Yang kita sebut kegagalan itu semata dari sudut pandang egois kita. Karena itu merupakan pilihan terbaik yang dialamatkan kepada kita. Tentunya dengan berjuta misteri. Apakah yang ditujukan pada kita merupakan sebuah keputusan final ataukah jalan menuju hal lain, pada dasarnya semua berpulang pada kebaikan dari-Nya yang penuh keterbaikan.
Gundah tatkala baru menjalani satu semester di SMP N 1 Margasari ternyata bermuara pada kenyamanan akan suasana rindang penuh persahabatan yang sungguh luar biasa. Dari sinilah saya mengenal sosok-sosok inspiratif bernama guru. Dari sini pula saya mengawali kegemaran saya di Pramuka dan Karate, yang kelak akan dilestarikan hingga bangku S1.
Bimbang diantara dua pilihan sempat menggelayuti antara SMA N 1 Tegal atau SMA N 1 Slawi. Satu hal pembeda yang menjadi alasan untuk tetap bertahan di SMA 1 Slawi, yaitu persahabatan. Romantisme anak Pramuka (yang di kemudian hari disebut dengan GaNas 58), OSIS-MPK, DNA, Joker, dan macam-macam lainnya. Sungguh pula menyenangkan menjadi bagian dari SMA N 1 Slawi walau apa yang saya lakukan di sini tak ubahnya secuil dari kibaran prestasi almamater ini. Kolaborasi dahsyat di Pramuka dan KIR tepat menjadi alibi untuk lupa dengan nilai-nilai raport hehee. Di sini pula saya menemukan seorang kawan yang hingga menjadi kawan inspiratif saya dengan berbagai kematangan bertindaknya.
Penghujung SMA N 1 Slawi tahun 2007 menjelang PAB (udah kelas XII masih aja umbrus di PAB hehee) menjadi titik balik yang sangat ekstrim. Kebimbangan antara STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik) versus Teknik Kimia Universitas Diponegoro justru didobrak oleh pilihan bernama Institut Teknologi Telkom. Padahal dua perguruan tinggi pertama sudah jadi komoditas dilema sejak kelas XI. Hanya bermodal feeling, saya mantapkan emngikuti tes plus kepo terhadap perkuliahan di situ. Dan Allah menunjukkan kemantapan hati untuk memilih Institut Teknologi Telkom. Lulus tes, langsung fokus ke UN (hehee, tapi sambil bantu-bantu di Pramuka ama KIR). Ternyata di perguruan tinggi satu ini...hmmm... SubhanaAllah banyak sekali pelajaran berharga yang saya jumpai di rentang 4,5 tahun kemudian, bahkan selepas dari kampus ini pun efeknya masih terasa hangat :)
Secara keilmuan, informatika alias komputer menjadi ladang yang penuh inspirasi. Saya ingin begini saya ingin begitu ingin ingin ingin itu banyak sekali :p. Secara keprofesian, banyak benih-benih ilmu yang saya dapatkan untuk dunia kerja (kenapa benih? karena baru mekar di saat kerja, tidak saat itu langsung). Termasuk di dalamnya pula kemantapan diri untuk menjadi dosen di kemudian hari setelah terilhami berbagai sosok hebat berwujud dosen. Secara dunia kemahasiswaan ini sungguh syahdu, bisa ikut berpartisipasi di himpunan fakultas plus lembaga eksekutif tingkat kampus plus laboratorium, serta UKM peminatan (dimana bekal ber-Pramuka dan Karate menjadi hal yang konsekutif untuk dibudidayakan hehee). Secara spiritual pun, walau sempat mengalami paceklik iman-taqwa, pada akhirnya iklim rohani di sini menjadi penerang di masa-masa penuh galau khas anak muda.
Apakah berarti ada kebahagiaan yang hilang jika saya tidak memilih jalur SMPN1MGS-SMAN1SLW-ITTelkom?? Kurang tahu juga sih, sudah terlanjur sibuk menikmati segala detail yang patut disyukuri di sini :) :) :)
Ketika berangan-angan menjadi seorang magister antara dua kampus, Sistem Informasi STEI ITB dengan Software Engineering Qatar University, ternyata Allah memilihkan MTI Fasilkom UI sebagai sawah formal bercocok tanam ilmu. Ini tak terlepas pula dari sebuah tautan terkait domisili kerja.
Sempat terpukul ketika gagal melamar kerja di Bandung karena bidangnya saya minati sekali, yaitu ber-COBIT. Justru saya terekspansi ke Jakarta Selatan, di sebuah kantor bernama Probindo Artika Jaya. Sungguh Allah memilihkan yang terbaik, tidak hanya untuk hari ini namun juga sepanjang waktu. Karena berlokasi di Jakarta, maka opsi ber-ITB agak rumit. Suasana riweh di tempat kerja juga agak menyulitkan diri fokus melamar ke SE Qatar University. Dan Allah menyodorkan MTI Fasilkom, opsi yang cemerlang karena sesuai jam kerjanya dengan kantor, lokasi yang sesuai dengna domisili sehari-hari dan sesuai dengan passion saya. Di Fasilkom ini pula saya menemukan banyak inspirasi yang memacu diri untuk lebih dan lebih serta smekain memperbaiki diri.
Pernah diri ini ingin mahir ber-coding karena saya sendiri baru benar-benar bisa meng-coding di usia ke semester 7 (bayangkan ada anak IF nggak bisa ngoding dengan bener selama 6 semester >___<). Minat juga diri ini berkarya di bidang website. Ingin diri ini menemukan koneksi-koneksi dari orang-orang yang produktif dan kreatif. Saking muluk-muluknya, diri ini berharap bis abekerja di bidang jurnalistik. Dan itu diperoleh semua di tempat kerja saat ini. Basis proyek utama di Departemen IT adalah PHP-based dengan fokus website serta main-project di Indonesia Kreatif. Masya Allah ini sudah mengakomodasi keinginan saya di yang diuraikan tadi.
Toba Fushima, ah rasanya heran dengan kosakata satu ini hehee.. tapi saya percaya ada hikmah di balik itu semua, dan saya yakin itu :) :) :)
No Response to "Bersyukurlah, maka yang Terbaik yang Kau Temui"
Posting Komentar