Dua tahun, sudah lebih dari cukup untuk mengubah pola kehidupan individu. Dan di sisi lain, pernikahan merupakan mome sangat lebih dari cukup untuk mengubah karakteristik individu. Dengan demikian, usia pernikahan dua tahun sudah bisa diterka sejauh mana dampaknya. Saya pernah membaca sebuah buku berjudul 'Menikah untuk Bahagia'. Alhamdulillah kami bahagia dengan pernikahan yang di hari ini usianya dua tahun. Kebahagiaan yang rasanya tidak ada alasan untuk mengakhirinya kecuali akhir hayat salah satu dari saya atau istri saya. Dan selagi hayat masih dikandung badan [berasa lagu perjuangan] kita tetap setia, tetap sedia mempertahankan rumah tangga ini.
Rumah tangga yang kian semarak lewat eksistensi sebuah buah hati berusia 13 bulan, tapi tingkahnya seperti sudah sekian tahun. Buah hati kesayangan semua pihak, yang bisa dibilang 'lahir di saat yang tepat' untuk beberapa alasan. Dia pula yang jadi alasan istri saya selalu menggebu untuk menuntaskan kewajiban tesisnya. Buah hati yang selalu mengingatkan saya pada potongan surat Ar Rakhman 'Maka nikmat mana yang kau dustakan'.
Pernikahan indah itu tidak berarti harus bergelimang harta, berserakan jabatan karier, ataupun bermewahan dalam cara hidup. Dalam kesederhanaan, kami saling mengisi serta bisa fokus pada makna dan panduan Illlahi. Perjuangan kami masih panjang dengan kewajiban yang kian menanjak. Apapun itu, kami yakin ada Allah yang akan membimbing kami di jalan-Nya.
Stasiun Bandung, 23 Mei 2017
Selasa, Mei 23, 2017 by
Arfive Gandhi
Posted in
TARInspiratIVE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Stasiun Bandung, 23 Mei 2017"
Posting Komentar