Memasuki hari ke-19 Ramadhan, artinya kita memasuki akhir dari 10 hari kedua dan sebentar lagi menyambangi 10 hari ketiga. Secara umum ada tiga jenis status atas target-target kita. Boleh jadi ada target-target yang melebihi rencana, misalnya target khatam 1 kali tapi sudah 2 kali. Ada juga yang masih konsisten dengan target, misalnya 1 hari 1 juz, ya berarti hari ini harus dan cukup juz 19 saja. Namun ada pula yang target tidak tercapai, mungkin target tarawih 100 persen tapi sudah terlewat kali.
Barangkali ada diantara yang sedang berada di status ketiga. Apakah berarti Ramadhan kita gagal?
Jika menilik kriteria yang kuantitatif, misalnya jumlah khatam Al Qur'an, jumlah tarawih, jumlah shodaqoh, dll, harus diakui kita gagal. Mungkin biar kesannya nggak gagal, bisa juga bahasanya dimodifikasi. Misalnya tarawih keberhasilannya hanya 90 persen. Ya itu strategi bahasa dan komunikasi sih.Namun yang ingin digarisbawahi di sini adalah bagaimana kita menyikapi keberhasilan yang tidak 100 persen.
Terlepas dari alasan apapun, sebetulnya hal ini merupakan ujian bagi kita dalam menyikapi "kegagalan". Jangan sampai kita menyerah karena pada hakikatnya Ramadhan tidak sekedar ibadah tertentu saja. Ada esensi yang menjadi "muara". Itulah keberhasilan yang jadi sasaran akhir. Segala ibadah yang kita canangkan sebagaibtarget harian atau bulanan sebetulnya merupakan fasilitas atau media.
Apakah menyerah begitu saja? Apakah masih tetap menjalankan ibadah yang jadi target, walau tidak berhasil 100 persen, paling tidak kita masih bisa meraih 99, 98, atau angka lain yang masih cukup menghibur. Jangan menyerah, tetaplah melanjutkan ibadah kita.
Siapa tahu keberhasilan yang tidak 100 persen menjadi kesempatan kita tetap rendah hati
Siapa tahu ini jadi motivasi untuk lebih baik tahun depan
No Response to "Kembali ke Tujuan"
Posting Komentar