Indonesia tengah dilanda euforia. Kedatangan Raja Arab Saudi menjadi alasannya. Kunjungan yang bisa dikatakan menjadi air hujan di tengah gersangnya kondii negara ini. Ya, kedatangan beliau menjadi kabar positif setelah sejak akhir Oktober tahun lalu Indonesia digembur berita negatif lantaran "si anak emas yang keceplosan" disertai pembredelan kaum ulama. Bukti nyata tersaji berupa penghentin liputan atas dua kasus tadi. Sulit membantah bahwa kedatangan beliau kali ini memang "pantas" disambut optimisme walau mdmang beberpa hal teknis terlalu berlebihan, mungkin karena kita terlalu haus berita yang berbau positif.
Menyinggung asal negara sang raja, tentu naif bila menyebut tidak ada relasi yang spesial antara Indonesia dengan Arab Saudi. Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar yang artinya kontributor haji dan umroh terbesar. Dlam sejarahnya, Indonesia menjadi negara non-Arab yang kerap disorot lantaran kiprahnya di Organisasi Konferensi Islam. Khusus bagi Arab Saudi, beberapa ulama Indonesia mendapat tempat spesial dalam perkembangan Islam di Arab Saudi. Bagi masyarakat Indonesia, Bahasa Arab yang asli dari Arab Saudi adalah bahasa asing kedua yang paling dipelajari oleh masyarakat kita, tentu faktor agama ada di sini hehee. Dan jangan lupa bahwa masyarakat kita kerap menggeneralisasi bahwa tujun TKI kit dalah ke Arab Saudi (selain ke Malaysia), bukan ke Bahrain, Qatar, atau UEA. Terakhir, di Indonesia tingkat sentimen anti-Arab, baik dari sisi individu maupun budaya relatif kecil. Memang ada sentimen anti-arab, tapi kita tahu itu karena mereka salah mengasosiasikan Arab dengan Islam. Jika yang mampir ke sini adalah Australia atau Amerika atau bahkan Israel, tentu beda ceritanya.
Faktor lain yang membuat kedatangan beliau spesial adalah jumlah yang diboyong, yaitu mencapai 1500, cmiiw. Negara sekelas Amerika pun presidennya saat ke sini, yaitu Barack Obama, tidak pernah memboyong rpmbongan sebanyak itu. Jangan bandingkan dengan kunjungan raja-raja negara Skandinavia yang jauh lebih kurus rombongannya. Ini adalah kunjungan massal yang sangat gemuk. Bahkan belasan menteri menjadi bagian dari rombongan. Jelas ada sesuatu spesial yang diharapkan dari kunjungan ini. Soal destinasi ke Bali, bahkan kabarnya juga ke Lombok, menjadi pembeda yang lagi-lagi menarik dibahas oleh media dan orang Indonesia.
Terakhir, soal tujuan yang konon terkait rencana investasi sekian triliun. Entah dalam wujud uang kartal atau digital, jelas angka yang bombastis dan bakal memancing banyak proyek pengembangan. Saya berharap pemerintah bisa transparan dalam mengelola dan mendistribusikan investasi tersebut. Lebih jauh lagi, apakah hanya laba finansial yang diharapkan? Jangan sampai Indonesia terpancing dalam bentrokan di Suriah dan Yaman. Ngomong-ngomong soal investasi, Arab Saudi sendiri memang tengah memperluas bisnisnya dari semula fokus di minyak bumi. Stok yang terbatas ternyata malah diganjal dengan harga yang terus jatuh. Memperluas bisnis ke pariwisata mungkin ide yang bagus sebagaimana Qatar dan UEA, bahkan Qatar adalah tuan rumah Piala Dunia 2022 dan salah satu penyelenggara F1, dari kedua negara tersebut Arab Saudi tengah tertinggal. Pilihan berinvestasi di Indonesia agaknya relatif aman dan menjanjikan dari kacamata mereka. Saya tidak tahu apakah mereka rajin membaca berita tentang prahara yang bertubi-tubi menggerogoti Indonesia. Tapi melihat geografis Indonesia, negara ini adalah pilihan yang sangat potensial. Yang jadi sorotan, apakah kedatangan Arab Saudi ini bertepatan dengan ricuh kontrak Frerport. Apakah mungkin Freeport sengaja dibut tidak betah karena suksesor bisnisnya adalah Arab Saudi. Dalam bisnis dan politik hal ini bukan tidak mungkin.
No Response to "Euforia Tibanya Sang Raja"
Posting Komentar