Sriwijaya FC, klub dengan unik, baik dari sisi sejarah (tengoklah Persijatim), hingga kostum yang unik (pelopor kain khas di dalam jersey). Klub ini patut dilabeli sebagai klub papan atas yang cukup ababil. Ketika awal perjuangannya tahun 2005, Sriwijaya FC masih bercokol di papan tengah, tepatnya peringkat 9 dari 14 klub wilayah Barat Ligina XI. Begitu pula di tahun 2006 alias Ligina XII dimana capaian Sriwijaya FC adalah peringkat 6 dari 14 klub wilayah Barat. Capaian yang sebenarnya agak "mendingan" karena di era Persijatim dan Persijatim Solo FC (10 edisi Ligina sebelumnya), mereka sempat degradasi. Musim 2007, target mulai dinaikkan, yaitu lolos 8 besar. 8 besar sendiri merupakan capaian tertinggi Persijatim di musim 2000 saat masih diperkuat Gendut Dony dan Michael Pao. Skuad yang agak heboh menjadi modal di tahun 2007 dimana nama-nama beken menjejali Sriwijaya FC. Sosok Rahmad Darmawan, eks pelatih Persipura yang juara di tahun 2005 sempat memboyong Persipura connection dalam wujud Christian Warobay dan Christian Lenglolo, ditambah sosok-sosok yang pernah dan sedang menghuni timnas seperti Isnan Ali, Firmansyah, Charis Yulianto, Ferry Rotinsulu plus legiun asing berupa Zah Rahan Krangar, Renato Elias, hingga Anoure Obiora. Double winner dicaplok di musim itu, musim yang diperpanjang dari tahun 2007 saja menjadi plus 2008. Saya sendiri mulai menyenangi klub ini justru gara-gara jersey-nya yang menyertakan songket.
<br>
Dua musim berikutnya Sriwijaya FC mengalami kemerosotan di peringkat akhir klasmen ISL 2009 dan 2010, yaitu 5 dan 8. Prestasi konsisten di ranah Copa Indonesia tidak menghalangi dilengserkannya coach RD di akhir musim 2010. Pasang surut secara berturut-turut memayungi klub satu ini. Sebuah prestasi juara ISL 2012 sempat ditorehkan oleh Sriwijaya FC di tengah konflik PSSI-KPSI. Di luar itu, harus diakui bahwa Sriwijaya FC masih bisa disebut agak ababil mengingat setelah juara, justru SFC kembali melorot di peringkat 5 dan 6. Walau demikian, yang perlu dicatat dari kurun waktu 10 tahun ini adalah warna konflik serta status "kuburan" bagi sejumlah pemain adalah sisi kelam Sriwijaya FC.
<br>
Konflik antara 4 orang pemain dengan sekelompok suporter menjadi konflik terdahsyat yang benar-benar memunahkan nyaris semua skuad di musim 2010. Padahal sebelum terjadi konflik, hubungan antara manajemen dengan staf kepelatihan sedang memburuk. Tak ayal, lengsernya coach RD seolah membabat habis skuad SFC saat itu. Konflik dahsyat juga bergulir di akhir musim 2013. Status juara bertahan ternyata menjadikan tuntutan manajemen semakin tinggi terhadap pemain. Di sisi lain, hak-hak pemain berupa gaji mengalami keterlambatan. Padahal klasmen Sriwijaya FC sendiri kian melorot. Bentrok kepentingan inilah yang menjadi pangkal mogok massal hampir seluruh pemain di laga-laga akhir SFC. Uniknya, suporter justru lebih bersuara lantang mempertanyakan keseriusan manajemen daripada menanyakan komitmen pemain. Manajemen yang kalang kabut pun melakukan genoside terhadap status pemain termasuk melego Ferry Rotinsulu (loyalis dari era Persijatim Solo FC), serta duo kapten Ponaryo Astaman dan Firman Utina, yang dianggap sebagai motor aksi mogok massal. Musim berikutnya, Sriwijaya FC lebih memilih pemain-pemain yang secara nama belum bersinar, namun yang menjadi tanda tanya bukan pada kualitas, namun lebih ke arah alasan manajemen yang menyebut komitmen sebagai alasan pemilihan pemain. Alasan yang disebut banyak orang sebagai alibi atas buntut insiden mogok massal tersebut.
