Adab Menguap dan Bersin
Network Management
Lembar Persembahan
harTA, tahTA, waniTA, dan TA
Yang sering menumbangkan manusia itu waniTA, harTA, dan tahTA. Tapi bagi mahasiswa IT Telkom, muncul sebuah fenomena tumbangnya mahasiswa karena 3 sehat 4 sempurna, yaitu waniTA, harTA, tahTA, dan TA..ya Tugas Akhir #langsung suasana kelam diiringi lagu Crawling-nya Linkin Park
WaniTA, ya bagi mahasiswa seringkali konsentrasi hidupnya sebagai civitas akademia terganggu oleh pikiran tentang waniTA, begitu pula sebaliknya mahasiswa sebagai waniTA dibingungi tentang upaya membangun image sebagai perempuan yang baik. Waktu yang bisa dipakai untuk ngoding tersita oleh urusan waniTA, contoh nganterin pacar fotokopi handout, ini sering menyiksa mahasiswa laki-laki karena mahasiswa laki-laki default-nya menganggap materi kuliah yang dishare dosen dan bisa diunduh di (sebut saja) HIC berupa softcopy sudah cukup. Kemudian uang yang bisa dipergunakan untuk memperbaiki peradaban kosan (misal beli pulsa modem, beli setrika, pebaiki genteng bocor) akhirnya dihabiskan untuk beli pulsa demi menjaga kelangsungan hidupnya rasa cinta diantara mereka (dan sisa bulan kehidupan mereka bergantung pada belas kasihan warteg, menyedihkan emang). Membatasi durasi waktu untuk mengurusi waniTA jelas sangat kurang masuk akal. Apa iya waktu untuk pacar dibatasi, misalnya hanya Senin jam 10.30-12.30 serta Kamis jam 08.30-1030, lhaaa situ mau pacaran apa kuliah SPPK cuy??
harTA, untuk bertahan hidup di tanah rantau jelas perlu penanganan keuangan yang matang, dan para lelaki (termasuk saya) umumnya sangat payah dalam hal ini. Tak jarang tenaga yang bisa dipergunakan untuk memperlajari Soft Computing, Embedded System malah habis untuk memikirkan "ntar siang makan apa ya yang cukup 4ribu?". Maka ketika otak diputar (plis jangan bayangin otak beneran dibuka tengkoraknya trus diputer kayak mbenerin akuarium), akhirnya upaya berwirausaha pun muncul. Tapi ide cemerlang ini disertai buntut berupa merelakan waktu, tenaga, pikiran demi memeproleh harTA.
tahTA, berbagai posisi menggiurkan di dalam organisasi maupun kepanitiaan KBM menjadikan tahTA (yang sering diselimuti kedok "amanat") sebagai pikiran selama berkuliah. Ada yang berpikir bagaimana caranya mempergunakan tahTAnya untuk manfaat orang banyak, apa yang berpikir bagaimana caranya mempergunakan tahTAnya untuk kepentingan hegemoni golongannya. Ada pula yang pikirannya direcoki caranya menjaga image/reputasinya sebagai pemegang tampuk tahTA.
TA, dieja Te A, dipanjangkan Tugas Akhir, 4 SKS, menjadi pembeda Malam Minggu dengna Sabtu malam, bikin orang guling-guling gak jelas, lupa makan, lupa mandi, dan bahkan lupa progresnya itu sebenarnya sudah sampai mana. Ini berpotensi melalaikan kewajibkan kita pula sebagai anak yang baik dan berbakti pada orang tua. Karena tidak yakin lulus tepat waktu maka tidak berani sms/telpon orang tua. Gara-gara TA, lupa dengan kondisi sekitar
Tapi apakah waniTA, tahTA, harTA, dan TA jelek dan sebenarnya tidak dieprlukan mahasiswa? Kuliah jelas butuh harTA, minimal harTA orang tua untuk biaya operasional, tanpa TA gimana caranya lulus (bukan DO lho). TahTA? Kita perlu melatih diri bertanggung jawab dalam mengelola tahTA yang kita pegang di bangku kuliah karena nantinya dalam bermasyarakat dan dunia kerja pun kita bakal memegang tahTA, jadi jangna alergi tahTA. WaniTA... ada yang alergi waniTA? Dengan usia yang "masih" masa transisi dari anak-anak menuju dewasa (ciri-ciri udah berani demo di depan gedung DPR tapi masih aja nonton Digimon) maka rasa memikirkan lawan jenis tentu sudah diabaikan sama sekali. Di situlah kita perlu mengetahui bagaimana caranya manajemen kalbu agar tidak mikir yang macem-macem, apalagi ampe berbuat yang macem-macem.
Andai Ada Mesin Waktu
Mesin waktu, saya selama belajar Artificial Intelligence belum pernah membahas ini. Tapi yang akan soroti adalah perandaian tentang keberadaannya. Definisi mesin waktu di sini adalah suatu perangkat elektronik yang memungkinkan kita pindah (tidak hanya melihat) masa lalu dan masa depan.
