Sebenarnya ini adalah kisah saya tahun lalu, yaitu sepekan di Sulawesi Selatan. Terserah akan dianggap penting atau tidak, tapi semoga menginspirasi. Cerita ini merupakan perjalanan saya bersama kawan saya Triyoga Adi Perdana dalam Pertemuan Nasional Pramuka Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Racana Hasanuddin Universitas Hasanuddin, Kota Makassar. Undangan kegiatan di November 2012 sudah diperoleh sejak Oktober, awalnya saya diplotkan untuk ikut tapi kemudian digeser menjadi prioritas kesekian karena satu dan lain hal. Bagi saya, ikut atau tidak akan saya terima dengna lapang dada, apalagi saya ada proyek berupa Konferensi Nasional Komunikasi di FISIP UI, maka tidak terlalu mengambil pusing apakah saya akan diikutkan atau tidak. Sebagai anggota biasa, saya hanya membantu sebisa saya, diminta membuatkan proposal dan beberapa berkas partisipasi di event-event di dalamnya pun tidak masalah.
Di tengah kegiatan di FISIP UI, KDR saya (Yoga) menghubungi bahwa yang jadinya berangkat hanya dua orang, yaitu dia dan saya. Karena tidak berbenturan dengan agenda apapun, akhirnya saya siap berangkat. Permasalahan berangkat tidak semudah menyeberang jembatan PGA. Banyak yang harus dipersiapkan, misalnya pemesanan tiket pesawat dll, termasuk izin ke Alvin (Ketum HMIF). Sebagai Sekum, tentunya ketiadaaan saya akan disorot, apalagi hilangnya personel tampan di sekre jelas akan merosotkan rating. Tak dinyana dia mengizinkan. Berbagai persiapan lain terkait ketiadaan saya di kampus, misalnya tugas ASE, privat di Hikari, SG ExSys di Lab AI, tugas inov, grafcit dll harus diselesaikan. Dua mata kuliah, yaitu inov dan grafcit baru 1/4 sehingga saya lanjutkan di perjalanan ke Makassar nantinya.
Pesan pesawat adalah hal yang baru bagi saya (dan Yoga), sehingga sempat canggung juga, namun alhamdulillah lancar, dan sebuah file berupa softcopy tiket kami pun terkirim di email saya dan segera saya cetak. Permasalahan yang akan kami sadari berikutnya adalah belum pastinya kapan kami pulang dari Makassar. Akhirnya kami pun di malam Minggu mempersiapkan diri untuk berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta alias Soetta. Untuk menuju ke sana, kami berangkat dari kos Yoga di handsome House. Di teras terdapat sepasang petinggi Himatel, yaitu Rizal dan Wicak yang sedang mengobrol apa kurang tahu saya, saat saya masuk kisaran jam 10 malam. Setelah merundingkan ebrbagai hal, termasuk checklist kelengkapan, kami pun berangkat menuju Batununggal, tempat pool bus Primajasa menuju Soetta. Waktu itu saya baru tahu kalau ternyata Yoga hendak membonceng Rizal, hufffttt untungnya Wicak bersedia mengantarkan saya juga. Menjelang berangkat Rizal bilang bahwa kalau dia jadi Alvin dia gak bakal ngasih izin dengan berbagai alasan panjang lebar. Sempat muncul keraguan tapi saya sadar bahwa saya harus berani mengambil resiko. Akhirnya dengna tekad bulat, segeralah kami menuju pool. Di pool terdapat beberapa rekan yang jaketnya tidak asing. Yeah, mereka adalah Pramuka Universitas Padjadjaran, ada juga ka Yudi di situ. Kisaran jam 1 dini hari bus menuju ke Soetta di Cengkareng. Di tengah perjalanan saya sms minta maaf atas pilihan saya untuk rehat sejenak dari HMIF pada Alvin, dari beliau malah terus meyakinkan saya bahwa yang saya ambil bukanlah pilihan yang salah. Karena ngantuk saya lupa sms ke beliau.
Sekitar pukul setengah 4, kami sampai di Soetta, di situ kami sliwar sliwer karena suntuk dan menunggu Subuh. Dengan beberapa kedai yang masih (atau sudah) buka, kami melihat-lihat harga yang terpampang dan dengan kocek yang tipis, maka kami urungkan niat untuk mengganjal perut hingga akhirnya ada yang jual roti dengan harga murah. Lumayanlah, hehee.. Akhirnya terdengar juga pengumuman mengenai pemberangkatan pesawat kami, yaitu Lion Air. Berbagai proses yang baru pertama kali kami jalani, kami terus mencoba bersikap tenang dan sok ganteng. Ohya, di tengah-tengah proses tersebut, saya masih berkutat dengan mengerjakan tugas grafcit (berupa membuat paper tentang manipulasi image) dan tugas inov (berupa resume film Social Network, yang padahal belum saya tonton, maka saya karang sendiri isinya). Pesawat datang dan meluncurlah kami dari Cengkareng ke Kota Makassar. Sampai di Makassar sekitar pukul 8 WITA (well, berikutnya saya mempergunakan WITA).
