Nemu web punyanya IPB, rasanya jadi inget lama. Ya, Ide Lama Bersemi Lagi, cie ciee...hehee
Fenomena Kewibawaan Riset
Not Documented nor sustain?
Sebenarnya riset masing-masing mahasiswa, baik dalam rangka tproyek akhir, ugas akhir, skripsi, tesis, karya akhir, disertasi, riset dalam rangka lomba, ataupun riset mandiri laboratorium, itu semuanya ada. Keberadaan riset bukanlah mitos. Hanya saja memang, catatan mengenai proses pelaksanaannya masih agak kurang jelas. Mengapa demikian? Ya, Komunikasi mengenai riset apa saja yang sudah selesai, yang sedang berjalan (plus analisis perkembangannya), serta rencana riset ke depannya bagaimana tidak dicatat dengan baik. Maka jika ditarik garis penghubung antara riset yang ada jelas akan sulit. Mengapa? Keberanjutan sebuah riset tidak begitu jelas. Sepintas menunjukkan bahwa riset yang berlangsung dengan beragam. Namun di sisi lain bahwa riset yang berlangsung kurang memperoleh tindak lanjut. Lantaran risetnya berfokus pada pemenuhan SKS serta kompetisi, maka ketika hal tersebut terpenuhi maka keberlanjutan riset juga kurang bisa diestafetkan.
Activation is about offline, not online
Ini yang menjadi fokus pikiran saya ketika menatap website di atas. Seringkali website sebuah program studi/jurusan, departemen/fakultas, peguruan tinggi, atau juga himpunan mahasiswa alfa untuk menayangkan hasil riset mahasiswanya. Kenapa demikian?
- Khawatir ditiru
- Kurang pede karena merasa belum layak diinvestasikan (tapi ntar nyalahin kampus dan pemerintah yang nggak peduli)
- Belum ada budaya yang mendorong hal tersebut
Yuk Galakkan Semangat "Memamerkan" Hasil Riset
Harus ada keberanian untuk mendokumentasikan perkembangan riset di sebuah perguruan tinggi. Jelas hal yang sangat sulit, kenapa? Coba tengok kalimat terakhir paragraf sebelumnya. Ya, belum ada budaya yang mendorong hal tersebut. Maka, perlu disusun strategi untuk menggalakkan semangat memamerkan hasil riset di website program studi/jurusan, departemen/fakultas, peguruan tinggi, atau juga himpunan mahasiswa. Pertama dengan mendata simpul massa. Jelas bukan hal yang mudah. Ada lab dengan standar pengelolaan yang berbeda-beda, ada pula riset yang diadakan oleh dosen-dosen, dan tak lupa riset independen yang diadakan oleh mahasiswa. Setelah mendata simpul massa, dilanjutkan dengan pendataan topik apa yang sudah dan sedang dikembangkan. Dan terakhir diselenggarakanlah sistem pameran berupa portofolio produk dan aktivitas riset yang berlangsung.
Kejelasan HaKI
Takut ditiru? Wajar, karena memang iklim menyontek masih subur di Indonesia. Lha terus bagaimana? Harus ada aktivasi online berupa promosi produk dan ide apa yang dihasilkan. Tentunya promosi itu harus masif, jangan setengah-setengah ataupun sekedar formalitas. Kenapa? Tujuannya adalah menjadikan orang di luar kampus tahu bahwa di kampus ini adalah produk/ide tersebut. Ketika ada yang menyontek jelas akan lebih sulit. Memang, konsep ini sendiri masih sulit diwujudkan dalam waktu dekat. Namun, tidak ada salahnya menyumbang ide hehee.
Gaet Investor
Ini yang agaknya paling susah. Karena "jualan" masih dianggap tabu lingkungan kampus. Apalagi jika yang akan dijual adalah produk kolektif, termasuk riset, kerap dianggap subhat dan akhirnya dibiarkan tanpa dikembang. Padahal ke-subhat-an bisa diatasi (harusnya) dengan regulasi yang jelas serta pengawasan yang transparan. Bukankan semangat technopreneur adalah hal yang bagus? Jangan sampai potensi technopreneur justru berkembang tanpa memberi manfaat terhadap riset kampus
No Response to "Nglirik Pameran Online Sebuah Kampus"
Posting Komentar