Di satu sisi, jelas 'desakan' menghentikan kompetisi bisa menjadi alternatif untuk memberi efek kejut, tapi saya tidak yakin dengan efek jeranya. Jika kompetisi dihentikan, tentunya ada ratusan pemain yang mejadi tidak menentu pendapatannya. Jika penghentian kompetisi sifatnya sebagai wujud solidaritas untuk menjeda aktivitas atas musibah yang terjadi, hal itu masih bisa dipahami. Tapi di sisi lainnya pula, sudah terlalu banyak nyawa meregang demi tim kesayangan. Satu nyawa tidak sebanding dengan gelar atau poin atau gengsi apapun.
Apakah sanksi berupa klub ybs dikenai pengurangan poin atau bahkan otomatis degradasi bisa jadi solusi? Saya kurang sependapat jika itu diterapkan di tengah jalan seperti ini. Bisa timbul masalah baru. Lain cerita jika itu ditetapkan sebelum kompetisi dimulai, saya malah sangat mendukung.
Sanksi yang paling realistis saat ini adalah menghukum para pelaku sesuai hukum negara yang berlaku. Usut juga bagaimana pihak berwenang dalam mengantisipasi hal ini. Jika memang semua pihak belum siap untuk kompetisi yang aman, ya tidak ada opsi lain selain meniadakan kompetisi sepak bola di musim mendatang. Tentu dengan nasib para pemain sebagai tumbalnya. Begitulah perangai buruk manusia yang akan terus menagih efek negatif.
No Response to "Tentang Insiden Pilu itu (lagi)"
Posting Komentar