Di bandara, kami berpapasan kembali dengan rombongan dari Unpad, yaitu kak As'ad, kak Adnan, dan kak Wiwit. Ketika menuju pintu keluar, justru berpapasan pula saya dengna dua wajah yang kenal. Mereka adalah dua orang panitia TKNP3T, meskipun mereka tidak nongol di panggung, tapi lumayan saya ingat juga, yaitu ka Niken dan ka Azyiz. Dan kemudian di pintu keluar, tim dari Unhas langsung menjemput kami dengan sebuah mobil (well, 2 orang ITT, 2 orang UGM, 3 orang Unpad plus 2 orang Unhas dalam 1 mobil). Sesampainya di sana dimulailah petualangan ber-Makassar saya.
Hingga sore tidak ada kegiatan yang fundamental selain berkenalan antarkamar dengan peserta lainnya dimana kami ditempatkan di asrama. Saya satu kamar dengan kak Wendy dari Universitas Batang Hari, Kota Jambi. Ternyata ada juga rombongan dari UNCP dengan dua pentolannya, yaitu kak Aryfh dan kak Anggi yang pernah kami bertemu di TKNP3T. Di tengah keramaian suasana, saya melanjutkan dua tugas tersebut. Sorenya dengan seragam Pramuka lengkap, kami semua peserta menuju Rumah Dinas Gubernur Sulsel dimana upacara pembukaan dan prosesi ramah tamah diadakan. Selama perjalanan berbagai obrolan dilontarkan antarpeserta, ada yang sudah ramai, ada pula yang masih (atau memang) pendiam. Di acara pembukaan, diawali dengan masuk ke aula dengan prosesi adat Racana Unhas (ada badiknya juga lho...keren pisan nianlah..). Di acara tersebut terdapat Gubernur yang juga menjadi Ka. Kwarda Sulsel (kalau tidak salah) dan Ka. Kwarnas. Di ruangan itu, berkenalan pula saya dengan berbagai perti, misalnya Universitas Muhammadiyah Surakarta dll.
Paginya acara masih berkutat di kampus Unhas, yaitu Simposium Nasional Pengembangan Kerja Sama Sinergis Perguruan Tinggi, Pramuka, dan Kewirausahaan dimana terbagi ke dalam 3 sesi. Pengisinya pun keren-keren, ada Ka. Kwarnas, Rektor Unhas, Ka. Gudep Unhas, Warek III Unv. Trisakti, Staf Ahli Kemenpora dll. Tatkala sorenya saya mendengar kabar bahwa peserta akan menuju Bulukumba. Well, segera saya kebut pengerjaan dua matkul lainnya dengan memanfaatkan modem milik teman Unpad. Akhirnya Grafcit rampung dibuat, dan inov mentok 10 halaman, padahal minimal 20 halaman. Karena buntu, maka saya baca lagi aturannya, wah... tidak ada ketentuan kertas A4, maka format kertas saya ubah menjadi A5 dan otomatis jumlah halaman melonjak jadi 21. hahaha (ketawa licik), segera saya emailkan tugas Grafcit ke Amna (Grafcit-33-08) dan inov ke Rahardian (Inov-32-01).
Malam harinya kami menuju ke Bantaeng, tepatnya Desa Bontongnga, yaitu suatu daerah yang dinginnyo luar biasoo di Sulsel, mana dak ado sinyal...Arhhh, untung tugas sudah di-email-kan. Di sana hampir separuh kegiatan PNPPT dilangsungkan, antara lain FOrum Ilmiah dimana tiap eprti mempresentasikan orasi ilmiah dan quo vadis kepramukaannya. Di momen itu, saya dan Yoga membawakan orasi ilmiah berjudul Aksi Sosial sebagai Aktualisasi Pramuka Perti dan quo vadis berisi rencana ideal Pramuka IT Telkom. Quo vadis ini berisi konsep pembinaan di aspek teknologi, SAR, kewirausahaan, dan kaderisasi KBM. Kegiatan lain yang dilakukan di sana antara lain jelajah alam (walau sangat singkat), penanaman pohon bersama, pengenalan Pramuka Entrepreneur.
