Beberapa pekan lalu Persib Bandung berkali-kali digelontori komentar pesimis, mungkin lebih tepatnya perintah untuk bangun dari mimpi. Berbagai celotehan di media sosial memang banyak yang cenderung menertawakan keinginan klub ini menggaet bintang luar negeri. Wajar jika isu ini banyak dianggap sebagai lelucon karena hampir seluruh pemain impor di kompetisi sepak bola Indonesia bukan nama papan atas yang dikenal oleh media internasional. Sosok Cristian Gonzales, saat dia belum menjadi WNI, memang pernah satu tim dengan Alvaro Recoba, legenda Uruguay, tapi apa iya Gonzales terkenal di negeri asalnya. Sosok fenomenal seperti Alberto Goncalves, Hilton Moreira, Pacho Kenmogne, Yoo Hyun Koo, Kenji Adachihara, dll, berasal negara yang punya reputasi bagus di kancah sepak bola, tapi tidak dengan individu tadi. Barangkali beberapa nama yang cukup nyaring namanya di negara asalnya sempat kita punyai, misalnya Zah Rahan Krangar, Makan Konate, Pavel Solomin, Keith Kayama Gumbs, Kosin Shintawechai, Noh Alam Shah, Safee Sali. Tapi peringkat FIFA ke berapa Liberia, Mali, Uzbekistan, St. Kitt and Navis, Thailand, Malaysia, dan Malaysia. Kasus 'undangan' spesial untuk Mario Kempes yang menyandang status jaura Piala Dunia 1978 praktis menjadi memori yang sulit diulang. Bahkan untuk nama yang pernah berselancar di Piala Dunia seperti Pierre Njangka dan Roger Milla pun agak sukar terjadi. Ketiganya pun hadir di usia senja, bukan di usia yang masih berjaya.
Tapi kejutan yang tidak disangka akhirnya terjadi. Seorang bintang Afrika yang lama mengarungi kompetisi Eropa kini berseragam Persib. Dia adalah Michael Essien. Sosok, yang bagi saya pribadi, selalu mengingatkan pada semifinal dramatis Chelsea vs Barcelona. Gol spektakulernya barangkali bakal diganjar komentar 'jegeerrrr tendangan prahara LDR yang memorak-porandakan rumah tangga pertahanan lawan' oleh Bung Valentino Simanjuntak. Gol yang 'tadinya' bakal diingat sebagai penentu kelolosan Chelsea ke final hingga tendangan keras Iniesta, yang sebetulnya tidak sespektakuler Essien, memupus asa tersebut. Tiga musim berselang, Essien menjadi salah satu pemain Chelsea dikalungi medali juara Liga Champions Eropa. Ya, dia adalah peraih juara Liga Champions Eropa pertama yang berlaga di kompetisi sepak bola Indonesia. Sebagai perbandingan, hingga kini belum ada satu pun peraih juara Liga Champions Asia yang berlaga di Indonesia. Sebagai perbandingan juga, di kompetisi negara-negara ASEAN seperti S-League, V-League, bahkan Thailand, belum pernah ada yang melakukan akuisisi seperti ini. Menariknya, proses akuisisi Essien justru terjadi di tengah migrasi besar-besaran para bintang top dunia ke liga sepak bola Tiongkok.
Dari sisi finansial, akuisisi Essien ini memunculkan rasa ingin tahu tentang berapa gajinya selama berkiprah di Persib. Sudah hampir dapat dipastikan Essien dibayar dalam skala miliar, tapi berapakah dan miliarnya itu per tahun atau malah per bulan ya. Yang pasti, stadion Siliwangi dan Persib kini bakal didominasi jersey-jersey Persib dengan nama Essien dan nomor punggung 5. Kalau saja, bobotoh membeli kostum yang orisinal dan apparel membandrolnya dengan harga 100-200 ribu 'saja', saya optimis 25 gaji Essien bakal tertutupi oleh penjualan jersey khusus hanya Essien. Yang pasti, kehadiran Essien secara otomatis bakal menguatkan 'nilai jual' Persib Bandung. Entah produk apa lagi yang akan 'mengeksploitasi' jersey Persib yang sebenarnya pun sudah terlalu ramai. Jangan lupa pula tawaran iklan yang pastinya bakal mengantre slot waktu Persib.
Pertanyaan yang nantinya bakal mengiringi kiprah Essien pun sebetulnya banyak. Mulai dari performa Persib maupun kompetisi sepak bola Indonesia nantinya. Sudah bukan rahasia bahwa Persib kerap menjadi 'kuburan' bagi banyak pemain yang sudah punya nama. Sebut saja kapten Singapura, Shahril Ishak, yag tidak banyak berkontribusi dalam satu musim singkatnya di Persib, pun dengna kompatriotya, Noh Alam Shah dan Baihakki Khaizan. Musim kemarin, pemain sarat pengalaman bernama Belencoso 'mandul gol' walau portofolioya kinclong, jangan lupakan Herman Dzumafo, Pablo Frances, dan Mbida Messi juga. Nama-nama lokal pun banyak yang serupa nasibnya. Mulai dari Zulkifli Syukur, Airlangga Sucipto, Zaenal Arif, Rudolof Yanto Basna. Ada yang karirnya singkat, ada pula yang terus menjadi penghangat bangku cadangan. Apakah kualitas individu Essien bisa membedakannya dengan nama-nama lain di paragraf ini. Menarik disimak.
Essien dan Persib
Rabu, Maret 15, 2017 by
Arfive Gandhi
Posted in
Sepakbola
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Essien dan Persib"
Posting Komentar