Jika ada mesin waktu dan saya bisa pergi ke masa lalu maka hmmm... sebagai fans Sriwijaya FC tentu saya akan berupaya menggagalkan kemenangan Mitra Kukar 4-2 pada Sabtu lalu atas SFC. Atau sebagai simpatisan MU (Manchester United, bukan Majalengka United), saya juga berupaya menggagalkan upaya pemakzulan Man. City di menit terakhir. Dan sebagai (calon) mantan mahasiswa IT Telkom saya akan berupaya mengubah sejarah perkuliahan saya, diantara memperingatkan saya agar pada datang saat quiz APSI IF-3304 sehingga nilai akhir saya bisa A. Well, saya menganggap niat saya itu mulia, ya kan kalau APSI saya bisa dapat A maka IPK saya meningkat dan itu membahagiakan orang tua saya, tentu mulia kan? Namun akan muncul kekacauan yang luar biasa. MU juara EPL musim lalu, kayaknya ga jadi beli Van Persie, maka tidak akan ada jersey MU nomor 20 bernama VanPersie sehingga tidak akan ada transaksi jersey tersebut di seluruh dunia.
Itu baru saya lho.. misalnya ada fans Ari Lasso, dia bakal mencegah Ari jadi pecandu narkoba sehingga bisa bertahan di Dewa, maka mungkinkah akan kita mendengar nama Once? Ini masih dalam taraf yang relatif "waras". Lha kalau niatnya negatif, misalnya saya membocorkan soal Jarkom kepada saya sendiri saat UAS itu gimana? Secara tata tertib tidak melanggar karena saya (ive di masa lalu) tidak menerima bantuan dari orang lain, tapi dibantu diri sendiri (ive di masa depan) itu semua bakal bikin takdir Allah "berantakan", kenapa? Nilai jarkom saya bagus kemudian saya jatuh hati pada Jarkom, tiap pagi terngiang-ingang soal Jarkom yang romantis, maka masa depan mengalami perombakan. Hampir mirip di kasus sepak bola, ada pecinta Madrid yang benci dengna Barca, maka dia datang ke masa lalu dan lantas sukses membujuk Iniesta ke Real Madrid, maka hari ini hasil semua pertandingan La Liga yang melibatkan Barca dan Iniesta bakal "dirombak". Eh, muncul orang yang membalasnya dengan merekrut Ozil ke Persekat Kabupaten Tegal, eaaaaa makin kacaulah masa depan.
Itu baru contoh masa lalu
Kalau contoh masa depan? Ya situ bakal tahu kapan situ wafat, misalnya kecelakaan mobil, kemudian pergi ke masa depan, lalu membocorkan ban mobil sebelum berangkat dengan harapan tidak jadi meninggal. Wah kok tercium aroma tidak percaya pada Qodo dan Qodar y?
Well, itu yang saya hendak paparkan
Inti tulisan saya ini bukanlah saya kecewa lantaran SriwijayaFC dibantai Mitra Kukar ataupun depresi nilai APSI dan Jarkom saya tidak seperti keinginan.
Yang saya hendak sampaikan adalah kita jangan melupakan bahwa sebagai orang beriman, kita wajib mengimani Qodo dan Qodar. Masa lalu sepahit apapun (misal pernah telat kuliah) ataupun seabu-abunya masa depan (contohnya kalian kaum lajang yang galau urusan pernikahan) itu adalah bagian dari skenario-Nya yang memberikan kita tugas sederhana namun susah dan seumur hidup, yaitu ikhtiar dan tawakal.
Terus Belajar
Enak ya bang kalo udah lulus kuliah... kerja.. dapet gaji...nikah..
Zzzzz.... cak manolah kau ini, justru yang lebih enak dan gampang kau bilang begitu..
Dan memang pada kenyataannya, kalimat pertama itu karena "belum" merasakan dunia kerja.
Pengalaman kerja saya pun masih belum profesional beud... Memang pernah jadi tentor selama dua semester di Hikari Genius, ada pula pengalaman magang di PT Telkom Pekalongan, Dinas Elkalist PT Angkasa Pura Semarang, dan Disparbud Yogya, tapi kali ini risiko untuk menyelam (tak hanya kecean) di dunia kerja jelas lebih keras.
Di beberapa requirement pun banyak yang saat ini ilmu terlupakan, dan ada pula yang malah belum pernah ngoprek sama sekali.
Namun jangan kita diri ini sombong tanpa sadar, yaitu berhenti belajar hanya karena merasa sudah tidak lagi sekolah.
Ayo belajar PHP, HTML, Java, ERP, dan makhluk2 serumpun dengan mereka
Tribute to Them
Add caption |
Coba klik pada kumpulan variabel dan matriks yang dipergunakan.
Di situ ada nama-nama orang yang memberi saya spirit dalam mengerjakan tugas akhir. Hmm, atau malah bikin saya galau dalam ber-TA? haha...
Apakah "cuma" orang-orang itu? Tentu tidak. Kebetulan saya saja mengerjakannya, merekalah yang terbayang =_=
Btw, darimana muncul ide "waras ga sih?" ini...??
