Beberapa hari lalu, saya berkesempatan silaturahim dengan Bang Bilhasry Ramadhony, senior di Informatika IT Telkom. Kebetulan beliau merupakan "pakar" pengembangan website serta strategi pemasaran di duia digital. Berhubung latar pendidikan sesama informatika dan masih konsistensi di bidang TIK, khususnya bisnis digital, maka tidak aneh diskusi kami mengalir deras tentang bagaimana membangun nilai bisnis melalui strategi digitalnya. Barangkali jika bukan karena agenda masing-masing, obrolan kami bisa panjang kali lebar kali tinggi.
Salah satu pertanyaan saya lontarkan kueang lebih tentang seberapa laku dan efektifkah website dibandingkan social media (dalam arti memiliki fan page atau jenis akun socmed lainnya). Pertanyaan yang buntutnya panjang sih sebetulnya. Kenyataannya banyak pelaku bisnis digital memilih membuka akun di media social serta "gerai" di marketplace alih-alih menggelar website sendiri. Saya sendiri melihat hal tersebut karena di social media dan marketplace sudah ada pembaca atas konten yang kita unggah. Dalam hal ini, website mengalami kekurangan lantaran harus adanya "pemantik" agar bosa dikunjungi. Namun sudut pandang lain doutarakan oleh Bang Bil.
Fleksibilitas dalam mengembangkan proses bisnis, inilah yang menurut beliau menjadi kunci website bakal terus didaulat sebagai media dalam bisnis digital. Dengan bergamnya proses bisnis antara pelaku yang satu dengan lainnya, maka berbeda pula pengoperasian dan fitur yang dipunyai. Untuk skala tertentu, website mampu menyuguhkan alternatif dalam pengembangan dan otomatisasi proses bisnis. Belum lagi tren kecepatan akses inernet yang semakin baik, bukan tidak mugnkin teknologi di internet bakal lebih jor-joran bakal membuat fitur-fitur futuristik.
No Response to "Masih "Ampuh" kah Website?"
Posting Komentar