudah merintis pengakuannya sebagai cabang olah raga di ajang olimpiade. Hanya saja di tahun 1972 tersebut, bulutangkis masih menjadi cabang olah raga percobaan dalam Olimpiade Muenchen.
Tebak hasil apa yang dibawa pulang kontingen bulutangkis Indonesia saat itu?
Dari empat nomor yang ada, Indonesia menyabet sepasang gelar juara serta sepucuk gelar runner-up. Gelar juara disumbangkan oleh tunggal putra Rudy Hartono serta ganda putra Ade Chandra/Christian Hadinata. Sementara itu, Utami Dewi melesakkan dirinya sebagai juara 2 di nomor tunggal putri. Nyaris saja dirinya menembus final ganda campuran bersama Christian Hadinata. Praktis ajang 'demonstration' ini menjadi panggung yang didominasi oleh Indonesia. Negara macam Denmark, Jepang, hingga Malaysia plus Inggris tidak tampil segreget Indonesia. Hanya saja memang raksasa badminton bernama Republik Rakyat Tiongkok serta Korea Selatan memang belum berkecimpung di cabang ini. Terlepas dari faktor terakhir ini, tentu sebuah kebanggaan bahwa Indonesia terlibat besar dalam proses perintisan bulutangkis sebagai cabang olah raga resmi di Olimpiade.
Berselang 16 tahun kemudian, badminton menjadi cabang olah raga eksebisi di Olimpiade Seoul 1988. Tuan rumah tentu berminat mendulang emas dari cabang ini. Pun dengan RR Tiongkok yang notabene raksasa dunia dalam per-badminton-an. Praktis keduanya menjadi penjegal langkah Indonesia untuk melanjutkan dominasi 16 tahun sebelumnya. Korea Selatan mampu menyabet 3 gelar juara dengan 2 gelar juara lainnya dicaplok RR Tiongkok. Indonesia beruntung masih bisa mengamankan satu titel juara 2 lewat Icuk Sugiarto. Sejak saat itu pula, harus diakui, eksistensi Indonesia di cabang bulutangkis mengalami penurunan menjadi 1 emas per olimpiade.
Jangan Cengeng
Ada banyak alasan untuk bertelungkuk lutut
Terbuai dalam ritme isak yang ditata sendiri
Parasnya dunia terselaputi mega di wajah
Segala sektor hidup tetu tidak ada yang mudah
Bahkan untuk berdiam diri pun secara fisika masih ada energi yang dikeluarkan
Raga yang kerap meronta ingin berselonjor di padang rumput
Bergelimang udara segar yang langka dalam keseharian
Tampaknya memang benar bahwa tempat istirahat ternyaman dari selaan dunia adalah alam kubur
Agaknya memang betul bahwa tempat istirahat paling didamba adalah surga
Namun kaki masih menapaki bumi dengan segala rupa jalan hidup
Singkat cerita 'mainkan saja peranmu'
Singkat pesannya 'jangan cengeng'
Awal Musim Baru
Ready Steady Hmmm
Membidik Belantara
Pada dasarnya manusia dibekali keinginan untuk berkembang. Keinginan ini merupakan wujud dari hawa nafsu yang apakah negatif atau positifnya, itu berpulang pada niat serta bagaimana cara meraih perkembangan tersebut. Tersemat pula dalam proses perkembangan diri tersebut levelisasi, yaitu pola pikir untuk memulai dari tingkatan sederhana dan relatif lokal menuju tingkatan yang lebih sukar dan bahkan mengglobal. Boleh jadi orang melirik rencana berkembang sebagai watak yang ambisius, nah, tinggal bagaimana kita fokus untuk merealisasikannya sebagai bentuk ibadah yang juga menebar kebaikan pada orang lain.
Sudah dalam dua pekan ini 'berburu' informasi mengenai Call for Paper serta International Conference. Tentu banyak yang harus dipertimbangkan untuk menghadapi 'seleksi' kegiatan-kegiatan tersebut. Mulai dari jadwal seleksi dan 'putaran final', bagaimana mekanisme pendanaan, bagaimana kita memperoleh dukungan tempat berafiliasi, hingga yang paling esensi, riset atau gagasan apa yang akan kita sodorkan. Semuanya merupakan komponen-komponen yang memaksa kita berpikir tidak hanya urusan 'masakan' apa yang akan dihidangkan, melainkan juga kompor, elpiji, wajan, bahkan tempat memasaknya.
