Akan tiba saatnya kita bersikap agak "egois" terhadap orang lain dalam bernegosiasi mengenai G. Saya yakin semua sudah bisa menerka maksud dari G itu merujuk ke apa hehee. "Egois" dalam hal ini tidak berkaitan dengan egois secara individu, melainkan tanggung jawab sebagai bagian dari keluarga, keluarga yang sedang dalam proses pembangunan.
Secara umum, G akan terbagi ke dalam dua hal, yaitu operasional bulanan serta menabung. Jelas keduanya memerlukan nominal yang tidak sedikit. Apalagi jika sudah dalam konteks berkeluarga. Ada banyak hal yang perlu diperhitungkan. Ada banyak pula toleransi yang didefinisikan, dimana pengeluaran individu akan cenderung dikurangi sedangkan pengeluaran untuk kebersamaan akan diprioritaskan.
Hal ini sempat menjadi bahan diskusi saya dengan kawan karib saya, Mas Arief Adityo, beberapa hari lalu.
Sangat mungkin kita saat melamar di sebuah tempat kerja akan ditolak karena kondisi kita sudah berkeluarga. Pertama G yang kita inginkan lebih besar daripada pelamar lain yang belum menikah. Kedua mustahil selama kerja kita tidak terganggu dari segala pernak-pernik berkeluarga, misalnya anak sakit, istri sakit dll. Singkat kata dalam ekonomi (yang konteksnya terlalu cetek), harga kita (berupa G) terlalu mahal tapi performansinya terancam, yang artinya kita kurang prospektif. Itu dalam pemikiran ekonomi yang konteksnya terlalu cetek.
Tapi jangan pernah melupakan kekuasaan Allah sebagai Maha Pemberi Rizki. Apa yang menjadi rezeki kita sudah ditentukan. Tugas kita adalah mengikhtiarkannya. Kewajiban kita adalah beroptimis dan berprasangka baik. Mungkin di satu dua perusahaan lamaran kita ditolak, tapi percayalah ada skenario yang lebih hebat daripada yang kita rancang sendiri, skenario yang jauh lebih baik bagi kita dan keluarga
Selamat sore :D
Faktor G (versi Individu vs versi Tempat Kerja)
Rabu, Agustus 19, 2015 by
ve
Posted in
Persahabatan,
Profesi,
TARInspiratIVE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Faktor G (versi Individu vs versi Tempat Kerja)"
Posting Komentar