Sungguh, ini bukan musim yang indah, baik secara hasil maupun proses, terutama di La Liga dan Liga Champions. Di dua kompetisi tersebut, Barcelona tidak tampil sebagai protagonis akhir musim. Praktis, satu-satunya trofi tersisa hanyalah Copa del Rey sebagai kado terakhir yang mungkin bisa dihadiahkan oleh Luis Enrique. Banyak faktor yang menggerogoti stabilitas permainan Barcelona. Ada empat faktor utama yang menyebabkan kemerosotan penampilan Barca.
- Pertama adalah kesalahan dalam transfer dimana dua pemain yang 'ngotot' bermain, yaitu Daniel Alves dan Munir el Haddadi, justru dilepas. Pemain yang mengisi eksistensi mereka pun terbilang jauh dari ekspektasi. Paco Alcacer kurang nyetel dengan permainan Barcelona. Sergi Roberto memang tidak mengecewakan, tapi untuk ukuran satu musim penuh dia belum mampu mengimbangi kontribusi Alves. Malah, Alves punya andil besar menggiring Juventus, klub barunya, ke final Liga Champions.
- Faktor kedua adalah cedera. Sulit menyangkal bahwa tumbangnya sosok seperti Arda Turan, Aleix Vidal, Rafinha, Denis Suarez, Lucas Digne, Jordi Alba, hingga Andres Iniesta berdampak negatif bagi Barca. Padahal mereka saat bermain justru menjadi sosok yang mampu mencuat dan menjadi pembeda.
- Faktor ketiga adalah kesenjangan antara tim utama dengan cadangan. Sulit dipungkiri bahwa Barca punya format lazim Ter Stegen-Roberto-Mascherano-Pique-Alba-Rakitic-Busquet-Iniesta-Messi-Suarez-Neymar. Permasalahannya pemain 'pelapis' belum mampu menunjukkan kemampuan untuk mengimbangi 11 nama tadi. MSN terlalu 'sayang' untuk dibongkar salah satunya, itulah mengapa Paco, Rafinha, dan Arda Turan sulit mengambil peran. Sekedar informasi, 11 nama tadi merupakan starting line-up Barca saat menjamu Juventus di final Liga Champions tahun 2015. Indikasi jelas bahwa Barca sulit move on dari formasi inti mereka. Bandingkan dengan Juventus, Bayern Muenchen, hingga Real Madrid, mereka berani bongkar pasang.
Di kancah La Liga, sprint ala Barcelona ternyata belum cukup untuk meyerobot Real Madrid di penghujung musim ini. Unggul satu kemenangan sudah cukup mengganjar Madrid dengan trofi La Liga. Yang 'nyesek' bagi Barca adalah kenyataan bahwa musim ini Barca mereguk hasil nir-kekalahan atas seluruh penghuni 5-besar akhir musim. Praktis hanya Atletico Madrid, Real Madrid yang sempat mencuri masing-masing satu kali imbang, sisanya sukses dihajar 3 poin oleh Barca. Tapi kesalahan Barca adalah terkapar saat meladeni Deportivo Alaves, Celta Vigo, Deportivo La Coruna, dan Real Malaga. Nama terakhir malah bersatus setara dengan Juventus, yaitu klub yang dua kali bersua Barca dimana satu kali imbang, satu kali mereka menang, dan Barca gagal membobol gawang mereka. Padahal, klub-klub tadi adalah penghuni papan tengah. Ironis musim ini.
Di kancah Liga Champions, nafas Barcelona harus mengalami naas saat ditekuk Juventus 3-0 secara agregat. Jagoan Italia ini sukses meredam Barca di Camp Nou sehingga keunggulan tiga gol di kandang Juventus pun sangat bermanfaat. Juventus belajar banyak dari PSG yang sudah membuat 'dosa besar' yaitu 'mempersilakan' Barcelona menggasak balik setelah tertinggal 4-0. Ya, tabungan keunggulan 4 gol yang nirmakna ala PSG menjadi epos heroik yang agaknya lebih dikenang daripada kisah Juventus maupun Real Madrid yang bakal bentrok di Cardiff pada panggung final Liga Champions.
Harapan terakhir tinggal laga final Copa del Rey. Semoga Barca bisa 'mengamuk' di final kontra Alaves nanti. Sebagai pemantik, tentu kontribusi Alaves yang menyebabkan Barca menderita kekalahan di awal musim dan efeknya ada di akhir musim. Bumbu penyedapnya pun layak diperhatikan, tiket kalau juara kompetisi adalah melabrak Real Madrid di Supercoppa de Espana. Cukup meggiurkan bukan.
No Response to "Ya Sudahlah untuk Musim ini"
Posting Komentar