kemarau ini seperti jadi momentum tepat
firasatku nyali ini seg'ra temui sekat sempurna
oh... adakah hutan itu kerontang selama aku tapaki
oh... bisakah jelujurku ronai rimba ini
wangi itu terbuai kupu-kupu saingi kumbang
dawai terpetik seiring asa berguguran mengucur
hmm... di titik ini jenuh memuncaki ubunku
syalala... gugamku di balik pelangi semu itu
bahkan taburan angin pun tawar terasa
terik memancar matangkan luka bekas tersayat
dimana sayap itu keropos sisakan lintasan rapuh
jemari isyaratkan keringnya pembuluh melepuh
tergerogoti imaji semu dimana bodohku mengaraknya
lembayung dan rumput teki kawan karibku saat terkapar
bawalah senar layangan ini ke tempat tombak mimpi terhempas
sibakan angin syahdukan meranggas daunku pohon citaku
senja isyaratkan sejenak menanggalkan penat
namun darahku tercemari tuba sekujur hari tak terhenti
layaknya anggrek sakit itu menjalar terhampar hanya saja buruk rupanya
dengan parang apapun aku sobek nadi itu semakin aku terkuasai
seberkas lilin letupkan iba
tapi gerimis mengguyur pesanku jantung hendaknya kian kuat
ngilu yang menggerayangi nalarku
sematkan ukiran rona melenting kesadaran tersisa
terbalutkan kepayahan infeksi menganga aku tergopoh
tanpa tongkat lengkapi kerabunan mata dan berkunang-kungannya hati
jebakan tampaknya bukan lagi anggota kamusku
aku menyeret separuh kendali nuraniku
tibalah sebening bentuk kemerlip kekayaan hati
tabuhkan genderang melenakan daya
beraksilah pemulih kalbu
bilamana engkau sebagai kepingan terakhir misteri hidup itu
Daun Meranggas
Jumat, Januari 04, 2013 by
ve
Posted in
Puisi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Daun Meranggas"
Posting Komentar