Di sela-sela ashar beberapa diantara kami berjalan-jalan. Di situ perumahan belum mengenal listrik dan kehidupan masih sejuk. Kebetulan waktu saya mengetik baris ini lagu Ebiet berjudul Aku Ingin Pulang menjadikan suasana syahdu. Di situ suasana asri dan sangat alami. Mengingatkanku pada suasana Margasari dan Balapulang yang meriangkat kalbu. Ohya, di sana bertemu pula dengan kak Imas, DKN yang waktu TKNP3T ke situ juga ternyata.
Ada pula kami menuju suatu pantai yang lupa namanya, di situ kami menanam bakau. Di sana, salah seorang rombongan di tronton saya, yaitu Udin dari Kalimantan yang biasanya rame melawak kok diam melulu, ternyata dia mabuk dan muntah...hahaha.. Sesampainya di sana segeralah kami diarahkan untuk langsung take action. Harusnya sih satu orang dua bakau, tapi entah mengapa, mungkin karena terlalu asyik entah berapa bakau yang sudah saya tanam. Di situ kaki saya mendadak terasa perih, namun karena bermain maka agak terlupakan. Foto-foto dengan background pantai jelas mustahil untuk dilewatkan. sempat kesulitan dalam sholat, alhamdulillah bisa terjaga jua sholat kami. Perjalanan pulang tidak terlalu ramai tapi tidak terlalu sepi, si Udin dan kawan-kawan yang sempat mabuk sudah jenggelek lagi. Berbagai nyanyian ga jelas pun mengalun namun muaranya satu, yaitu "andeca andeci...tabora bora bori" ala OVJ. hahaha...obsesi pengen jadi komedian semua nih.
Sempat dalam suatu malam keberapa aku lupa, sebagian besar para peserta putra merumuskan keinginan mengenai pembentukan forum pramuka perti nantinya, ada yang mengutarakan konsepnya dengan detil ada pula membumbuinya dengan opini-opini yang (menurut saya) sentimen negatif dll. Setelah berhari-hari hingga hati makin berjamur (lebay) akhirnya kami menuju ke Bulukumba, tepatnya pantai Bira, malam hari di sananya kami langsung melakukan rapat mengenai rintisan forum tersebut. suasana yang riang mendadak kaku dengan berbagai macam argumen khas anak muda. Bantah-bantahann menjadi hal yang lumrah dalam dinamika diskusi. Akhirnya forum terbentuk dengan beberapa hasil berikut :
nama = Forum Komunikasi Pramuka Perguruan Tinggi
koordinator pusat/nasional =UGM
nanti saya lengkapkan lagi bagian ini jangan lupa kunjungi blog saya lagi ya... ^^
Esok harinya kami piknik ke pembuatan kapal Phinisi yang subhanaALLah dahsyatnya kreativitas makhluk-Nya. Ohya, ada satu momen dimana saat saya kehabisan uang dan hendak mengambil di ATM bersama Yoga, saya menemukan handphone yang ternyata milik seorang turis, si turis pun segera ke situ dan setelah saya kembalikan, dia justru mengajak saya minum bir, owh...take me a sword. Padahal saat sholat Jumat sebelumnya, khotib bercerita tentang bagaimana kita harus bersikap antara idealisme dengan budaya dan religi kita ataukah menyerah pada budaya asing dengan studi kasus tempat wisata, wah...langsung diuji juga nih
Akhirnya piknik di Bulukumba selesai, namun saya masih belum mempersiapkan apa-apa untuk pulang termasuk proses kepulangan, wadawww. Sesampainya di Unhas, saya langsung menyiapkan pemesanan kepulangan saya yang solo karier karena Yoga hendak mampir-mampir ke Surabaya dulu. Sempat tertinggal rombongan di acara Diskusi Penutup, akhirnya seluruh rangkaian acara bisa saya ikuti. Alhamdulillah. Sorenya upacara penutupan dilakukan di Rumah Dinas Wali Kota Makassar di pinggir pantai Losari. Semapt terharu juga.
Pagi-paginya sebelum subuh saya, rombongan Unpad, dan UGM menuju ke Bandara Hasanuddin. UGM ebrangkat jam 6, Unpad jam 8, sedangkan saya jam 9. Di sana berjumpa lagi saya dengan rombongan dari UNM. akhirnya sampai juga saya di Soetta, segera saya membajak Primajasa untuk menuju ke Bandung terkait acara himpunan di sore harinya.
1 Response to "Un-Has, Aga Kareba? Baji Baji Ji"
Aseeeeeeeeeeeeekkk. .
Perdjoeangan kita ve. :)
Posting Komentar