Entah, yang pasti saat saya mulai meng-code-kan konsep aplikasinya, tiba-tiba kepikiran begitu saja mengalir...wiwwww
RACI Role Players
- R(esponsible)—Who is getting the task done? This refers to the roles taking the main operational stake in fulfilling the activity listed and creating the intended outcome
- A(ccountable)—Who accounts for the success of the task? This assigns the overall accountability for getting the task done (Where does the buck stop?). Note that the role mentioned is the lowest appropriate level of accountability; there are, of course, higher levels that are accountable, too. To enable empowerment of the enterprise, accountability is broken down as far as possible. Accountability does not indicate that the role has no operational activities; it is very likely that the role gets involved in the task. As a principle, accountability cannot be shared.
- C(onsulted)—Who is providing input? These are key roles that provide input. Note that it is up to the accountable and responsible role(s) to obtain information from other units or external partners, too. However, inputs from the roles listed are to be considered and, if required, appropriate action has to be taken for escalation, including the information of the process owner and/or the steering committee.
- I(nformed)—Who is receiving information? These are roles who are informed of the achievements and/or deliverables of the task. The role in ‘accountable’, of course, should always receive appropriate information to oversee the task, as does the responsible roles for their area of interest.
Berlumur Keberuntungan dari-Nya
Kuliah 4,5 musim di IT Telkom.... penuh keberuntungan dari-Nya...
Yang bikin surat kebijaksanaan emang dari dekanat dan rektorat, tapi siapa yang bisa mengizinkan mereka membuat aturan kalau bukan Allah SWT.
- Pertama dari rezeki masuk prodi, I hate physics so much, dan di IF fisika amat sedikit porsinya. Dan saya masuk di kurikulum 2008 yang hanya ada Fisika Dasar, padahal di kurikulum 2004 maupun kurikulum 2012 fisika ada 2, yaitu Fisika I dan Fisika II, what the heaven guysss
- Ngulang kalkulus II harusnya ya di semester genap, tapi entah apa penyebabnya sewaktu registrasi semester 3 ko ada pilihan kelas kalkulus II, dan ternyata kelas itu memang ada, malahan berisi mahasiswa berbagai prodi, ya berasa seleksi olimpiade matematika gitu... :p
- Aturan pengambilan SKS sejak 2009/2010 tidak lagi mengacu semester sebelumnya, tapi tahun sebelumnya, alhasil kuota SKS semester 3 saya mengacu ke semester 1 yang beruntungnya memperbolehkan saya mengambil 24 SKS, ya cukuplah buat ngulang kalkulus II
- KP nyaris gagal gara-gara kuota 85 SKS belum kesampaian dan belum lulus tahun kedua. Padahal bulan Maret mahasiswa lainnya sudah pada nyebar undangan nikah, eh surat lamaran nikah, eh salah salah...maksudnya yang lainnya udah pada nyebar surat lamaran KP. Saya harus menunggu akhir Mei untuk memenuhi kuota 85 SKS dan lulus tahun kedua. Alhamdulillah dua syarat itu terpenuhi, namun bagaimana dengan lokasi KP. Tanpa link ataupun sejenisnya, saya mengajukan diri ke Bandani Semarang, harus menunggu 2 pekan lebih dan alhamdulillah diterima di injury time.
- Diizinkan ngulang MK yang dapet C untuk mendongkrak IPK, padahal sangat susah lho dapet izin beginian gara-gara banyak yang ngulang (padahal udah lulus) namun males-malesan dan nilai terbaru sama aja dengan nilai sebelumnya. Alhamdulillah saya jadi "veteran" yang tahu diri :D
- Ketika perubahan kurikulum 2008 menuju 2012, saya tidak mengalami kesusahan dalamm ekivalensi karena sudah lulus tahun kedua dan ketiga. Dan di kurikulum terbaru, Kapsel, Kewarganegaraan masih ada sehingga tidak kesusahan ekivalensi.
- Dapet dosen wali yang baik-baik-baik hatinya, yaitu bu Angelina yang care dengan mahasiswa walinya
- Dan terakhir, menjelang Januari 2013, kebijakan fakultas mengenai sidang menyelamatkan saya dari sikap mengemis SPP semester depan hanya untuk sidang di awal semester
Langit Legam
Langit legam
Tanpa bintang temaram
Duka dan suka sama saja dinginnya
Terbedakan hangatnya dalam kalbu
Langit legam
Awan pun enggan berloncatan
Tampak malu 'tuk menyapaku
Hingga bergulirnya mengerek pagi
Damai ... syahdu aku sendiri
Tiada ampun mengobati senyap ini
Semilir ... ketentraman saraf
Jadi pengikat asa di jembatan sana
Menghunuskan syair sajak kerinduan
Tentang dinamika romansa hikayatku
Move on dari Perpecahan Band
Move on
Itu tak hanya berlaku dalam kamus pergaulan romantika anak muda, khususnya di Indonesia. Tapi diakui pula dalam kosakata blantika musik Indonesia dengan sedikit konflik batin dalam menentukan masa depan #ceilahhh bahasanyaa hahahaa
Pertama ditinjau dari formasi sebuah kelompok musik.