Arah diri ini mulai mengkristal pada beberapa ketertarikan atau minat di bidang tertentu. Tata kelola TI, keamanan informasi, kualitas informasi, perdagangan elektronik, ekonomi kreatif, dan tak lupa kecerdasan buatan merupakan domain yang menjadi ranah favorit. Tapi dengan keterbatasan daya pikir, kita perlu menyusun skala prioritas dengan menengok berbagai faktor yang ada. Insya Allah untuk tahun 2016 dan 2017 ini akan fokus di keamanan informasi dan perdagangan elektronik.
Mengenai hutan belantara yang perlu dijelajahi, bidikan perlu diperluas ke penjuru samudra yang jauh di seberang sana. Berkembang dengan metode yang terancam babak belur, namun memantik kita untuk lebih keras dalam memperbaiki diri. Ibarat buah, akan ada saatnya kita ditanam di taah yang entah kita pun tak tahu lokasinya, kita berusaha untuk merangkak di perukaan, lalu tumbuh berkembang hingga pada wkatunya kita patut menyiapkan generasi berikutnya.
Kado 71 Tahun Indonesia
Menilik Habibie Festival
Yuk Revisi
Emang Perlu Ada SER gitu?
Anomali Manchester United
Manchester United adalah klub Inggris paling berisik musim ini untuk urusan bursa pemain. Gelontoran dana gila-gilaan mereka untuk seorang pemuda bernama Paul Pogba telah mematahkan dominasi Real Madrid di jajaran peringkat pemain termahal di dunia. Nominal mencapai 105 juta Euro merupakan angka yang bombastis, bahkan jika dibandingkan dengan Ronaldo, Bale, ataupun Kaka. Gebrakan transfer Pogba yang berisik dan sangat tarik-ulur ini melengkapi kuartetbar Jose Mourinho untuk skuad United musim ini. Tiga pemain yang sudah menghuni Old Traford terlebih dahulu adalah Zlatan Ibrahimovich, Henrikh Mkhitaryan, serta Eric Baily. Sebetulnya dari sisi jumlah pemain baru hasil 'pasar' antar-klub, kuantitas pemain baru United relatif sedikit. Namun nama-nama di atas serta harganya tentu terlalu silau untuk ukuran sebuah klub yang hanya berlaga di kasta kedua kompetisi regional di Eropa, European League. Bahkan, Juventus, PSG, dan Dortmund merupakan kontestan Liga Champion musim 2016-2017 nanti, pun dengan Villareal yang akan melewati babak kualifikasi. Ketiganya adalah mantan klub keempat pemain baru Manchester United
Menengok daftar 30 transfer sepak bola dunia termahal sepanjang sejarah, sangat jarang ada pemain pindah ke klub yang statusnya bukan kontestan Liga Champions atau UCL. Praktis hanya Viera dan Falcao yang klub mereka masing-masing vakum dari UCL saat awal transfer mereka di Inter 1999-2000 serta AS Monaco 2013-2014. Dua nama lain, yaitu Alex dan Hulk hijrah ke luar Eropa, tepatnya Tiongkok. Artinya, sangat jarang seorang pemain berani hijrah ke klub yang berkompetisi di UCL pun tidak. Lantas mengapa ada kasus unik berwujud Manchester United?
Faktor kebesaran klub agaknya patut diapungkan sebagai jawaban. Klub ini merupakan kolektor Liga Inggris, Piala FA, serta Community Shield terbanyak sepanjang sejarah. Beberapa tahun terakhir mereka memang dicongkel oleh Man. City dan Chelsea, bahkan klub yang notabene medioker, Leicester City. Tapi patut diingat bahwa Manchester United adalah dominator kompetisi Liga Inggris dalam kurung 2,5 dekade terakhir, tepatnya sejak digulirkan label English Premier League. Kompetisi ini alias Liga Inggris merupakan magnet yang sangat memikat dimana gap antarklubnya lebih greget daripada kompetisi manapun di Eropa. Di Italia, Juventus sedang mempersiapkan gelar kelimanya musim ini dimana Napoli, AS Roma, Lazio, hingga duo AC Milan-Inter Milan tak kuasa membendungnya. Pun di Jerman, sebuah klub bernama Bayern Muenchen terlalu tangguh di Bundesliga. La Liga terlalu monoton dengan duo kuda pacu FC Barcelona-Real Madrid yang hanya sempat disusul Atletico Madrid. Liga Inggris? Mereka punya gerombolan klub mengerikan asal London, yaitu Chelsea, Arsenal, dan Tottenham, serta duo Manchester United dan Manchester City. Belum lagi jika menghitung Liverpool yang mulai 'kembali fitrah' sebagai klub tradisional Inggris. Jelas kompetisi yang lebih menggiurkan bagi adrenalin. Sebagai catatan, klub-klub Inggris juga bakal berkompetisi dua turnamen lokal, yaitu FA Cup dan Piala Liga Inggris serta tidak ada cuti akhir tahun di Liga Inggris. Terlalu greget bukan?
