Tantangan terbesar dalam berpuasa di Semarang cukup beragam, namun yang paling terbayang di awal adalah perjalanan masuk-pulang KP disertai cuaca yang terik, bahkan saya lupa apakah selama di Semarang saya pernah kecipratan air hujan ataukah tidak.
Untuk tempat tinggal, alhamdulillah hasil ngebolang mempertemukan saya dengan sebuah kosan berwarna pinky yeah yang ternyata dihuni oleh orang-orang yang asik parah. Sahur bareng...nonton bola bareng...dianter ke stasiun ketika hari terakhir ngekos, pokoknya jadi salah satu memori yang mengharukan. Kebersamaan berpuasa di tanah rantau itu menjadi yang pertama kali saya rasakan hingga pada ranah sahur, mungkin karena sebelumnya hanya berkutat pada buka puasa bareng.
Upak 2 ini sebagaimana timeline (yang plottingnya ngabisin berapa kali rapat tuh) mengambil slot waktu 2 hari 1 malam. Pagi hari pasca Subuh (kalau saya sekaligus nge-paper) kita berkumpul untuk menuju lokasinya yang mmmm saya lupa itu masuk daerah mana, pokoknya Kabupaten Bandung Barat (ya jaman itu saya belum kenal GoogleMaps hehee). Di truk si ganteng ini cuma bisa tidur (ya iyalah, yang lainnya sahur nasi, saya sahur keyboard :( ). Sesampainya di TKP langsungnya digeber dengan secuil aturan ala militer (secuil? ya iyalah, ntar malem barulah tahu rasa kita). Malamnya pasca buka puasa dan tarawih, beberapa manusia (termasuk saya) turun gunung untuk mengurus transfer peserta yang hendak mudik dengan mobil, dan ketika naik masyaAllah dinginnya ruarrrr biasoo. Tapi dingin itu langsung berganti kepulan asap panas ketika tahu ada sejumlah trouble terkait chemistry antarpersonel serta berbagai teknis dadakan yang (menurut saya) sangat tidak tepat waktu ataupun cara penyampaiannya (yang bagian ini saya skip). Waktu terus bergulir hingga akhirnya di tengah malam kami dibangunkan oleh tentara dengan style militer (ya nggak militer-militer banget sih, standar bintal malam jaman SMA). Esok sorenya lantaran berbagai faktor saya putuskan menyampaikan unek-unek saya via sms ke sejumlah orang. Ya, dari situlah saya belajar banyak mengenai sangat dibutuhkannya sikap berlapang dada dalam menghadapi berbagai keinginan dan cara perwujudan keinginan tiap pihak. Kalau ditanya nyesel ngaak dengan konflik itu? Justru saya melihatnya sebagai "kado" di bulan Ramadhan.
Tak lupa binsik sore dua di Ramadhan menjadi sajian yang menorehkan "story to remember", tak bisa diungkapkan dengan kata-kata untuk melepas kepulangan mereka kakak-kakak dan adik-adik di kepanitian ini. Kalau di GaNas0508 saya pernah berujar "Ekskul is temporary, but GaNas is permanent", maka untuk PDKT 2012 frasenya adalah "committee is temporary, but Transformers are permanent".
Kepulangan saya sendiri tidaklah langsung ke Bumi Margasari, melainkan mengayunkan diri ke Semarang. Tampaknya ini jadi kesempatan langka untuk mengunjungi saudara jauh sekaligus kawan karib saya, Yogi Winardo di Undip serta Rizky Rahmadhona dan Ardan Bayu Saputra di Unnes. Ekspedisi kilat ini diawali dengan menuju ke Bandara Ahmad Yani untuk menyerahkan laporan KP. Apa? laporan KP? yang setahun lalu? parah juga yaa gw. Pak Fauzy cukup surprise dengna kedatangan saya tapi keramahannya tidak pernah raib dari wajahnya dan tentunya disertai berbagai obrolan khasnya, termasuk putranya telah berkuliah. Sepulang dari Bandara Ahmad Yani, bingung juga ngapain, sempat ngelantung di kawasan kantor pos-BPD (alias kota tua) hingga Tlogosari, ya intinya nglaor ngidul gak jelas dimana karakter cuaca Semarang yang panas membuat saya benar-benar nyaris tumbang, apalagi ketika seorang bocah meminum es soda di samping bus, beuhh, nikmat kali godaan itu. Tapi alhamdulillah Allah menguatkan hingga akhirnya sampailah di Tembalang. Mas Yogi jelas kaget dengan kedatangan saya, tapi kehangatannya dalam berkomunikasi tak bisa dikalahkan kekagetan itu. Berbagai obrolan saling kami lontarkan, intinya kerenlah beliau itu. Esoknya saya beranjak menuju ke Gunungpati dimana Mas Dhona berdomisili, but seperti biasa si ganteng yang satu ini nyasar pemirsaa entah di jalan blok mana intinya tersesat tanpa tahu arah jalan pulang, malah ampe ketemu Sucipah yang sedang fotokopi berkas skripsi. Speechless dia kala itu. Akhirnya Mas Bayu menjemput saya dan membawa saya ke kos Mas Dhona. Wallahualam apakah kesempatan silaturahim itu akan ada lagi atau tidak. Biar Allah menyuguhkan skenario indah-Nya
Nah, jika 2010 identik dengan geladi dan 2011 bersandingkan KP, maka Ramadhan 2012 tidak bisa disematkan label TA, kenapa? gue lupa ngerjainnyaaaaa
Menyelami kalam-Nya, menenggelamkan diri di kolam anugerah-Nya. Ada kalanya diri ini lalai dan kufur nikmat dimana keimanan labil dan fluktuatif. Tapi Allah masih sudi memberikan rahman-Nya. Baru kali ini rasanya Ramadhan yang emosional. Apakah karena pertama kalinya lebaran sembari mencari nafkah? Apakah karena di Jaksel introvert saya makin menjadi? Apakah karena jati diri ini mulai menggetayangi nurani? Wallahualam... Yang pasti, saya sungguh menikmati Ramadhan kali ini. Semoga Allah melimpahkan barokahnya.
Buka puasa bareng? Hampir tiap hari kerja juga buka puasa bareng teman-teman lantai 1. Lho ko bisa? Ya iyalah, Jakarta, jam 4 sore, jalan raya jelas menjadi lahan yang sempit karena dijejali berbagai kendaraan. Maka banyak karyawan yang memilih pulang sehabis Maghrib bahkan sehabis Isya. Sedangkan saya (yang cuma jalan kaki) bingung mau ngapain di kosan, ya mending ngumpul dengna teman-teman di kantor.