Apa persamaan KLa Project, Dewa19, Ada Band, Kerispatih, Sheila on 7, Drive, Cokelat? Mereka pernah mengalami pembongkaran formasi dimana dalam momen tertentu terjadi pro-kontra baik di intern band maupun di kalangan fans. KLa pernah kehilangan Lilo dan Ari, Dewa19 dengan Ari Lasso, Erwin Prasetya, Once, Tyo Nugros, Ada Band dengan Baim, So7 dengan Anton dan Sakti, Drive dengan Anji, Cokelat dengan Kikan. Pada momen perubahan tersebut banyak hal yang tidak pernah bisa diprediksi dengan valid kepastian band tersebut ke depannya. Maka timbul beberapa kondisi (berikut saya sertakan kondisi dengan sudut pandang subjektif saya)
Bisa move on dengan lancar dimana tanpa/dengan pengganti, misalnya Dewa19 masih berkibar dengan Once menggantikan Ari Lasso serta Yuke menggantikan Erwin serta Ada Band dengan Donny menggantikan Baim, Larc en Ciel makin melambung dengan Yuki menggantikan Sakura.
Bisa lanjut tapi move on-nya tertatih, misalnya So7 pasca ditinggal Anton disusul Sakti justru mengalami keredupan, Cokelat pasca Kikan, dan KLa Project yang tanpa Lilo menyebabkan Katon dan Adi limpung, pembentukan formasi NuKLa sebagai suksesor KLa Project nyatanya bukan menjadi "project" yang awet, justru Lilo akhirnya kembali juga ke KLa.
Langsung kolaps, sebaiknya saya tidak menyebutkan merk
Ya, banyak faktor yang sukar dijelaskan dengan perhitungan matematis dalam bongkar-pasang formasi band. Yang paling menentukan bagi entertainer adalah respon publik, khususnya fans garis keras. Kasus "pulang"-nya Lilo ke KLa tidak bisa dibohongi sangat dipengaruhi oleh keinginan fans. Namun kasus Yuki di Larc en Ciel jelas menjadi contoh unik dimana kemunculannya didukung sejumlah faktor, yaitu mampu mengubah image Larcenciel dari band "centil" menjadi "macho" plus musik new-wave sentuhannya justru sedang nge-trend di awal 2000-an.
Ada pula faktor kekuatan "orang nomor satu", misalnya Sheila on 7 yang masih bisa jalan karena masih ada Duta dan Eross, Dewa19 masih digusung Dhani, Larcenciel (juga) masih dimotori oleh Tetsu. Hal ini yang tidak terjadi pada Cokelat yang ditinggal Kikan, Ada Band dengan Baim, Drive dengan Anji, alhasil diperlukan frontman yang mampu memancarkan "aura" spesial, dan beruntungnya Ada Band berhasil menggaet Donny dan Kerispatih dengan Fandy.
Di balik itu semua, move on bagi entertainer jelas tak hanya "wewenang" si entertainer tapi juga publik, khususnya fans. Hal ini terbukti dengan adanya kasus move on yang sukses dan ada yang tidak dimana "restu" dari publik berperan pula di situ.
Bila Hari itu TIba
Ini bukan perkara semudah menelaah paper maupun skripsi. Lebih sakral pula daripada sidang akademik. Tahta suci yang berkilau restu itu saat aku ketik ini belum ada seorang lain yang tahu apa yang ada di kepala saya sebenarnya.
Entah harus saya ketik dengan awalan begimana.
Bila kita memilih pekerjaan dan salah pilih, kita bisa resign, membayar penalti, dan pindah ke lain lapak.
Bila kita memilih program studi/jurusan dan salah pilih, kita bisa sabodo teuing ikuti kuliah hingga lulus tapi tak tahu apa-apa dan bekerja tanpa memakai background kuliah kita, namun bisa pula di tengah kuliah kita henkang ke prodi/jurusan lain.
Kita salah beli laptop, ya udah tinggal posting di kaskus.co.id, kemudian uangnya untuk beli sesuai keinginan kita seharusnya
Namun tidak dengan menikah, hmmm...terketik juga kosakata ini
Kadang malu juga dengan diri ini yang sindiran orang yang berujar "sebenarnya ketika muncul pikiran untuk menikah, itu dorongan nafsu ataukah bener buat ibadah?" serta tukas seseorang "emang udah siap berbagi kasih sayang ke selain orang tua? emang kasih sayangmu ke orang tua seberapa ampe udah cukup buat dibagi-bagi?"
jlebb...sunyi...
Namun bukan berarti serapuh kangkung hidup manusia itu. Kita bukan bonsay yang tidak pernah bisa berkembang lebih baik lagi.
Bila hari itu tiba, berarti Allah memberi mandat yang harus kita jaga, rawat, dan pertanggungjawabkan, dan ini lebih berisiko ketimbang menjadi panitia organisasi kampus, mahasswa bimbingan, apalagi penulis paper dan blog.
