Ini bukan perkara semudah menelaah paper maupun skripsi. Lebih sakral pula daripada sidang akademik. Tahta suci yang berkilau restu itu saat aku ketik ini belum ada seorang lain yang tahu apa yang ada di kepala saya sebenarnya.
Entah harus saya ketik dengan awalan begimana.
Bila kita memilih pekerjaan dan salah pilih, kita bisa resign, membayar penalti, dan pindah ke lain lapak.
Bila kita memilih program studi/jurusan dan salah pilih, kita bisa sabodo teuing ikuti kuliah hingga lulus tapi tak tahu apa-apa dan bekerja tanpa memakai background kuliah kita, namun bisa pula di tengah kuliah kita henkang ke prodi/jurusan lain.
Kita salah beli laptop, ya udah tinggal posting di kaskus.co.id, kemudian uangnya untuk beli sesuai keinginan kita seharusnya
Namun tidak dengan menikah, hmmm...terketik juga kosakata ini
Kadang malu juga dengan diri ini yang sindiran orang yang berujar "sebenarnya ketika muncul pikiran untuk menikah, itu dorongan nafsu ataukah bener buat ibadah?" serta tukas seseorang "emang udah siap berbagi kasih sayang ke selain orang tua? emang kasih sayangmu ke orang tua seberapa ampe udah cukup buat dibagi-bagi?"
jlebb...sunyi...
Namun bukan berarti serapuh kangkung hidup manusia itu. Kita bukan bonsay yang tidak pernah bisa berkembang lebih baik lagi.
Bila hari itu tiba, berarti Allah memberi mandat yang harus kita jaga, rawat, dan pertanggungjawabkan, dan ini lebih berisiko ketimbang menjadi panitia organisasi kampus, mahasswa bimbingan, apalagi penulis paper dan blog.
Ternyata benar apa yang menjadi opsi saya untuk menjaga kerahasiaan nama merupakan pilihan terbaik untuk menjaga kebersihan nama yang bersangkutan. Kondisi saat ini sangat belum patut dan belum layak untuk berani berujak ke publik karena menampakkan hidung ke orang tuanya pun belum.
Dosen penguji mungkin bisa membiarkan kesalahan pengujian dalam sidang TA, tapi tidak dengan orang tua seorang perempuan yang pantang mengikhlaskan putrinya dipersunting seseorang yang "salah".
Bila hari itu tiba, saat untuk memutuskan, mengambil pilihan yang bijaksana, dan ikhlas menerima petunjuk-Nya, maka tundukkanlah batin ini pada keagungan-Nya tanpa topeng yang menyembunyikan kedengkian atas nasib maupun mencela takdir-Nya.
Bila hari itu tiba maka ...
Bila Hari itu TIba
Minggu, Januari 13, 2013 by
ve
Posted in
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Bila Hari itu TIba"
Posting Komentar