Cuplikan iklan di atas sempat menjadi perbincangan khalayak. Semua ini disebabkan nominal uang apresiasi yang dilontar oleh Pak Menpora. Sepintas pernyataan ini merupakan janji yang merepresentasikan kepedulian pemerintah terhadap atlet berprestasi saat ini. Dan dari berbagai pemberitaan yang ada, peraih medali emas Olimpiade 2016 lalu saat ini "terancam" diganjar tunjangan bulanan yang cukup menggiurkan. Namun madalahnya itu ditujukan bagi atlet yang berprestasi "saat ini". Bagaimana dengan para atlet masa lampau yang turut menyuburkan lahan medali bagi Indonesia di ajang SEA Games, Asian Games, dan juga Olimpiade. Iklan tadi tak ayal bisa membuat "panas" lantaran sudah banyak berita mantan atlet yang hidup falam finansial terbatas walau di lemari rumah mereka ada kepingan medali yang membuat orang kagum pada Indonesia.
Berikut ini beberapa cuplikan berita tentang nasib mantan atlet yang pernah berkiprah bagi Bendera Merah Putih.
- http://sports.sindonews.com/read/1075339/51/nasib-mantan-atlet-nasional-dulu-dipuja-kini-merana-1452231937
- http://jateng.tribunnews.com/2016/08/16/tatie-rahayu-mantan-atlet-nasional-renang-yang-kini-buka-warung-penyet
- http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=2&dn=20070325152535
Mari kita sederhanakan permasalahannya lalu gagas solusinya
Apakah benar pemerintah tidak punya anggaran?
Sulit untuk mengiyakan pertanyaan itu, namun sulit pula untuk membantahnya. Alasannya sederhana, ketersediaan anggaran untuk dialokasikan sebagai dana apresiasi mantan atlet tergantung siapa pejabat dan iklim politis secara nasional. Sudah bukan rahasia bahwa anggaran di lingkungan pemerintah erat kaitannya dengan urusan politik. Jangan heran ketika ada dua event yang serupa akan dikucurkan dana berbeda. Semua tergantung lobi hohoo
Apakah pemerintah tahu siapa-siapa atletnya?
Barangkali ini merupakan pangkal permasalahannya, yaitu ketidaktahuan. Basisdata berisi nama-nama atlet berprestasi di masa lampau menjadi barang langka. Jika memang anggarannya ada, bagaimana cara menyalurkannya? Tentu akan membutuhkan waktu yang lama untuk mencari tahu siapa-siapa yang berhak dan berlokasi dimana mereka saat ini. Keberadaan seorang atlet di Indonesia sulit dilacak. Bisa jadi, tetangga kita ternyata seorang atlet yang pernah berlaga di kancah internasional atas nama Bangsa Indonesia.
Sebagai titik awal bagi pemerintah untuk mulai peduli terhadap nasib atlet masa lalu adalah melakukan pendataan siapa saja mereka dan berada dimana saja mereka. Hal ini tentu akan memudahkan pemerintah untuk mengetahui apa yang dibutuhkan atlet-atlet tersebut setelah mereka tidak lagi berkarya di tengah lapangan. Di sini, SI/TI berperan sebagai pengumpul informasi. Kedengarannya sih ini ide yang sepele. Tapi kenapa belum terlaksana ya...
Apakah benar pemerintah tidak punya anggaran?
Sulit untuk mengiyakan pertanyaan itu, namun sulit pula untuk membantahnya. Alasannya sederhana, ketersediaan anggaran untuk dialokasikan sebagai dana apresiasi mantan atlet tergantung siapa pejabat dan iklim politis secara nasional. Sudah bukan rahasia bahwa anggaran di lingkungan pemerintah erat kaitannya dengan urusan politik. Jangan heran ketika ada dua event yang serupa akan dikucurkan dana berbeda. Semua tergantung lobi hohoo
Apakah pemerintah tahu siapa-siapa atletnya?
Barangkali ini merupakan pangkal permasalahannya, yaitu ketidaktahuan. Basisdata berisi nama-nama atlet berprestasi di masa lampau menjadi barang langka. Jika memang anggarannya ada, bagaimana cara menyalurkannya? Tentu akan membutuhkan waktu yang lama untuk mencari tahu siapa-siapa yang berhak dan berlokasi dimana mereka saat ini. Keberadaan seorang atlet di Indonesia sulit dilacak. Bisa jadi, tetangga kita ternyata seorang atlet yang pernah berlaga di kancah internasional atas nama Bangsa Indonesia.
Sebagai titik awal bagi pemerintah untuk mulai peduli terhadap nasib atlet masa lalu adalah melakukan pendataan siapa saja mereka dan berada dimana saja mereka. Hal ini tentu akan memudahkan pemerintah untuk mengetahui apa yang dibutuhkan atlet-atlet tersebut setelah mereka tidak lagi berkarya di tengah lapangan. Di sini, SI/TI berperan sebagai pengumpul informasi. Kedengarannya sih ini ide yang sepele. Tapi kenapa belum terlaksana ya...
No Response to "Bagaimana Atlet Masa Lalu"
Posting Komentar