Manchester United kini memiliki satu musim yang penuh risiko setelah gelontoran uang meninggalkan rekening mereka. Bisa apa nanti Manchester United di akhir musim? Terlalu naif jika mereka hanya menargetkan tiket ke habitat asli mereka di Liga Champions. Mereka bakal digeber untuk gelar juara Liga Inggris. Trofi FA Cup terbukti kurang ampuh untuk menyelamatkan nasib pelatih sebagaimana terlihat musim lalu, apalagi Piala Liga. Ajang European League, entah apakah akan diincar oleh mereka atau tidak. Namun menyaksikan suasana riuh Liga Inggris yang lebih mencekam, barangkali United bakal lebih asyik berinvestasi di Liga Inggris, kompetisi yang sudah mereka 'puasai' sekian musim untuk kembali mereka 'kuasai'.
Selamat menikmati hasil dari investasi gila-gilaan ini
Visitasi Akreditasi MTI UI
Pada Sabtu, 6/8 lalu, saya berkesempatan diundang sebagai salah seorang alumni di dalam rangkaian proses visitasi assesor BAN-PT dalam rangka akreditasi program studi Magister Teknologi Informasi. Awalnya saya menduga bahwa para alumnus harus bertatapan satu lawan satu dengan tim asesor ataupun mengisi form-form tertentu sebagai bagian dari borang penilaian. Ternyata meleset perkiraan tersebut. Proses penilaian pada sesi alumni serta pengguna alumni justru menggunakan metode diskusi kelompok terpumpun atau focus group discussion. Hal ini tentunya menjadi suatu metode menarik mengingat penyampaian pendapat akan bersifat terbuka dan bisa jadi memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Tidak banyak detail yang bisa saya paparkan di sini mengingat hasil dari diskusi kemarin belum ada penjelasan tentang keterbukaan aksesnya. Maka saya asumsikan bahwa sifatnya rahasia dan terbatas. Secara umum, para alumnus serta para pengguna alumnus memiliki persepsi positif terhadap kualitas mahasiswa MTI serta proses pembelajaran di dalamnya.
Kurikulum 2016 di Informatika Unitel
Siklus transformasi kurikulum ternyata juga tengah berlangsung di Universitas Telkom. Ya, dengan masa berlaku empar tahun terhitung 2012 lalu, maka tahun 2016 ini menjadi titik evaluasi untuk menentukan formulasi yang tepat bagi mahasiswa di tiap program studi. Saya sendiri kurang paham mengenai ekosistem dunia kerja di luar program studi Informatika, Sistem Informasi, dan Sistem Komputer, maka saya kurang mengerti juga dinamisnya faktor eksternal yang mempengaruhi pengubahan kurikulum di luar program-program studi tersebut. Khusus ketiga program studi tadi, situasi di dunia kerja sangat dinamis. Sebagai contoh, e-dagang alias e-commerce belum 'sepecah' sekarang. Saat saya lulus, Tokopedia masih merintis popularitas, bahkan Traveloka belum terdengar, tapi sekarang keduanya adalah dominator pasar dunia digital di Indonesia. Begitu pula perkembangan teknologi dari sisi jaringan, web programming, maupun intelejensi buatan. Bisa dibilang, susah untuk tidak mengubah kurikulum di tiga prodi tadi. Bahkan, jika regulasi memungkinkan, boleh jadi kurikulum di tiga program studi tersebut akan diisi dengan slot-slot SKS yang sifatnya bisa dimodifikasi di tengah jalan. Berikut ini sedikit analisis mengena kurikulum baru di Informatika.