<br>
Bagaimana dengan status kuburan? Silakan cek nama-nama besar yang pernah mengenakan kostum Sriwijaya FC. Ada yang benderang ada pula yang mengalami getir mendalam. Siapa yang tidak mengenal Ilham Jayakusuma, pemain terbaik Ligina VIII sekaligus top scorer dari klub Persita di musim itu, plus top scorer Piala AFF 2004. Ada yang kenal Aliyudin, sosok yang disebut sebagai partner terbaik Bambang Pamungkas di Persija. Nama besar Rahmat Rivai, maskot Persiter dan Persitara, Maman Abdurrahman, pemain terbaik Ligina XII dari PSIS Semarang. Jangan lupa pula dengan nama-anam seperti Oktavianus Maniani, Jajang Mulyana, Rizky Novriansyah, Mahadirga Lasut, dan Syamsir Alam, para pemain muda Indonesia yang digadang-gadang sebagai bintang masa depan Indonesia di tiap periode saat masuk SFC. Belum lagi sosok pemain asing seperti Dzumafo Herman, legenda PSPS, Diogo Santos, bintang Timor Leste, Erik Lewis Weeks, icon Persiwa. kesamaan nama-nama di paragraf ini? Semuanya justru terpuruk karirnya di Sriwijaya FC.
<br>
Satu hal yang mungkin menjadi PR terberat Sriwijaya FC, khususnya jika berhadapan dengan Persib Bandung dan Persipura Jayapura. Siapa sih bintang asli Sumsel di Sriwijaya FC. Nyaris sulit ditemukan. Sosok Rizky Novriansyah malah redup dan dilego, sedangkan legenda timnas bernama Ilham Jayakusuma yang asli Palembang juga hilang dari peredaran. Musim lalu, nama Rizky Dwi Ramadhan dan Jeki Arisandi mulai diperhitungkan, semoga menjadi titik cerah.
<br>
Kini suasana terasa seperti membuka lembaran baru. Pelatih matang bernama Benny Dollo dipercaya menukangi Sriwijaya FC. Nama-nama papan atas pun sukses digaet, yaitu Titus Bonai, bintang naik daun asal Persipura, Pattrick Wanggai, pemain muda yang lumayan sukses merantau di Malaysia, hingga pemain terbaik ISL 2014, Ferdinand Sinaga. Suasana penuh optimis mulai tersaji di SCM Cup lalu, walau harus sad ending karena SFC mengalami kenaasan lantaran tumbang di final versus Arema Cronus. Tantangan SFC cukup berat di musim depan. Target juara atau peringkat berupa belum dicanangkan. Hanya saja dengan skuad yang ada, tentu aroma ambisius wajar saja diumbar para suporter. Belum lagi jika mengendus nilai kontrak yang sudah pasti membludak. Saya sendiri optimis Sriwijaya FC mampu masuk 3 besar. Alasannya?
<br>
Kembalinya nama-nama yang pernah/sedang menikmati kostum timnas. Memang sejak tahun 2007, gelaran AFF Cup 2014 kemarin merupakan turnamen yang kedua kalinya tidak ada pemain Sriwijaya FC di dalamnya. Turnamen Asian Cup 2007, AFF 2006, AFF 2008, World Cup-qualfication 2010, AFF 2010, Asian Cup-qualfication 2011, World Cup-qualfication 2014, dan Asian Cup-qualfication 2015, pasti ada setidaknya seorang pemain SFC. AFF Cup 2012 memang pengecualian karena ada konflik PSSI-KPSI. Jelas agak nyelekit karena di lapangan masih ada sosok M. Ridwan, Supardi, Firman Utina, Ahmad Jufriyanto sebagai punggawa timnas sekaligus punggawa Persib yang jaura ISL musim lalu.
<br>
Ada putra daerah
nama Rizky Dwi Ramadhan dan Jeky Arisandi merupakan modal untuk membangkitkan kepercayaan diri dari masyarakat Sumsel yang haus idola asli putra daerah Sumsel.
<br>
Saingan SFC, jika dilihat dari kesiapan dan kedalaman skuad maka nama Persib, Arema, Persija, dan Pesipura patut diperhitungkan. Sosok kuda hitam macam Mitra Kukar dan Persela juga patut diwaspadai.
SFC Riwayatmu Kini
Jumat, Januari 30, 2015 by
ve
Posted in
Sepakbola
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "SFC Riwayatmu Kini"
Posting Komentar