Kalau era saat ini identik dengan pindah ke lain hati. Katanya sih begitu. Intinya "move on" itu mengubah diri alias bertransformasi. Memang dalam obrolan anak jaman sekarang "move on" selalu dikaitkan dengan VMJ (VMJ lhoo..bukan VNC, kalau VNC mah ngingetin ama konsep virtualization server :( ). Nah, kenapa kita tidak mengambil sikap "move on"?
Move on dari segala segala mabuk duniawi menuju kesadaran akan muara hidup
Move on dari posisi yang jauh untuk mendekatkan diri pada-Nya
Dan yang paling utama move on menuju pribadi yang lebih baik
Lantas bagaimanakah caranya agar sukses dalam ber-"move on"??
Niat
"Innamal a'malu bin niyyat" atau semua amal hanyalah tergantung pada niatnya.
Mari luruskan niat dalam move on. Adakah motif dalam ber-move on selain mengharap ridho-Nya? Misalnya ingin dipuji ama anak lain jenis, ingin mendapat predikat alim, takut dibilang kafir dsb. Segala debu, virus, trojan, dan worm yang berpotensi mengotori niat kita hendaknya segera disingkirkan.
Salah satu yang lazim dipergunakan untuk meluruskan niat adalah istighfar. Renungkan kembali betapa kecilnya kita, betapa Allah menjadi penguasa atas segala kehendak dan Maha Pemberi dan tentunya Maha Mengetahui. Maka tidak perlulah orang lain berdecak kagum atas segala bentuk ibadah kita, cukuplah Allah menjadi "juri" atas segala kontribusi dan pengabdian yang kita lakukan.
Rutin
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
Konsisten menjadi hal yang paling mudah diucapkan namun sukar diterapkan. Penyebabnya beragam, namun pada intinya satu "terlalu mudah menoleransi sedikit kemunduran dalam rutinitas". Solusinya pun juga beragam, diantaranya adalah menyediakan waktu yang memang diperuntukkan bagi kita untuk mengerjakan amalan tersebut. Misalnya jam masuk kantor pukul 09.00 maka targetkan sudah ada di kantor pukul 08.30 untuk menyempatkan sholat Dhuha. Dalam kasus lain ketika sering pulang larut malam dan terlanjur capek, maka alokasikan waktu tadarus di pagi hari setelah sholat Subuh.
Tanamkan pula rasa disiplin pada diri untuk tidak mudah menoleransi kemunduran dalam menjalankan rutinitas tersebut.
Mulailah dari sedikit dan terus meningkat
Pernahkan kalian mengalami mati lampu hingga berjam-jam di malam hari namun kemudian lampu menyala dengan terang benderang? Tentunya mata akan sakit.
Pernahkah mengalami lapar yang luar biasa (misalnya saat puasa) dan langsung mengisi perut yang lapar itu dengan 5 piring nasi sekaligus? Tentunya perut akan mual.
Kurang lebih seperti itulah "move on" yang belum dipersiapkan dengan matang.
Gunakan strategi berupa menyusun target peningkatan ibadah secara bertahap, misalnya targetkan untuk rutin sholat di masjid di pekan pertama, kemudian pada pekan kedua tambahkan dengan sholat tahyatul masjid, lalu pada pekan ketiga lakukan sholat sunnah rawatib. Pelaksanaan dengan metode ini memudahkan kita untuk menyesuaikan diri apabila target akhir yang diharapkan sangat jauh (sangat jauh bukan berarti tidak mungkin dicapai bro :) )
Asumsikan ini adalah kesempatan ibadah terakhir saya
Kesalahan berpikir yang kerap melanda adalah optimis berumur panjang sehingga ketika ingin move on alias memperbaiki diri justru disikapi dengan menunda-nundanya. Masalahnya adalah tidak ada jaminan bahwa yang lahirnya belakangan alias lebih muda itu meninggalnya belakangan. Pola berpikir demikian tentunya melenakan sehingga trik yang cukup jitu adalah ketika akan menjalankan suatu ibadah, kita bayangkan bahwa itu adalah kesempatan terakhir kita melaksanakan ibadah tersebut. Misalnya ketika muncul rasa malas untuk memanfaatkan momentum bulan Ramadhan maka segeralah bayangkan bahwa kita belum tentu masih hidup di Ramadhan yang akan datang, boleh jadi ini adalah Ramadhan terakhir kita. Dengan demikian kita punya semangat untuk memanfaatkan waktu yang (memang) terbatas di dunia ini.
Jauhi sombong
Jangan pernah merasa sudah aman dari jeratan neraka. Ketika kita telah merasa dijamin masuk surga justru di situlah celah setan membisikan tipuan untuk membuat kita terlena. Setelah kita terlena, perlahan kita mulai menoleransi dosa-dosa kecil dan sekaligus menoleransi penurunan amalan kita, lambat laun move on yang sudah susah-susah dijalani justru tidak bertahan lama. Salah satu solusi yang bisa dicoba adalah terus meningkatkan kualitas dan kuantitas amalan serta meng-upgrade pengetahuan dalam penerapan ibadah, baik ibadah vertikal maupun horisontal
Semoga bermanfaat, apalagi ada kesalahan maka itu murni dari penulis
No Response to "Move on Yukk"
Posting Komentar