Suasana kelas IPA akan direduksi seiring pemangkasan 'horor' Kalkulus I dan II serta Fisika I, II, dan praktikum yang total kelimanya 16 SKS menjadi hanya 3 SKS Kalkulus serta 3 SKS Fisika. Bagi para penggemar fanatik Probabilitas dan Statistika, jangan khawatir karena eksistensi mata kuliah satu ini masih tetap lestari jaya. Relasi kuat Probstat jelas lebih kuat pada beberapa mata kuliah yang sifatnya penerapan ilmu statistik seperti Penambangan Data dan Kecerdasan Buatan. Dunia digital yang semakin marak pun disikapi dengan tanggap melalui kehadiran duo mata kuliah baru, Pemprograman Web dan Model Bisnis Digital. Sebetulnya mereka tidak baru-baru amat sih, yanbg pertama sempat menjadi mata kuliah pilihan, sedangkan yang lainnya evolusi dari Internet dan Bisnis ICT.
Keberadaan Pemprograman Web di tahun kedua serta penempatan mata kuliah Struktur Data ke tahun pertama seolah menegaskan bahwa kompetensi 'ngoding' menjadi harga mati yang tolong jangan ditawar lagi jika ingin mendapat pengakuan sebagai sarjana dari program studi ini. Apakah ini terlalu 'keras'? Tidak. Saya merasa ini merupakan sebuah metode untuk mengarahkan mahasiswa Informatika agar memiliki jati diri atau profil yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Terlepas dari profesi bidang ICT yang luas dengan adanya peluang kerja yang tidak ngoding, tetap saja kompetensi 'ngoding' merupakan sebuah kemahiran yang patut dimiliki oleh seorang fresh graduate dengan ijazah dari program studi Informatika. Urusan softskill, rasa-rasanya tidak perlu ulasan lebih lanjut. Dengan dipertahankannya mata kuliah wajib yang asli produk kurikulum 2012, yaitu Keprofesian, yang fungsi sebagai pembuka wawasan calon-calon alumni sekaligus calon pencari kerja dan penjadi jodoh.
Warna-Warni Indonesian SC B
Piknik Bandung Raya di Tepi Juli [2] Lembangisasi
Mulai Normal, Kecuali Bawang Merah
Beuuuh, menjelang akhir bulan Syawal tampaknya pemerintah mulai bisa bernafas laga dalam urusan pengendalian harga sembako. Setidaknya jika menengok statistik yang dipaparkan di laman resmi Kementerian Perdagangan, yaitu ews.kemendag.go.id. Nyaris semua harga menunjukkan tren yang penurunan, kecuali bawang merah. Tren penurunan ini bahkan sebetulnya merupakan bentuk 'kembali ke fitrah'-nya harga bahan pokok yang sejak bulan Ramadhan hingga masa-masa lebaran menggempur uang belanja rumah tangga hampir di seluruh Indonesia.
Tentu sudah bukan rahasia umum lagi jika pada periode tersebut terjadi kenaikan harga yang meminjam judul lagu Afgan 'Sadis'. Banyak faktor yang ditengarai jadi penyebabnya yang secara sederhana berpangkal pada keterbatasan stok atau penawaran dan juga membludaknya permintaan. Kedua pangkal masalah itu secara ekonomi dan 'biologis alami' menyebabkan kenaikan harga. Masalahnya kedua pangkal masalah itu sudah bukan rahasia lagi terjadi karena rekayasa alias permainan pihak tertentu yang secara 'biologis' untuk meraup keuntungan untuk perut pribadi. Menengok harga produsen sebuah komoditas yang masih kelewat murah dengan stok berlimpah namun entah mengapa terjadi kelangkaan di tingkat distributor 'ujung' tentu menyiratkan tanda tanya besar. Dulu tanda tanyanya masih seputar 'Benarkah ada mafia yang melakukan politik penimbunan/'. Sekarang tanda tanya membesar dengan konten 'Sesadis inikah para mafia mempermainkan warga miskin/'. Dan justru kerap asyik menjalankan bisnis yang tidak bersih ini justru di bulan Ramadhan dan Syawal yang artinya sangat mengganggu konsentrasi masyarakat Muslim yang sedang menunaikan ibadah-ibadahnya. Bisa jadi di balik senyum ibu kita saat berbuka puasa, beliau sedang mulai khawatir tidak ada opor ayam atau sapi saat lebaran nanti.
