Masjid ini pertama kali saya lihat di buku Pendidikan Agama Islam, persisnya SD. Saat itu saya takjub dengan lengkungan kubahnya. Barangkali faktor kultur Jawa yang lebih jamak dengan model limas alih-alih kubah. Saat itu, saya juga penasaran ujuran masjid ini berapa alias kapasitasnya. Maklum pula karena masjid terbesar yang singgahi hingga lulus SD hanya di Margasari dan Balapulang. Seiring waktu saya tahu bahwa masjid ini terletak di Provinsi Daerah Istimewa Aceh yang dikenal pula sebagai Serambi Mekah.
Jujur, saya hanya pernah berharap mengunjungi masjid Baiturrohman ini sebagai penjelajah nusantara. Namun Allah menghendaki skenario lain dimana Januari tahun 2015 silam saya memasuki masjid ini bersama orang tua saya serta calon keluarga saya pasca-khitbah. Di momen itulah saya terperangah menyaksikan anggunnya masjid dengan digdaya yang masyaAllah. Praktis saya teringat pula bahwa masjid ini adalah salah satu titik paling disorot saat tsunami 2004 silam lantaran menjadi lokasi orang menyelamatkan diri karena relatif tinggi dan kokoh. Ya, masjid ini termasuk saksi bisu bagaimana Allah mengingatkan Aceh danpemerintah pusat Indonesia tentang makna damai. Sat di dalam masjid, saya membayangkan bagaimana suasana sekitar 10 tahun lalu. Mencekam? Tentu, bahkan berhari-hari masjid ini menjadi pusat pengungsian sembari banyak orang tua berharap menemukan anak mereka di sini selamat.
Rona masjid ini tidak banyak berubah lantaran "stabilnya" situasi politik dan sosial di Aceh kini. Damai dan mendamaikan, itulah bangunan tersohor ini di mata saya, refleksi dari terjemahan baiturrohman dalam Bahasa Indonesia. Malah, di masjid ini pula saya dan mertua saya melangsungkan ijab kabul.
No Response to "Ragam-makna Baiturohman"
Posting Komentar