Kompetisi multinasional pertama di tahun 2017 ini adalah Piala Afrika yang dikenal lewat jargon AFCON dengan tuan rumah Gabon. Sayangnya tidak ada stasiun televisi di Indonesia yang menayangkannya, jadi silakan cari info bagaimana streaming untuk menontonnya. Nah kira-kira bagaimana peta persaingannya ya hehee... Ohya, AFCON tahun 2017 ini merupakan gelaran ke-31 dengan juara bertahannya adalah Pantai Gading. Menariknya AFCON ini tidak seperti Euro ataupun Piala Asia yang dihelat 4 tahun sekali. AFCON dipertandingkan putaran finalnya 2 tahun sekali alias seintens Piala AFF, bahkan ada babak kualifikasinya lho. Tentu faktor penggabungan kualifikasi AFCON dengan kualifikasi Piala Dunia zona Afrika menjadi alasan mengapa timnas-timnas di Afrika sana sempat menggelar turnamen satu benua dua tahun sekali.
Ada 16 negara peserta AFCON2017 dimana separuh diantaranya pernah menyandang predikat sebagai juara AFCON masa silam, yaitu Mesir, Kamerun, Tunisia, Pantai Gading, Maroko, Aljazair, Ghana, dan RD Kongo. Tuan rumah Gabon malah belum pernah meyicipi gelar juara hingga tahun 2015 lalu. Apakah mereka berpeluang menjadi raja di tahta stadion mereka, menarik disimak. Praktis satu-satunya nama yang bakal menjadi gacoan Gabon adalah striker Dortmund, Pierre-Emerick Aubameyang. Banyak klub yang naksir berat dengan predator ganas di Bundesliga ini. Di luar dirinya, sulit menerka siapa pemain andalan mereka lainnya. Artinya tuan rumah memegang bom waktu berupa ketergantungna pada satu pemain. Catat pula bahwa sejak tahun 2000, hanya Frederic Kanoute asal Mali dan Emanuel Adebayor yang sama sekali tidak bisa mencantumkan gelar juara Piala Afrika di CV-nya, sementara itu para peraih gelar pemain terbaik Afrika lainnya sudah pernah mereguk trofi tersebut walau tidak selalu di tahun mereka meraih prestasi individu tersebut.
Diantara 8 negara yang pernah juara, ada nama besar Mesir yang seolah ingin memperbaiki reputasi sebagai tim paling berbahaya di AFCON. Maklum, mereka adalah kolektor trofi AFCON terbanyak dengan 7 kali juara, malah tiga diantaranya dilakukan secara beruntun. Memperbaiki, ya memperbaiki. Mereka harus merehalibitasi nama baik mereka lantaran hattrick gagal lolos putaran final 2012, 2013, dan 2015 padahal sebelumnya mereka baru saja menuntaskan juara tiga kali beruntun 2006, 2008, dan 2010. Kini mereka patut mengandalkan Mohamad Salah yang bermain bagi AS Roma. Namun sosok ini tentu bakal kelabakan di tengah situasi 'asingnya' AFCON bagi para pemain timnas lantara 6 tahun vakum. Jangan lupa bahwa Mesir saat ini bukan favorit diantara negara-negara CAF. Ya, Mesir bukanlah bagian dari tren sepakbola kekinian Afrika. Status mereka sebagai peserta pertama Piala Dunia di luar Amerika dan Eropa sekaligus juara pertama AFCON, walau di edisi pertama hanya diikuti 3 tim saja, terasa garing. Terakhir kali mereka berpartisipasi Piala Dunia adalah tahun 1990, lebih tua dari usia saya malah. Hanya di level klub, Mesir bisa sedikit membusungkan dada lewat Al Ahly dan Zamalek. Di luar itu Mesir tidak diunggulkan, buktinya sederhana, dari pengumpulan poin saat drawing grup, Mesir menempati ranking 12 dari 16 negara alias pot ketiga. Memprihatinkan bukan. Kita lihat bagaimana Mesir meloloskan diri dari kepungan Ghana, Mali, dan Uganda/
Jika Mesir adalah legenda yang diragukan, maka Pantai Gading adalah penguasa paling uptodate. Mereka tampil konsisten sejak tahun 2006 serta berstatus sebagai langganan rutin Piala Dunia, khususnya tiga gelaran terakhir. Dibandingkan Mesir yang hanya identik dengan Salah, maka Pantai Gading puny alternatif yang lebih beragam, mulai dari Yaya Toure, Kolo Toure, Gervinho, Eric Baily, hingga Salomon Kalou. Bahkan, mereka secara konsiste selalu mengirimkan pemain mereka masuk tiga besar pemain terbaik Afrika sejak 2003 hingga 2015 kecuali 2008. Malahan, Yaya Toure mengamankan peringkat satu dari 2011 s.d. 2014. Tak heran jika mereka menempati ranking 2 saat pengumpulan poin menjelang drawing. Jika Gabon yang peringkat 1 diabaikan lantaran status tuan rumah, maka Pantai Gading adalah peringkat pertamanya. Bisakah Pantai Gading mengikuti jejak Mesir, Ghana, dan Kamerun yang pernah mempertahankan gelar juara. Entah, namun peluang mereka terbuka lebar, syaratnya mereka harus menyingkirkan Maroko, Togo, dan RD Zaire terlebih dulu.
Satu lagi negara yang ingin saya bahas, yaitu Aljazair. Bukan karena faktor SARA, namun ada sosok Riyad Mahrez yang bisa dibilang sebagai pemain Afrika paling 'moncer' di klubnya tahun 2016, setidaknya dengan parameter trofi Liga Inggris. Ya, pemain ini bahkan mampu menyeruak di jajarna top-23 pemain terbaik dunia. Apalagi Riyad Mahrez secara individu telah menyabet gelar pemain terbaik Afrika versi BBC. Hanya saja pasca trofi Liga Inggris tersebut namanya langsung meredup gegara labilnya permainan Leicester musim ini. Menarik untuk disimak apakah dirinya bisa membuktikan diri berprestasi di level timnas.
Karena Bahasa Prancis merupakan bahasa resmi di Gabon, maka saya ucapkan Bienvenue AFCON2017 Gabon.
No Response to "Bienvenue AFCON2017 Gabon"
Posting Komentar