Ternyata benar apa yang menjadi opsi saya untuk menjaga kerahasiaan nama merupakan pilihan terbaik untuk menjaga kebersihan nama yang bersangkutan. Kondisi saat ini sangat belum patut dan belum layak untuk berani berujak ke publik karena menampakkan hidung ke orang tuanya pun belum.
Dosen penguji mungkin bisa membiarkan kesalahan pengujian dalam sidang TA, tapi tidak dengan orang tua seorang perempuan yang pantang mengikhlaskan putrinya dipersunting seseorang yang "salah".
Bila hari itu tiba, saat untuk memutuskan, mengambil pilihan yang bijaksana, dan ikhlas menerima petunjuk-Nya, maka tundukkanlah batin ini pada keagungan-Nya tanpa topeng yang menyembunyikan kedengkian atas nasib maupun mencela takdir-Nya.
Bila hari itu tiba maka ...
Sanksi Oke..Apresiasi??
Menjelang pekan mencekam yang bakal datang (baca:UAS), rasanya puyenk juga dengan tugas yang menyita waktu bermain saya. Namun tak ada salahnya menghabiskan malam minggu ini untuk mengetikkan ide, ya itung-itung nunggu nasigoreng yang masih panas :D
Kali ini bukan tentang COBIT, buat yang kangen dengan ocehan saya tentang COBIT, dateng aja ke F111 17 Januari 2013 08.30, ada talkshow dari seorang amatiran yang bakal berkomat-kamit tentang COBIT.
Organisasi, suntuk gak sih ada di dalamnya? Pasti ... Organisasi itu gak kayak permen yang cuma manis dan murah, tapi ada asem, asin, pedes, udah gitu tak jarang bayar (at least bayar kas..hahaa). Dan ibarat luka diberi garam, di organisasi pun pasti ada sanksi bila terjadi segala sesuatu marabahaya yang tidak sesuai jalurnya. Misalnya sering dateng telatlah, timeline ga ditepatinlah, sering bolos rapatlah, banyak bercanda tanpa ada hasillah, dan sejenisnya.
Dan akhirnya berbagai sanksi pun berserakan ibarat air becek gara-gara hujan. Ada sanksi finansial alias denda. Ada juga sanksi psikologis, misalnya push up, sit up (ini nih yang paling ga kuat kalo saya), lay up, ya masih untung kagak dirajam bro. Ada pula sanksi psikologis, misalnya disuruh meminta maaf di depan umum, biak lisan maupun tulisan. Contoh konkret ditemui pada saat awal saya kelas XII, waktu itu para siswa telatan (bukan teladan) mencapai 120 eksemplar, eh manusia. Kemudian para jamaah al-telatiyah ini pun disuruh mengadakan upacara sendiri "ditonton" mereka yang barusan beres upacara. Ada pula di sebuah kepanitiaan menerapkan sanksi terlambat tiap 5 menit pushup/situp 15 kali, khusus koor 2x, ketua 4x. Ada pula dalam tugas kuliah Inovasi dan Kewirausahaan, bila tidak datang rapat persiapan BusinessFair denda per pertemuan, alhasil lebih dari separuh modal kelompok berasal dari denda ini.
Jitu???
May be, yang pasti tiga kemungkinan. Satu, kapok dan tidak akan mengulangi. Dua, tidak kapok dan terus diulangi. Tiga, yang bersangkutan tidak akan pernah muncul di agenda organisasi berikutnya.
Kemungkinan pertama ya no problemo. Yang kedua emang perlu di-kamehame spesies yang beginian. Nah, yang ketiga nih...perlu penanganan khusus bro :D
Namun jangan sampai si pucuk pimpinan ataupun pembuat kebijakan lupa memberikan apresiasi bagi yang telah menaati peraturan dan bahkan apresiasilah yang "sudi" dan "ikhlas" berbuat kebaikan lebih dalam kontribusinya.
Capek gak sih sebagai "anggota biasa" hanya ditagih komitmen? Suntuk ga sih dengan segala tuntutan anu itu yang kalo kita salah sedikit saja langsung dilakukan genoside (pembantaian massal) beruap dipermalukan di depan khalayak. Well, alhasil anggota biasa tersebut hanya bisa menaruh dendam, menumpuk amarah, dan menunggu hingga saat dia berkuasa. Saat dia berkuasa, dia mengulangi "dosa" pendahulunya sebagai pemimpin yang arogan. Begitulah seterusnya hingga hingga hingga tiba saatnya akupun melihat cintaku berkhianat cintaku berkhianat aku terjatuh #skipppp salah download. Begitulah seterusnya hingga tertanam dogma bahwa yang berkuasa itulah yang paling menentukan sanksi,. Ketika mendapat kepercayaan dalam kehidupan di masyarakat, at least ayah/ibu ya hanya bisa marah, marah, dan njewer.
Sebagai solusi yang simpel yang jitu, berikanlah apresiasi yang LAYAK dan SEMAMPU KAU BISA terhadap orang yang kau pimpin.
