Manusia adalah insan yang senantiasa diuji. Ada kalanya ujian itu pahit, ada eranya juga ujian itu terbungkus manis. Ujian dari Allah inilah yang menjadi 'filter' untuk membedakan mana yang taat di jalan-Nya serta mana yang kufur dari-Nya. Saking baiknya Allah, kita sebetulnya kerap disodori "kisi-kisi" dalam menghadapi ujian-Nya. Bahkan ujian yang Allah limpahkan sebetulnya menilai proses yang kita jalani, tidak semata hasil. Sebagai umpama saat kita akan menjelang seleksi masuk perguruan tinggi, ini juga ujian dari Allah. Setelah semua ikhtiar dikerahkan ternyata kita tidak lolos. Padahal kita sudah menerapkan segala amalan sunah, termasuk sholat hajat serta puasa sunnah. Dari sisi hasil tes masuk tersebut kita tetap saja gagal. Namun dari sisi proses, kita terhitung sebagai pemenang jika segala ikhtiar itu diniatkan ibadah yang ikhlas, kita juga khusnudzon menerima hasilnya.
Dalam kenyataan menjalani ujian, kita akan berhadapan dengan ancaman yang tidak gampang, yaitu kekhusyuan dalam sholat. Sholat merupakan ibadah rutin yang selalu diincar oleh setan. Mereka tidak gentar dengan seberapa rutin sholat kita. Mereka tidak menyerah saat takbir sudah dilafalkan. Karena mereka mengincar aspek kualitas sholat kita, yaitu kekhusyuan. "Celah" inilah yang terus digempur dengan berbagai topeng, termasuk topeng kebajikan. Akan ada saja topik yang dibisikkan setan kepada manusia. Urusan ini belum selesailah, list to do nanti apalah, hingga keinginan mengomentari bacaan imam, astaghfirullah.
Padahal kekhusyuan sholat adalah ciri orang beriman sebagaimana dipaparkan pada Al-Mu'minūn ayat 1 dan 2
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya."
Jadi, apakah salah setan yang konsisten dengan jobdesc-nya menggoda manusia? Kita perlu introspeksi diri. Jangan-jangan niat sholat kita masih di level kejar setoran alias yang penting sholat biar ga dosa. Jangan-jangan wudhu kita sebagai persiapan sholat pun asal-asalan. Jangan-jangan sholat kita masih dikotori perilaku tidak terpuji lainnya seperti ghibah dll. Jangan-jangan kita masih memprioritaskan duniawi daripada kepentingan habluminallah kita.
Sebuah peringatan, terutama bagi penulis
No Response to "Ada yang Salah dengan Kita"
Posting Komentar