Kini harga-harga mulai normal, kecuali bawang. Ah, untuk barang satu ini, kadang dengan cabe merah, sudah terlalu sering memusingkan Kemendag lantar rantai pasoknya yang dikerumuni ranjau-ranjau mafia. Sulit menggugat siapa dalang yang paling bertanggung jawab karena aktor di rantai pasok tersebut terlalu kompak dalam berkomplotan. Semenyenangkan kah itu memanipulasi harga pasar/ Hohohoo.
Review telat: Zootopia
Ya, akhirnya saya nonton Zootopia. Justu ketika yang lain membahas Ice Age 4, saya malah baru menyaksikan film Zootopia yang entah akhir tahun lalu terbitnya kalau tidak salah. Hehee, maklum masih dalam suasana hemat finansial dan tentunya waktu selama di perantauan Jakarta. Nah, jika film ini haya berkelakar tentang kisah lugu khas anak kecil, sebaiknya revisi opini itu. Film ini menyumbang banyak pesan moral yang sangat berutrisi dan itu terbuka untuk semua segmen. Semua segmen/ Ya, film ini tidak semata pantas dihidangkan bagi anak kecil yang terbiasa dibius kecanggihan film ala Star Wars. Bagi orang dewasa yang kerap menonton Conjuring pun patut direkomendasikan film ini.
Harmonis dalam Keanekaragaman
Ini sudah jadi pesan moral yang diumbar paling dominan di film ini. Di dunia nyata, fauna-fauna tersebut dipisahkan dengan status sebagai kontestan-kontestan sebuah siklus bertajuk rantai makanan dimana ada yang berperan sebagai mangsa serta ada yang menjabat sebagai predator yang antagonis. Di sini diceritakan para fauna tersebut telah hidup berdampingan. Kantor kepolisian yang dihuni kucing, macan, badak, serigala, gajah, hingga kepala polisi yang seekor bison. Mungkin inilah maksud dari kata 'topia' yang mengacu ke 'utopia' alias impian dimana tidak ada lagi penindasan dan pemangsaan. Namun film ini tak lupa menyelipkan kegalauan tentang ke-utopia-an tersebut. Simak bagaimana kosakata predator masih dipakai oleh para herbivora sebagai indikasi masih adanya kecurigaan justru dari pihak yang 'merasa' terancam ditindas.
Berani Move On untuk Cita-Cita
Dengan fakta bahwa seluruh anggota keluarga besar Judy adalah kelinci, maka profesi yang mereka gusung sebagai tradisi adalah petani wortel. Rasa khawatir menggelayuti orang tua Judy tatkala tahu bahwa anaknya ini bercita-cita menjadi polisi, profesi yang 'keras'. Bukannya urung niat saat dijelaskan oleh orang tuanya bahwa tidak pernah ada kelinci menjadi polisi, justru Judy bahwa makin termotivasi menjadi yang pertama. Keberanian Judy akhirnya menggiringnya meninggalkan Bunnyburrow, kota asalnya, menuju sebuah kawasan metropolitan bernama Zootopia yang artinya dia harus jauh dari keluarga besarnya.
Mengakomodasi Berbagai Karakter Fisik
Lihat kereta Zootopia Express yang pintu beraneka ragam sesuai ukuran tubuh fauna di situ/ Ya, itu adalah sebuah pesan untuk membangun infrastruktur, termasuk transportasi, yang mengakomodasi berbagai karakteristik. Ada pula penjual jus yang menyediakan alat untuk mengkat hidangannya ke atas guna melayani pelanggan dari fauna berpostur tinggi, misalnya jerapah.
Tebak siapa karakter yang dimaksud dengan Mr. Big/ Ternyata seekor kukang kecil. Padahal, sebelumnya kita disuguhi beberapa ekor beruang kutub yang berukuran raksasa sebagai pengawalya ala mafia. Hohohoo. Kejutan yang menjadi 'bumbu' dari film ini adalah sosok Flash selaku kungkang yang gerakannya sangat super lambat. Tapi kita disuguhkan mobil ngebut kecepatan 115 mil per jam yang ternyata dikemudikan oleh Flash. Pesan terselubung agar kita tidak meremehkan orang lain hanya dari sesuatu yang tampak mata ataupun hanya ucapan lisan semata.