Ketika sebuah agenda organisasi dimulai dengan, panjatkan doa agar segala personel di organisasi bisa semakin disiplin (jangan-jangan selama ini tidak pernah slaing mendoakan rekan organisasi agar disiplin ya? hadeuhhh... kawan macam apa nih? hehee). Setelah doa, jangan langsung to the point menagih kerjaan mereka. Sapalah mereka dengan halus dan kasih sayang serta jangan lupa ucapkan terima kasih atas kesediaan mereka hadir dalam agenda tersebut, berterimakasihlah atas kedisiplinan mereka (tapi jangan ampe nyindir berlebihan ama yang telat). Buat mereka memulai agenda dengan nyaman, rileks, dan pastinya merasa dihargai dan berarti.
Jangan mau dicekoki "yang lebih tua lebih bener". Yakin? Coba aja cek prosentase presensi tiap angkatan. Bisa jadi yang muda presensinya lebih rajin daripada yang tua, entah karena semakin tua semakin membangkang ataukah kek mana tak tahu ambo. Jadilah pemimpin maupun senior yang mampu menerapkan "kasih sayang sesama manusia". Eh busetlah, loe ama pacar (yang belom tentu jadi istri loe) alus pisan kalo ngomong, giliran ama temen organisasi (yang capek bareng, sering minjemin loe duit, jarang nagih lagi) malah seenak dengkul (kayak dengkul loe enak aja).
And, terapkan "reward".
Misalnya nih tiap dua pekan ataupun tiap bulan ataupun terserah segimana waktunya lakukan pemilihan orang-orang yang berprestasi lebih. Contoh pengurus putra terbaik periode November, bendahara tim terbaik periode Januari, anggota ter-ontime, anggota ter-lucu, anggota ter- apapun pun sesuai kebutuhan. Hal ini meskipun sederhana (dan kadang hadiahnya tidak berupa fresh money) justru memberikan kesan mendalam bagi anggota. Wah ternyata ke-ontime-an saya dihargai. Wah ternyata kelucuan saya itu mendapat tempat di hati masing-masing.
Teknis pemilihan bisa dilakukan secara prerogatif pimpinan, tim khusus bentukan pimpinan, maupun voting oleh anggota, ya sesuai kebutuhan. Khusus yang voting oleh seluruh anggota, akan timbul semangat untuk menyadari seberapa diri sendiri ini mengenal kawan sekitarnya.
Well, udah larut malam. Saatnya nonton Kamen Rider lagi. See you after my talkshow.
SNATi 2013
Wah...tak terasa sudah ada publikasi tentang SNATi 2013 yang diadakan di FTI Universitas Islam Indonesia. Kebetulan tahun lalu saya mendapat rezeki untuk ikut serta dengan "mempromosikan" TOGAF pada Disparbud sebagai materi makalah. Itu pertama kalinya saya lolos sebagai pemakalah di hajatan informatika setelah di 2011 "salah jurusan" di acaranya FISIP UI.
Berikut merupakan poster publikasinya :
Nah bagi yang ingin skripsi ataupun tesisnya dipublikasikan secara nasional (tentunya masih dimungkinkan kritik dari reviewer sebelum benar-benar lolos) tak salah bila meluangkan diri untuk ikut.
Cripsy Skripsi
Skripsi bukan cinta satu malam yang "indah"
Skripsi bukan anugerah yang jatuh "tepluk" dari langit selagi kita pulas tertidur
Skripsi juga bukan "gaji" yang kita peroleh dengan berbakti pada ormawa
Skripsi adalah bukti dari firman-Nya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11
Ayo kawan segerakan kabar gembira keberhasilan akademik kita pada orang tua :
Electronic Health Record (EHR)
Sejumlah Target Kampus dari 2011
Menepis Ragu yang Tersibak
Menepis Ragu yang Tersibak
Angkat kembali senyumku
Dimana kabut belum menipis
Dalam sukma aku berpapasan pekat
Seumpama bisa lari takkan arahku ke belakang
Dongeng dan mitos tentang tembok itu
Samar enggan diakui zaman
Berlagak kebal tapi aku menyurut ke situ
Kemelut itu laga untukku
Hingga aku karam berlumur cela
Ataukah unggul menawan
Sejatinya pilihanku ada pada kepalan nyali
Jatuh pun biasa bagiku
Terjun bebas pasca tersingkirkan tak apalah
Tapi hanya di sini aku mungkin terinjak
Daun Meranggas
kemarau ini seperti jadi momentum tepat
firasatku nyali ini seg'ra temui sekat sempurna
oh... adakah hutan itu kerontang selama aku tapaki
oh... bisakah jelujurku ronai rimba ini
wangi itu terbuai kupu-kupu saingi kumbang
dawai terpetik seiring asa berguguran mengucur
hmm... di titik ini jenuh memuncaki ubunku
syalala... gugamku di balik pelangi semu itu
bahkan taburan angin pun tawar terasa
terik memancar matangkan luka bekas tersayat
dimana sayap itu keropos sisakan lintasan rapuh
jemari isyaratkan keringnya pembuluh melepuh
tergerogoti imaji semu dimana bodohku mengaraknya
