Baru berjalan tiga pekan, kejutan kembali dikumandangkan di kompetisi ISL/QNB League. Semifinalis musim lalu Pelita Bandung Raya alias PBR resmi mengekspansi Bekasi dan mengganti nama memjadi Persipasi Bandung Raya. Kasus yang sebenarnya unik juga menimpa Putra Samarinda yang pindah dermaga dari Samarinda ke Denpasar dan kini bernama Bali United Pusam.
Kasus yang terjadi pada dua klub sebenarnya itu kerap terjadi. Hanya saja jika menilik sejarah maka prosek kesuksesan lebih mengarah pada Bali United. Ada beberapa kasus unik yang patut diperhatikan.
- Bali saat ini tidak punya klub yang prestasinya membamggakan. Sempat ada Caprina, Geloea Putra Dewata (kini Deltras Sidoarjo), Persegi Gianyar, Perseden Denpasar, hingga Bali de Vata. Tapi sekarang sulit mengidentikkan Bali dengan sepak bola nasional, kecuali sosok Made Wirawan, kiper juara bertahan Persib Banding.
- Bekasi belakangan redup prestasi sepakbolanya melalui Persipasi. Tapi Persipasi tidak kunjung berbuah prestasi. Bahkan di Divisi Utama pun mereka bukan tim unggulan. Tidak ada prestasi yang membanggakan dari sepak bola Bekasi.
- Pindahnya Pusam dan PBR jelas mengingatkan kita pada kasus Sriwijaya FC saat masih bernama Persijatim. Persijatim hijrah dari Jakarta Timur ke Surakarta karena kalah suporter dan dana APBD dibandingkan Persija. PBR hengkang dari Bandung karena kalah suporter dan dana sponsor dibandingkan Persib. Begitu pula klub Pusamania Borneo yang secara tidak langsung meminggirkan Putra Samarinda.
- Persijatim pascapindah ke Surakarta tidak serta merta mencuat gengsinya. Alasannya sederhana, mereka berdiri di dua kaki. Kaki satu ada di Solo/Surakarta tapi masih ada satu kaki di Jakarta Timur. Dua kaki ini sudah terlihat jelas dari nama Persijatim Solo FC. Bingung kan? Jakarta Timur tapi kok Solo? Berasa bus AKAP. Nasib mending mulai terjadi saat pindah ke Palembang dan menanggalkan "Persijatim" dengan nama baru Sriwijaya FC. Tidak lagi ada dua kaki, klub ini sepenuhnya milik masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan. Nama baru Sriwijaya FC selain merujuk ke sejarah bumi Sumatera yang khas masyarakat Palembang (Palembang sebagai suku, bukan kota), otomatis membumikan klub. Dalam hal ini, Bali United lebih unggul karena nama "Pusam" hanya disimpan di paling belakang nama lengkap dan jarang dipergunakan. Bandingkan dengan Persipasi Bandung Raya, sudah jelas menandakan sulit move on dari Bandung Raya.
- Segmen yang digaet juga menunjukkan perbedaan. Bali United jelas menargetkan segmen satu provinsi, sedangkan Persipasi Bandung Raya hanya wilayah Bekasi (sulit membayangkan ada warga Bandung Raya yang masih berkenan ke Bekasi hanya untuk laga kandang PBR). Dalam hal ini, Bali United lebih punya peluang menggaet suporter.
- Jangan lupa bahwa Pelita merupakan tim yang punya sejarah panjang sebagai musafir. Dari Jakarta, ke Surakarta/Solo, ke Cilegon, ke Purwakarta, hingga Bandung (dengan awalnya Pelita Jaya Jawa Barat sampai kemudian merger dengan Bandung Raya menjadi Pelita Bandung Raya). Ada kerugian dari sis reputasi loyalitas terhadap daerah yang ditempati.
- Yang ini urusan teknis, Bali United sudah dari jeda antarmusim menyatakan pindah ke Bali. mereka merenovasi Stadio Dipta, menggalang komunitas pendukung, PDKT ke pemuka masyarakat, menggelar turnamen pramusim, hingga pengelolaan social media yang sangat intens. Untuk urusan ini, PBR cukup tertinggal. Interaksi antara PBR dengan elemen Bekasi belum terjalin.
1 Response to "Bali-nya Pusam vs Bekasi-nya Pelita"
Sudah tahu belum ?
Piala Super UEFA
Prediksi Liverpool vs Chelsea
S128
Posting Komentar