Saya mengenal Teluk Bayur hanya sebatas sebagai bagian dari lagu era lama sebagaimana Widuri. Keduanya pun sama-sama tidak pernah saya tahu wujud visualnya seperti apa. Mungkin karena saya lebih menyenangi wisata alam di gunung/bukit daripada pantai. Praktis, ekspedisi ke Ternate sekitar tiga tahun lalu menjadi awal saya menemukan sisi lain eksotika pantai, terutama dari sisi humanioranya.
Teluk Bayur bukan sekadar pantai biasa. Ini adalah pelabuhan yang menjadi titik 'penghubung' para pengembara dan perantau, baik saat mereka pergi maupun kembali. Jelas ada banyak romansa haru yang berlinang di sini. Seiring melonjaknya transaksi tiket pesawat, kini Teluk Bayur kian sepi. Saya pun termasuk yang dua kali masuk ke Provinsi Sumatera Barat lewat pesawat. Walau demikian, saya yakin fungsi Teluk Bayur belum hilang, setidaknya lima hingga delapan dekade mendatang.
No Response to "Menyibak Cerah dan Derainya Teluk Bayur"
Posting Komentar