lembayung dan rumput teki kawan karibku saat terkapar
bawalah senar layangan ini ke tempat tombak mimpi terhempas
sibakan angin syahdukan meranggas daunku pohon citaku
senja isyaratkan sejenak menanggalkan penat
namun darahku tercemari tuba sekujur hari tak terhenti
layaknya anggrek sakit itu menjalar terhampar hanya saja buruk rupanya
dengan parang apapun aku sobek nadi itu semakin aku terkuasai
seberkas lilin letupkan iba
tapi gerimis mengguyur pesanku jantung hendaknya kian kuat
ngilu yang menggerayangi nalarku
sematkan ukiran rona melenting kesadaran tersisa
terbalutkan kepayahan infeksi menganga aku tergopoh
tanpa tongkat lengkapi kerabunan mata dan berkunang-kungannya hati
jebakan tampaknya bukan lagi anggota kamusku
aku menyeret separuh kendali nuraniku
tibalah sebening bentuk kemerlip kekayaan hati
tabuhkan genderang melenakan daya
beraksilah pemulih kalbu
bilamana engkau sebagai kepingan terakhir misteri hidup itu
Terjerembab Mimpi
Dari tepian nelangsa terhampar
Bila aku selami di palung nurani
Pelabuhan solusi belum terpancar dari teropongku
Hatiku jengah tapi aku abaikan
Otakku mendidih tapi aku biarkan
Sekuat niat aku ibaratkan pohon kelapa
tak mudah terseret tiupan isu dan emosi sekitar
bahkan tatkala permata itu tak lagi kirimkan nasehat
ataupun lelah bergelimangan keringat
kayuh terus hingga lelah tak bisa mengusik
entah mengapa luka terkoyak itu mengambang
sinaran kelam antara wajah-wajah suram
bergugam mantra memaki
harapku terbaus segala senyuman riang hari baru
adakah itu tak hanya khayalan?
prediksi takkan tergaransi keterwujudannya
ranumnya buah keputusan terbungkus nyali
Aku di Lorong Jalanan
Jeruji kawat menahanku
Denyut nadiku sahut meredup
Kemarau yang kerontang
Hujan bersemayam badai
Busur yang kupanggul
Terarah pada kabut
Pantang kupulang
Ataupun lenyap seketika
Anganku terperangkap cacian
Ilusi bermuram durja
Senyumku terbasuh lumpur
Biar keringatku menyapunya
Bertuba pembuluh visiku
Berkabung naluriku untuk tegap
Terkadang merangkak demi bertahan
Tersisa aku di lorong jalanan
T'lah kutaburkan benih suka cita
Hingga tiada tersisa di kantung hatiku
Celoteh Kaderisasi
Lagu Himno del Heroico Instituto Vidal berdencang di telinga saya. lagu apa itu? Ya bisa diibaratkan Mars SMA 1 Slawi ataupun Mars IT Telkom, dibawakannya dengan Con Bravura, pokoknya berwibawa banget selama 38 detik, namun tiba-tiba permainan gitar dan keyboard "mengacaukan" telinga. Vokal masih tegap berwibawa tapi irama instrumen tadi sudah terlanjur meracuni lagu ini. Sungguh kombinasi yang (hingga detik ini) takkan terpikirkan dalam lembaga pendidikan formal manapun di Indonesia.
I always think about develop creativity, sometimes my innovative idea come after event happened #hahaaa...kadang modem kreativitas ini perlu diisi ulang dengan mendekatkan diri pada Yang Maha Memberi (kreativitas)
Kali ini celoteh saya tentang kaderisasi. Sesuatu yang dianggap sakral, yang diagungkan, yang disucikan, yang dianggap keramat, bahh.. pusaka macam apa sih kaderisasi? Ampe-ampe dibikin PUK (Pola Umum Kaderisasi). Kaderisasi memang kerap membuat kita keder dalam mengkader.
Apa itu kaderisasi? mari kita analogikan dalam sebuah tugas pemprograman ataupun Desain Analisis Algoritma. Kaderisasi ibarat algoritma yang merancang input agar menjadi output. Namun apakah perumapamaan ini sangat tidak relevansi? Terserah kisanak :D
Namun akan jadi suatu kebodohan bila algoritma (baca : kaderisasi) menjadi sesuatu yang "haram" untuk diutak-atik (bahkan ketika sudah ada mekanisme pengubahannya pun masih ada segerombolan kolot yang menutup mata terhadap perubahan sekitarnya). Jangan tutup mata bung, kaderisasi di KBM ini tujuan untuk apa? Mempertahakan hegemoni ataukah sekedar puisi romantis yang mengidam-idamkan mahasiswa yang "perfecto"?
Kembalilah kita pada hakikat kita sebagai input dan output. Kita adalah mahasiswa (at least saat gue nulis postingan ini, gue masih diakui sebagai mahasiswa ITT walau KTM ilang :p). InsyaALLah kita akan (segera) bermuara menjadi alumni. Nah, seperti apakah lulusan IT Telkom yang dibutuhkan dunia kerja dan masyarakat Indonesia? Lakukan analisis terhadap kebutuhan dunia luar atas alumni kita. Misalnya, alumni ITT dikenal tukan bolos, berarti kaderisasi perlu ditingkatkan di sektor kedisiplinan.
