Mengangkat sebuah cerita yang 'terinspirasi' dari tokoh yang spesial di hati Bangsa Indonesia bukan hal yang mudah. Dibandingkan presiden-presiden RI lainnya, sosok Bapak B.J. Habibie relatif lebih dihormati lantaran tiga hal, pertama kecerdasan dan perannya sebagai perintis industri dirgantara Indonesia, penghubung akhir Orde Baru dengan Era Reformasi, serta tidak berafiliasi dengan partai politik. Praktis kontroversi yang menjadi kritik tajamnya hanyalah tentang keberanian menggelar adu suara terbuka masyarakat Timor Timur yang berujung pada lepasnya provinsi ke-27 Indonesia saat itu. Di film ini kita akan menelusuri penggambaran karakter beliau yang membuat kita bakal memaklumi keberaniannya yang sangat tegas dan sangat tidak berdiplomasi layaknya politisi pada umumnya. Kepemimpinan yang menjadikannya sosok unik untuk diteladani dalam menggebrak rantai dominasi. Setidaknya ada 5 nilai kepemimpinan yang tercium kuat sebagai aroma utama film ini.
Pertama tentang visioner
Cara beliau membuka mata kawan-kawannya tentang rencana jangka panjang sangat memukau. Terlalu nyeleneh untuk ukuran mahasiswa teknik. Dan status sebagai mahasiswa non-beasiswa tidak membuatnya lalai untuk berbuat sesuatu bagi Indonesia, sesuatu yang sebenarnya pun belum dibutuhkan Indonesia saat itu. Terlebih keberaniannya adu argumen tentang kelayakan idenya yang dilakukan dengan cara menyodorkan proyeksi bagaimana masa depan Indonesia. Argumen yang tidak didebat karena para pengeroyok idenya hanya bermodalkan jabatan tanpa punya kemampuan menatap jauh layaknya Rudy.
Kedua tentang ambil risiko
Sulit membayangkan kenekatan macam apa yang membuat Rudy dengan berani menyatakan akan tetap menjalankan ide-idenya di PPI walau tidak dibiayai pemerintah Indonesia. Di sini sebuah sentilan tentang keberanian mengambil risiko diumbar secara jelas. Habibie memang mengambil risiko tanpa berkonsultasi dengan rekan-rekannya, tapi dengan situasi panas macam itu, apa yang dilakukan jelas merupakan gebrakan yang mendongkrak wibawa sebagai seorang pemimpin. Karakter pengambil risiko ini juga patut dilihat sebagai sindiran bagi sikap-sikap organisasi kepemudaan di Indonesia yang terlalu manja dalam menyodorkan proposal untuk mengais APBN/APBD dan merengek sendu tatkala tidak mendapat bantuan dana dari pemerintah.
Ketiga tentang cinta tanah air
Yang ini tampaknya terlalu formal. Namun begitu lah kenyataannya dan sikap demikian yang menjadi Rudy punya visi dan alasan atas segala ide-ide yang ditelurkannya. Dan pada akhirnya ide-ide beliau menetas pecaaaah kece.
Okay, sekarang kembali ke benang merah kaitan keberanian Rudy film ini dengan keberanian Bapak B.J. Habibie di kemudian hari alias era 1999-an. Jelas ada kesamaan yang mencolok dimana Rudy dan Bapak Habibie merupakan karakter yang tidak takut dengan gertakan pihak yang mengintimidasinya. Beliau sebisa mungkin mengutarakan argumennya, namun beliau lebih gemar membuktikannya di 'lapangan'. Memang, keberanian Bapak Habibie berbuah disintegrasi salah satu provinsi. Namun dari situ justru tonggak demokrasi Indonesia mulai menemukan nafasnya.
Kritik tentu ada karena film ini buatan manusia. Semua adegan yang dilangsung di gereja dimana hal-hal yang bersifat spiritual disinggung saya rasa terlalu 'berat' untuk dicerna sehingga bisa menimbulkan salah persepsi. Kebetulan memang sutradara film ini kerap tersandung kasus multipersepsi film garapannya, terutama dari sisi agama. Saya berharap skenario yang sifatnya sensitif seperti ini bisa dikonsutasikan dengan pihak yang berkompeten karena film ini segmennya luas. Selain itu saya menyayangkan adegan 'balon' yang sangat tidak layak menjadi lelucon, apalagi melibatkan anak kecil. Apakah ini titipan atas sebuah kepentingan, saya tidak tahu dan tidak menangkap esensi dari agedan ini.
Oh ya, sebagai 'jebolan' MTI UI, saya merasa beberapa kosakata di film ini familiar dengan mata kuliah Metodologi Penelitian dan Penulisan Ilmiah serta Karya Akhir. Beberapa kali Rudy, dan juga Ilona, menyebutkan istilah 'fakta', 'masalah', dan 'solusi'. Ketiga terminologi tersebut sangat akrab dalam menyusun sebuah penelitian hehee. Kemiripan yang membuat saya menikmati nostalgia hehee..
Keseluruhan, film ini sangat direkomendasikan bagi rekan-rekan yang haus nutrisi berupa pelajaran kepemimpinan yang dikemas dengan ringan. Semoga film-film penuh inspirasi seperti ini bisa terus bermunculan di blantika film Indonesia. Semoga
No Response to "Petuah Kepemimpinan ala Rudy Habibie"
Posting Komentar