Di tengah kebosanan berbagai turnamen tanpa kejelasan nasib Liga Indonesia, akhirnya dua klub berhasil melaju ke final Piala Gubernur Kaltim (PGK). Animo provinsi di "hidung" Pulau Borneo tersebut memang tidak diragukan lagi. Eksistensi Pupuk Kaltim, yang berevolusi menjadi Bontang FC, disusul Persisam Putra Samarinda, Persiba Balikpapan, serta Mitra Kutai Kartanegara. Klub terakhir adalah juara Sudirman Cup. Dan PON 2016 di Jawa Barat tahun ini pun menghadirkan Kaltim sebagai peserta berstatus juara bertahan. Singkat cerita, turnamen ini punya daya jual dengan kekurangan satu: kesan membunuh waktu menunggu Liga Indonesia.
12 klub yang berlaga di sini menyisakan 6 klub di sesi semifinal. Mereka saling bunuh hanya untuk dua helai tiket final. Menariknya, dari keenam tim tersebut hanya 2 klub yang tidak pernah mengalami pemindahan identitas ataupun homebase, yaitu Arema Cronus di Malang dan Persiba Balikpapan. Keduanya meladeni Madura United yang sebetulnya berasal dari 4 klub bersejarah di Liga Indonesia, yaitu Persepam Pamekasan, plus Persipasi Bandung Raya dari Bekasi. Nama terakhir sejatinya adalah merger Pelita Jaya dengan Bandung Raya lantas pindah markas ke Bekasi dan merger dengan Persipasi Bekasi. Usia Madura United sangat beliau, hanya beberapa bulan. Tapi mereka justru yang tampil sebagai pemegang tiket final memecundangi dua tim lainnya.
3 klub lainnya pun menyimpan sejarah unik. Sriwijaya FC, Pusamania Borneo, dan Surabaya United tentu adalah nama terkini dari Persijatim Jakarta Timur, Perseba Bangkalan, dan Persebaya Surabaya. Dua nama pertama adalah hasil akuisi klub sedangkan nama terakhir berganti nama lantaran konflik internal yang berujung diblokirnya hak memakai nama lama. Pusamania sebagai klub paling mentereng daftar pemainnya mampu menyingkirkan dua klub lainnya untuk menyelamatkan muka provinsi Kaltim.
Madura United versus Pusamania Borneo sejatinya derby Pulau Madura dengan selisih waktu antara klub saat ini dengan klub masa lalu. Derby yang justru dalam rangka memperebutka kehormatan di "hidung" Pulau Kalimantan. Siapapun yang menang, saya menyimpan dua pertanyaan. Pertama, apakah keduanya akan bernasib seperti Persib-Sriwijaya FC (finalis Piala Presiden rontok di Sudirman Cup) dan Mitra Kukar-Semen Padang (finalis Sudirman Cup rontok di PGK), termasuk saat Piala (tarkam nasional lagi) Bhayangkara? Yang kedua tentu sikap Ponaryo Astaman selaku ketua APPI yang belum total memboikot turnamen tanpa kejelasan Liga Indonesia?
No Response to "Derby Madura di "hidung" Pulau Borneo"
Posting Komentar