Jangan lupa analisis pula kondisi input saat ini. Mempergunakan rujukan mahasiswa sekian tahun lalu sebagai panduan karakter si inputnya baru jelas memperlihatkan ketidakcerdasan dalam berpikir. Janganlah sampai saking terburu-buru kejar deadline maka lupalah mengadakan analisis input. Mungkin bila event-nya PDKT sih tinggal nunggu si mahasiswa baru dateng, lha kalo yang kayak LKOD, LKOL? Bisa-bisa pesertanya yang punya "kepentingan karier". Bermanfaat sih bermanfaat nama sayang banget ya panitia susah-susah namun yang diincar sertifikatnya, bukan konten acaranya.
Dan tak lupa percantiklah proses di dalamnya. Waterfall saja sekarang sudah "diamandemen" menjadi Neo Waterfall, itu yang udah jadi rujukan metode pengembangan website tingkat internasional lho.. Bila hanya menjadi warisan tanpa dipikir esensinya maka percayalah ketika berpotensi pula mewariskan budaya korupsi di negeri ini. Eh, pemasarannya gimana atuh kang? Lha kiye keh sing susah temen. Coba data siapa saja calon "pembeli" tiket masuk event kaderisasi, bagaimana karakternya, apa latar belakang organisasi (UKM dan labnya), cari tahu yang dibutuhkan organisasi mereka (jangan cuma kebutuhan 1 2 ormawa), cari tahun apa yang sedang menjadi trend saat ini.
Di kampus ini masih ada "dogma jahanam" berupa kaderisasi milik segelintir oknum dan kemudian para penganut aliran kebatinan itu "mengembargo" event kaderisasi di kampus, tak hanya mengembargo, tapi juga rajin membuat fatwa yang mencela kaderisasi di kampus ini. Kalau dipikir-pikir "embargo" dan "fatwa" buata mereka kepada mahasiswa lain tersebut ya sebenarnya proses kaderisasi juga lho, hanya saja bersifat kontra-petahana. Yapz, fenomena ini merupakan contoh meniru politik kotor, padahal seperti kata mas BP di blognya, "kita tidak perlu membunuh untuk menunjukkan bahwa membunuh itu salah". Lantas harusnya bagaimana?
Bagian penutup ini sengaja saya "anehkan" dimana tidak ada kesimpulan maupun kalimat mutiara, tujuan agar celoteh yang (harapannya) memasuki titik klimaks tidak begitu saja seenaknya saya akhiri dengan kalimat manis, namun "nuansa gerah" itu masih hangat di otak pembaca sehingga muncul ide-ide yang semoga menjadi kenyataan. Semngatlah untuk membangun peradaban bermutu di kampus berkualitas ini.
Dining Philosopher
Judul di atas bukan tentang konsep dining philosopher yang materi Operating System semester 5, bukan, ini tentang sajian "makan malam" yang penuh dengan filosofi 1,5 hari yang lalu, kenapa 1,5? Karena diadakan malam hari diantara pergantian tahun. Ya ya yapzz.. Ketika hirup pikuk petasan dipersiapkan di pusat Kota Bandung Karate Telkom memutuskan meninggalkan nikmat duniawi menuju sengsara duniawi ke Oray Tapa, sebuah buper di Utara Kota Bandung. "Sengsara"? Hahahaa, gimana gak sengsara, cara menelusuri sawah sudah nyaris mirip gerilyawan Macan Tamil Sri Lanka dan ketika sampai di TKP hampir mirip pengungsi dari Rohingya. Well, satu kita culik satu per satu hikmah di balik "sengsara" yang menjadi santapan makan malam kami dimana hidangan penutupnya berupa berbagai merk mi rebus/goreng dan tidur beratapkan saung dan langit.
Sengsara itu ibarat persimpangan mengenai cara kita menyikapi rintangan, pilih jalur mengeluh, jalur tetap diam datar tanpa ekspresi, ataukah jalur berdoa. Namun, apakah dengan keluhan kita mendadak akan turun nasi goreng dari langit? Apakah cara lain akan memberi efek bagi kita? Ibarat UTS multiple choise, ada banyak pilihan dengan berbagai efek yang bisa kita nikmati
Tiket menuju TKp adalah membawa tenda, terpal, rangka, dan berbagai alat masak dan bekal. Ya seperti itulah latihan Karate. Kita merasa capek luar binasa tertatih membawa barang-barang tersebut, namun itulah yang akan menjadi modal kita "survive" di TKP. Dalam latihan Karate, kita seringkali merasa capek, jenuh, bosan, letih, lesu, lemas, lunglai, lebay terhadap porsi latihan yang kadang kita sendiri lupa "apa manfaatnya", namun itulah modal yang menjadi "senjata" kita survive dalam pertandingan/turnamen/maupun tujuan lainnya
Sementara dua itu dulu saja yang hendak saya tulis di blog tersayang ini. Nanti kalau sudah dapat dokumentasi event kemarin, segera saya tambahkan.