Ekspedisi ke Chiang Rai memang tidak layak diberi label 'lazim'. Tidak sekadar lokasi Chiang Rai yang tidak populer di Indonesia, tapi 'godaan' untuk menjejakkan kaki ke Myanmar dan Laos, sepasang negara yang berbatasan darat dengan Thailand. Setelah sebelumnya 'nekat' ke Tachileik, maka pada Sabtu [21/7] lalu, saya beserta istri dan putri saya [yang masih dua tahun] beranjak dari penginapan kami menuju ke Huay Xai.
Perjalanan hujan mengiringi kami sejak beberapa menit selepas bus dari terminal Chiang Rai ini meluncur ke kota Chang Khong. Kondisi bus persis seperti saat kami menuju Mae Sai, sepintas cetakan lama tapi kebersihan dan performa mantap lah
Wajah-wajah imigran turis asal Indonesia yang berharap perjalanan lancar-lancar saja
Huay Xai adalah sebuah kota di pinggir Sungai Mekong, tepatnya sebelah Timur alias sudah masuk ke teritori Laos. Kota ini biasa menjadi titik numpang lewat mereka yang ingin menuju Vientien [ibu kota Laos] atau malah ke Kamboja dari arah Utara negara Thailand. Status 'kota' memang membuat istri saya heran [sepulang dari sana]. Ya, infrastruktur dan keramaian di sana memang agak jauh dibandingkan kota-kota di Indonesia yang menjadi ibu kota provinsi, misalnya Pontianak, Bandar Lampung, bahkan Ternate yang notabene 'mantan ibu kota provinsi Maluku. Tingkat keramaiannya justru tidak berbeda jauh dengan Margasari, iya Margasari, bukan Slawi lho ya. Alasan saya ke kota ini pun hanya satu, mengunjungi Laos walau hanya beberapa jengkal waktu saja. Sebagaimana Myanmar, saya tidak punya lagi rencana untuk mengunjungi Laos. Dengan demikian, momen 'mampir' ke Laos ini jelas menjadi momen yang sayang untuk dilewatkan. Memang ada paket wisata dari Chiang Rai ke Pulau Donxao yang sudah masuk Laos. Tapi pulau tersebut kurang menawarkan pengalaman yang jelas. Saya ingin tahu peradaban yang 'lebih riil' walau tentu saja jauh di Laos sana mungkin berbeda. Beberapahari setelah dari Thailand, saya bar tahu kalau ke Pulau Donxao saja tidak akan diganjar stempel paspor, sedangkan Huay Xai iya.
Walau di pinggir wilayah Thailand, tapi infrastruktur di Chang Khong relatif memadai
Carilah bus menuju Chang Khong jika berangkat dari terminal Chiang Rai. Entah mengapa saya membayagkan status terminal Chiang Rai patut disebut sebagai bus antar-negara lantaran ada arah menuju Laos serta Myanmar. Kali ini kita harus membayar 65 THB sebagai tarif standar menuju pinggir perbatasan. Hujan yang deras sudah saya perkirakan sehingga saya perbanyak istirahat pada H-1. Tidak perlu khawatir nyasar karena supir dan kondektur bus-bus di sana alhamdulillah jujur dan sangat ramah, tapi waspada tetap wajib. Nanti kita akan turun di sebuah pertigaan, selanjutnya angkot kecil akan membawa kita ke kantor imigrasi. Di sini, saya mendapatkan 'peringatan' [dalam arti positif] bahwa saya sudah memasuki Thailand lewat darat, tepatnya dari Myanmar sehingga jatah masuk lewat darat saya tinggal satu kali lagi. Alhamdulillah jatah ini sudah saya ketahui sebelumnya lantaran membaca blog traveler lainnya yang juga pernah ke sini.
[dari arah pembaca] Sebelah kiri adalah Thailand, sebelah kanan adalah Laos.
Kalau saja saya solo traveler saat itu, naik bus jelas pilihan yang tidak menyenangkan karena jarak yang relatif pendek dan cukup menyita stok uang saku.
Bus ini kelak akan melewati jalur '8' yang menjadi konverter antara lajur kiri Thailand dengan lajur kanan Laos [padahal setahu saya Laos itu negara 'kiri' eh]
Dibandingkan ke Tachielik, perjalanan ke Huay Xai ini agak 'boros' lantaran tidak diperkenankan jalan kaki melintasi jembatan Sungai Mekong. Kita harus memakai bus atau mobil jemputan yang tarifnya [kalau tidak salah] 20-25 THB per orang. Kalau dari Mae Sai ke Tachielik hal ini tidak berlaku lantaran sungai pemisahnya relatif kecil. Selama di imigrasi jangan mainan handphone, jangan mainan laptop, jangan menyakiti hati mantan eh eh eh. Jangan lupa bahwa sebagai sesama negara ASEAN, kita bisa keluar masuk Laos dengan gratis.
Sebagai turis yang 'numpang lewat' dan tidak ada niat jelek/catatan kriminal, isi datanya nyaman kok. Btw dosen saya sih bilang kalau saya ini 'gila' karena membawa anak istri ke perjalanan macam gini sedangkan saya sendiri belum pernah ke sini wkwkwk.
#ArfiveLaos
No Response to "ການເດີນທາງກ້າຫານ Brave trip in Huay Xai [1]"
Posting Komentar