Kita mengenal Bukittinggi sebagai salah satu destinasi wajib bila berada di Sumatera Barat. Padahal, ada peran 'ajaib' yang pernah diemban kota ini di era perjuangan awal kemerdekan Indonesia. Kota Bukittinggi adalah ibu kota ketiga Indonesia setelah Jakarta dan Yogyakarta berhasil direbut oleh Belanda. Sebuah hal yang ajaib negara yang baru merdeka kemarin sore ternyata punya ide brilian untuk membentuk pemerintahan darurat di ibu kota darurat yang lokasinya agak jauh dari ibu kota asalnya. Dalam sistem komputer, Kota Bukittinggi menjadi disaster recovery center lantaran data center kolaps. Harus diakui, hubungan erat antara suku Minang di pemerintahan pusat dengan suku Minang di Sumatera Barat menjadi motivasi dipilihnya Kota Bukittinggi selain faktor 'tersembunyi' dari jangkauan Belanda. Yang menarik, deklarasi pemerintahan darurat di Kota Bukittinggi ini seharusnya dilatari instruksi resmi dari pemerintah pusat di Yogyakarta. Lantaran faktor teknis, instruksi tersebut tidak pernah diterima walau sudah resmi dikeluarkan. Ajaib kan hehee...
Kini, Jam Gadang kota ini menjadi simbol khasnya. Belum foto dengan latar Jam Gadang berarti visitasi ke Kota Bukittinggi patut dipertanyakan. Kurang lebih seperti itulah anekdotnya. Hingga sekarang jam ini masih berputar dengan berbagai perangkat berat di sekitarnya lantaran permugaran taman. Mungkin tahun depan selesai...
No Response to "Tentang Bukittinggi: Ibu Kota Darurat Indonesia"
Posting Komentar